Jumat, 15 November 2013

BRIVI OKTOBER 2013

Tegal, 24 Oktober 2013                                                                                          
No : 74, Tahun Ketujuh

Penasehat                 : Ketua Yayasan Metta Jaya                          ( Loe Lian Phang )
Penanggung Jawab : Ketua Dayakasabha Metta Vihara Tegal   ( Lie Ing Beng )
Pimpinan Redaksi     : Ibu Tjutisari
Redaksi Pelaksana   : 1.   Ibu Pranoto               4.   Liliyani                                                              
                                      2.   Suriya Dhammo        5.   Sumedha Amaravathi
                                      3.   Ade Kristanto           6.   Lie Thiam Lan
Alamat Redaksi        : Metta Vihara
                                      Jl. Udang No. 8 Tegal Telp. (0283) 323570
BCA No Rek : 0479073688  an. YUNINGSIH ASTUTI - TUSITA WIJAYA


DHAMMAPADA ATTHAKHATA
Bab II - Syair 31
Seorang bhikkhu yang bergembira dalam kewaspadaan dan melihat bahaya dalam kelengahan akan maju terus, membakar semua rintangan batin, bagaikan api membakar kayu baik yang besar maupun yang kecil.


BAB II – Syair 31
 Kisah Seorang Bhikkhu

Seorang bhikkhu, setelah memperoleh pelajaran meditasi dari Sang Buddha, pergi ke hutan untuk bermeditasi. Meskipun dia berlatih dengan sungguh-sungguh dia hanya memperoleh kemajuan yang sangat kecil. Akibatnya;, ia menjadi frustasi. Dengan berpikir akan memperoleh petunjuk  dari Sang Buddha, dia meninggalkan hutan menuju Vihara Jetavana.
Dalam perjalanannya, dia melewati nyala api yang sangat besar. Dia berlari menuju puncak gunung dan mencari dari mana api tersebut datang. Melihat api yang membakar itu, ia termenung. Pikirnya, seperti api yang membakar habis semuanya, begitu juga pandangan terang akan membakar semua belenggu kehidupan, besar dan kecil.

Sementara itu, dari Kamar Harum (Gandhakuti) di Vihara Jetavana, Sang Buddha mengetahui apa yang dipikirkan oleh bhikkhu tersebut. Beliau menampakkan diri dan berkata, "Anak-Ku, engkau berada di jalan pikiran yang benar. Pertahankanlah! Semua makhluk harus membakar belenggu kehidupannya dengan pandangan terang."
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 31 berikut:
Seorang bhikkhu yang bergembira dalam kewaspadaan dan melihat bahaya dalam kelengahan akan maju terus, membakar semua rintangan batin, bagaikan api membakar kayu baik yang besar maupun yang kecil.
Bhikkhu tersebut berhasil mencapai tingkat kesucian arahat setelah khotbah Dhamma berakhir .

Sumber :     1.  Dhammpada Atthakhata. Penerbit : Vidyasena
              2.  Kitab suci Dhammapada. Penerbit : Bahusutta Society

--- oOo ---

SEKAPUR SIRIH

Kewaspadaan dan melihat bahaya kelengahan akan membawa kemajuan batin dalam mencapai kesucian. Dhammapada syair 31 “Kisah Seorang Bhikkhu”.
“Pewaris Sejati”, artikel yang ditulis oleh Bhikkhu Piyadhiro menarik untuk disimak, warisan apa yang tepat untuk kita berikan kepada anak cucu kita?
Cerita inspiratif “Kisah Seorang Anak yang Menanti Ibunya”, mengharukan perlu disimak agar kita bisa berpikir sebelum bertindak sesal kemudian tiada guna lagi.
Ajahn Brahm “Biarkan Rasa Sakit Berlalu”, kita tidak bisa menghindari rasa sakit, tetapi jangan menolak karena akan semakin menyakitkan, dengan membiarkan rasa sakit maka semuanya pasti akan berlalu dan hilanglah rasa sakit itu.
Segenggam daun Bodhi, kumpulan tulisan Bhikkhu Dhammavudho Thera “Tiada Suatu Pribadi yang Bersifat Kekal”.
Kitab Suci Khudaka Nikaya Sutta Nipata Vijaya Sutta “Kemenangan Atas Kegelapan Batin” merupakan perenungan akan sifat-sifat tubuh manusia yang tidak menarik.
100 tanya jawab dengan Bhikkhu Uttamo mengenai dana dan hubungannya dengan keluarga dijelaskan dengan menarik untuk dibaca.
Semoga tulisan yang kami satukan dalam buletin kesayangan kita dapat meningkatkan pengetahuan yang dapat dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari akan membawa kebahagiaan bagi kita semua.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Sadhu , Sadhu , Sadhu .

Metta Cittena,
Redaksi

--- oOo ---



METTA VIHARA
Vihara copy            JL. UDANG NO. 8 TELP. / Fax. 0283 – 323570 TEGAL 52111

 


KATHINA PUJA

… Gemar berdana dan memiliki moral yang baik, dapat menahan nafsu dan memiliki pengendalian diri, adalah timbunan ‘harta’ yang terbaik bagi seorang pria maupun wanita. ‘Harta’ tersebut dapat diperoleh dengan berbuat kebajikan kepada Cetiya atau Sangha, kepada orang lain atau tamu, kepada ibu dan ayah, atau kepada orang yang lebih tua. Inilah harta yang paling sempurna tidak mungkin hilang, tidak mungkin ditinggalkan, walaupun suatu saat akan meninggal, ia akan tetap membawanya … “
(Nidhikhanda Sutta - Kotbah tentang Penimbunan Harta Sejati)
Umat Buddha kembali mendapat kesempatan untuk menabur dan menanam benih-benih kebajikan pada ladang yang subur. Panitia Kathina 2557/2013 Metta Vihara Tegal akan mengadakan Upacara Sangha Dana di bulan Kathina yang akan diselenggarakan pada:
Hari/tanggal   : Sabtu, 9 November 2013
Waktu             : Pukul 18.00 WIB – 19.00 WIB Ramah Tamah
                                      Pukul 19.00 WIB – selesai Puja Bhakti
Tempat           : Metta Vihara
  Jl. Udang No. 8 Tegal

Panitia menyediakan Paket Kathina:                         
1. Paket Jubah
Rp. 300.000,- (Tiga ratus ribu rupiah)
2. Paket obat-obatan dan kebutuhan sehari-hari
Rp. 150.000,- (Seratus lima puluh ribu rupiah)
3. Ucapan Selamat Kathina
1)    Kolom bersama         Rp.   50.000,-
2)      ¼ halaman                  Rp. 100.000,-
3)      ½ halaman                  Rp. 150.000,-
4)      1 halaman                   Rp. 300.000,-
Bapak/Ibu/Saudara bisa pesan dengan mentransfer ke rekening
BCA No. Rek. 0479073688
a.n. YUNINGSIH ASTUTI – TUSITA WIJAYA

Bagi yang berminat dapat menghubungi:
1.      Metta Vihara
 Jl. Udang No. 8 Telp (0283) 323570 Tegal
2.      Bp. Lukman Susilo (Apotik Nasional)
 Jl. P. Diponegoro 119 Telp (0283) 356628 Tegal
3.      Bp. Lie Ing Beng (Toko Mira)
 Jl. Hos Cokrominoto 69 Telp (0283) 353005 Tegal
4.      Ibu Tusita Wijaya
  Jl. Salak No. 123 Telp (0283) 353685 Tegal
5.      Ibu Yuningsih Pranoto
  Jl. Cendrawasih No. 17 Tegal (0283) 351238
6.      Ibu Ang Siu Lan
       Jl. Udang No. 7 Tegal (0283) 356313
7.     Bpk. Gunawan / A Kwee (Toko Besi Gemilang)
        Jl. Kol. Sudiarto Tegal Telp. 0818 286 224
8.      Bpk. Suriyadhammo
Jl. KH. Nakhrawi 10 Tegal Telp.085727489261


Tegal, Oktober 2013

Metta Cittena
Panitia Kathina 2557/2013 Metta Vihara Tegal

          TTD                             TTD

Lie Ing Beng            Suriyadhammo
Ketua                    Sekretaris




SELAMAT HARI RAYA
KATHINA
2557 TB / 2013







KELUARGA BESAR METTA VIHARA
Jl. Udang No. 8 Tegal ( (0283) 323570
 




MAJELIS AGAMA BUDDHA THERAVADA INDONESIA
( MAGABUDHI )
Pengurus Cabang Kota Tegal
Sekretariat : Metta Vihara, Jl. Udang 8 Tegal
 





WANITA THERAVADA INDONESIA ( WANDANI )
Pengurus Cabang Kota Tegal
Sekretariat : Metta Vihara, Jl. Udang 8 Tegal




Artikel

PEWARIS SEJATI

WARISAN selalu menjadi bahan pembicaraan yang menarik dalam kehidupan dari waktu ke waktu. Berbicara tentang warisan maka yang ada di benak atau pikiran orang pada umumnya adalah warisan dalam bentuk materi. Materi apapun yang dimiliki oleh orang tua pada saatnya akan diwariskan kepada anak-anaknya. Orang tua bekerja keras, membanting tulang, tidak peduli waktu sesungguhnya untuk mengumpulkan materi. Materi yang dikumpulkan orangtua dari kerja keras, selain untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari juga sesungguhnya disimpan oleh orangtua kita, dan pada akhirnya diwariskan kepada anak cucu dan generasi selanjutnya. Materi yang dimiliki oleh orangtua maka sesung­guhnya juga milik dari anak-anaknya. Walaupun apa yang dimiliki orangtua adalah juga milik anak-anak pada waktunya, tetapi berbeda kasusnya materi yang dimiliki anak-anak belum tentu milik orang tua. Orang tua berpikir apa yang bisa diberikan  kepada anak-anak. Anak berpikir apa yang bisa di dapat dari orangtua. Orangtua berpikir untuk memberi. Anak  berpikir apa yang bisa di dapat dari orang tua.
Pembagian warisan materi selalu dinantikan oleh anak-anak. Kadang-kadang hanya karena masalah pembagian warisan hubungan antar saudara tidak akur. Karena warisan, orang bisa dengan tanpa merasa berdosa melakukan hal-hal yang tercela. Karena warisan pula antar saudara tidak akur bahkan bisa terjadi pembunuhan. Sebagai orang tua akan sangat baik membagikan warisan pada saat yang tepat. Banyak orang tua yang tidak membagikan warisan di saat masih hidup, akibatnya anak-anak berebut warisan pada saat orang tua tiada. Kadang pula anak-anak berebut warisan pada saat orang tua masih hidup. Sunggguh menyedihkan melihat hubungan kekerabatan putus hanya gara-gara rebutan materi, banyak orang berpikir materi adalah segala-galanya. Dengan materi orang bisa melakukan apa saja, juga mendapatkan apa yang diinginkan. Tidak punya warisan materi bagi sebagian orang dianggap sial atau tidak beruntung. Dengan kata lain ada yang beranggapan memiliki materi sudah pasti bahagia, tidak punya materi pasti menderita.
Materi memang diperlukan dalam kehidupan ini. Walaupun materi diperlukan, tidak berarti materi adalah segala-galanya. Dengan materi manusia bisa membeli ranjang yang baik, rumah yang baik, mobil yang baik dan lain sebagainya, tetapi perlu diingat kebahagiaan datangnya dari dalam pikiran. Ranjang yang mahal tidak menjamin orang bisa tidur nyenyak. Mobil yang bagus tidak menjamin hati menjadi tentram. Rumah yang bagus belum tentu membuat yang punya merasa nyaman. Banyak orang kaya yang memiliki materi yang berlimpah tetapi hidupnya menderita, pikirannya selalu khawatir. Tidak sedikit orang yang secara materi tidak berkelebihan tetapi hidupnya bahagia, nyaman dan damai. Sesungguhnya materi tidak bisa menjadi jaminan apakah seseorang bahagia atau menderita. Warisan materi bisa berkurang atau bahkan habis kalau tidak pandai menjaga dan merawat. Banyak kasus, banyak pula contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari, orangtuanya kaya raya. tetapi anak-anaknya menjadi orang miskin karena tidak pandai mengelola warisan yang diberikan oleh orangtuanya. Belum sampai generasi yang ke tujuh harta warisan sudah habis tidak tersisa sama sekali .
Sebagian orangtua suka memberikan warisan berupa materi kepada anak-anaknya, sebagian lagi orangtua lebih suka memberikan warisan berupa ilmu pengetahuan dan penguasaan teknologi atau ketrampilan pada anak-anaknya. Bagi orangtua yang memberikan warisan berupa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi maka orangtua ini menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin, dan juga memasukkan ke kursus-kursus ketrampilan tertentu. Apa yang menjadi pemikiran orangtua memberi warisan kepada anak-anaknya berupa warisan ilmu pengetahuan dan ketrampilan dibandingkan dengan memberikan warisan materi? Warisan materi bisa habis tidak bersisa kalau salah pengelolaanya. Warisan materi bisa berkurang atau bahkan dicuri oleh pencuri, kalau tidak dijaga baik-baik. Penguasaan ilmu pengetahuan dan ketrampilan oleh seseorang bisa menjadikan pemiliknya mendapatkan materi dan bertahan hidup. Orang yang mempunyai pengetahuan dan ketrampilan bisa bertahan dalam kondisi yang sulit dengan bekal ilmu yang dimiliki. Ilmu pengetahuan dan ketrampilan tidak mungkin berkurang atau habis kalau orangnya masih hidup. Dengan berpikir bahwa memberi warisan materi lebih rendah nilainya dibandingkan warisan berupa pengetahuan dan ketrampilan maka orangtua zaman sekarang berlomba-lomba memberikan pendidikan yang baik pada putra putrinya, bahkan ada yang menyekolahkan anak-anaknya sampai ke luar negeri.
Bagaimanakah pandangan agama Buddha berkaitan dengan warisan? Adakah ajaran Sang Buddha yang membahas tentang warisan? Banyak orang yang salah mengerti terhadap ajaran Sang Buddha. Berbicara tentang warisan maka sesungguhnya ajaran Sang Buddha juga ada yang membahas permasalahan tentang warisan. Sang Buddha pernah memberi nasihat kepada pemuda Sigala bahwa salah satu kewajiban orangtua kepada anak adalah memberikan warisan pada saat yang tepat. Warisan harus diberikan pada saat yang tepat. Warisan bisa mendatangkan manfaat apabila dikelola dengan baik, sebaliknya juga bisa mendatangkan mudarat kalau dikelola dengan cara yang salah. Warisan hendaknya juga diberikan kepada anak-anak dengan adil. Banyak orang tua yang memberikan warisan secara tidak adil sehingga menimbulkan masalah di antara anak-anak. Ada orang tua tertentu yang memberikan warisan lebih besar kepada anak laki-laki, anak perempuan mendapatkan warisan sedikit. Sesungguhnya anak laki-laki atau perempuan tidak boleh dibeda-bedakan. Sebagai orangtua harus berusaha seadil-adilnya.
Warisan materi dan warisan non materi, manakah yang dipuji oleh para bijaksana? Siapakah pewaris sejati? Inilah pertanyaan yang sering berkecamuk dalam pikiran manusia dewasa ini. Ada orang tertentu yang menganggap materi lebih penting, ada juga yang menganggap non materi jauh lebih penting. Bagaimana pula pandangan Sang Buddha tentang warisan?  Di dalam kitab Majjhima Nikaya, Dhammadayada Sutta (Pewaris Dhamma) Sang Buddha menyatakan bahwa para bhikkhu hendaknya menjadi pewaris dalam Dhamma, bukan pewaris dalam hal-hal materi. Karena kasih sayang kepada para siswa maka Sang Buddha berpikir bagaimanakah caranya supaya para bhikkhu menjadi pewaris di dalam Dhamma, bukan pewaris di dalam materi? Jika para siswa Sang Bhagava menjadi pewaris materi maka para murid Sang Bhagava dan juga Sang Bhagava akan dicela oleh para bijaksana. Sebaliknya kalau para siswa Sang Bhagava menjadi pewaris di dalam Dhamma maka para siswa dan Sang Bhagava akan dipuji oleh para bijaksana. Sang Buddha menganjurkan para siswa beliau untuk menjadi pewaris Dhamma. Bagaimanakah caranya supaya para siswa menjadi pewaris Dhamma?
Para bhikkhu, seandainya saja aku sudah makan, menolak makan lagi, sudah kenyang, selesai, sudah makan cukup, sudah makan apa yang kubutuhkan, dan sejumlah dana makanan masih tersisa untuk dibuang. Kemudian dua orang bhikkhu datang dalam keadaan lapar dan lemah, lalu aku memberitahu mereka: "Para bhikkhu, seandainya saja aku sudah makan, menolak makan lagi, sudah kenyang, selesai, sudah makan cukup, sudah makan apa yang kubutuhkan, dan sejumlah dana makanan masih tersisa untuk dibuang. Makanlah jika kalian mau; jika kalian tidak makan, maka aku akan membuangnya di tempat yang tidak ada tumbuh-tumbuhan, atau membuangnya ke air yang tidak ada kehidupan."
Kemudian salah seorang bhikkhu berpikir: 'Yang Terberkahi sudah makan, makan apa yang Beliau butuhkan, tetapi ada sisa makanan dari Yang Terberkahi untuk dibuang; jika kami tidak makan, Yang Terberkahi akan membuangnya. Tetapi telah dikatakan oleh Yang Terberkahi: "Para bhikkhu, jadilah pewarisku di dalam Dhamma, bukan pewarisku di dalam materi," Dana makanan ini adalah salah satu dari hal-hal materi. Seandainya alih-alih makan dana makanan ini, aku melewatkan malam dan siang dalam keadaan lapar dan lemah.' Lalu, alih-alih makan dana makanan itu, bhikkhu itu melewatkan malam dan siang hari dalam keadaan lapar dan lemah.
Sedangkan bhikkhu yang kedua berpikir: "Yang Terberkahi sudah makan, makan apa yang Beliau butuhkan, tetapi ada sisa dana makanan dari Yang Terberkahi untuk dibuang, seandainya aku makan dana makanan itu dan melewatkan malam serta siang dalam keadaan tidak lapar dan tidak lemah." Lalu, setelah makan dana makanan itu, dia melewatkan malam dan siang hari dalam keadaan tidak lapar dan tidak lemah.
Nah, walaupun karena makan dana makanan tersebut, bhikkhu itu melewatkan malam dan siang hari dalam keadaan tidak lapar dan tidak lemah, namun bhikkhu pertama itulah yang selayaknya lebih dihormati dan dipuji olehku. Mengapa demikian? Karena kemauannya untuk lama menopang sedikitnya keinginan, rasa puas, penghapusan, dukungan yang mudah, dan munculnya energi. Oleh karena itu, para bhikkhu, jadilah pewarisku di dalam Dhamma, bukan pewarisku di dalam hal-hal materi.
Dari uraian di atas maka jelaslah apa yang dimaksud sebagai pewaris sejati adalah mereka yang mewarisi Dhamma dari Sang Buddha. Yang diwariskan Sang Buddha kepada para siswa-siswa beliau adalah Dhamma yang bertujuan untuk mengakhiri dukkha, bukan menambah dukkha. Dhamma yang diajarkan oleh Sang Buddha adalah permata mulia; yang lebih berharga dari permata apapun yang ada di dunia ini. Warisan Dhamma lebih berharga daripada warisan materi. Sudahkah kita menjadi pewaris sejati?
VIHARA MENDUT, 30 SEPTEMBER 2011
BHIKKHU PIYADHIRO
SUMBER : Majalah DHAMMACAKKA NOVEMBER 2011
--- oOo ---


Cerita Inspiratif

KISAH SEORANG ANAK YANG MENANTI IBUNYA

Dua puluh tahun yang lalu aku melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Hasan, suamiku, memberinya nama Erik. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Aku berniat memberikannya kepada orang lain saja atau dititipkan di panti asuhan agar tidak membuat malu keluarga kelak.
Namun suamiku mencegah niat buruk itu. Akhirnya dengan terpaksa kubesarkan juga. Di tahun kedua setelah Erik dilahirkan, akupun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Kuberi nama Angel. Aku sangat menyayangi Angel, demikian juga suamiku. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikan pakaian yang indah-indah.
Namun tidak demikian halnya dengan Erik. la hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Suamiku sebenarnya sudah berkali-kali berniat membelikannya, namun aku selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Suamiku selalu menuruti perkataanku.
Saat usia Angel dua tahun, Suamiku meninggal dunia. Erik sudah berumur empat tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk.
Akhirnya aku mengambil sebuah tindakan yang akan membuatku menyesal seumur hidup. Aku pergi meninggalkan kampung kelahiranku bersama Angel. Erik yang sedang tertidur lelap kutinggalkan begitu saja.
Kemudian aku memilih tinggal di sebuah rumah kecil setelah tanah kami laku terjual untuk membayar hutang. Setahun, dua tahun, lima tahun, 10 tahun..... telah berlalu sejak kejadian itu.
Kini Aku telah menikah kembali dengan Beni, seorang pria dewasa yang mapan. Usia pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Beni, sifat-sifat burukku yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang.
Angel kini telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkannya di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Erik dan tidak ada lagi yang mengingatnya.
Sampai suatu malam. Malam di mana aku bermimpi tentang seorang anak. Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali. la melihat ke arahku. Sambil tersenyum ia berkata, "Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali sama Mama!" Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun aku menahannya, “ Tunggu ….., sepertinya aku mengenalmu. Siapa namamu anak manis ? “ Nama saya Elik Tante .  “ Erik ? Erik……. Ya Tuhan Kau benar benar Erik” Aku langsung tersentak bangun . Rasa bersalah , sesal dan berbagai perasaan aneh lainnya menerpaku saat itu juga . Tiba tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu . seperti sebuah film yang sedang diputar di kepala .Baru sekiarang aku menyadari betapa jahatnya perbuatanku dulu. Rasanya seperti mau mati saja saat itu.  Ya , saya harus mati …….., mati….., mati …..  Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan saya gores kan ke pergelangan tangan , tiba tiba bayangan Erik melintas kembali di pikiranku. “ Ya Erik , Mama akan menjemputmu  Erik …. Sabar ya nak ….. “
Sore itu aku memarkir mobil biruku di samping sebuah gubuk, dan Beni suamiku dengan pandangan heran menatapku dari samping . “ Maryam apa yang sebenarnya terjadi ? ” Oh suamiku , kau pasti akan membenciku setelah kuceritakan  hal yang telah kulakukan dulu ,  tetapi aku menceritakan juga dengan terisak isak.
Ternyata Kamma baik berpihak kepadaku , aku telah mendapatkan suami yang begitu baik dan penuh pengertian . Setelah tangisku mereda , aku pun keluar dari mobil diikuti oleh suami dari belakang . Mataku menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter didepanku . Aku mulai teringat betapa gubuk itu pernah kutempati beberapa tahun lamanya  dan Erik …… Erik ……..
Aku meninggalkan Erik disana  sepuluh tahun yang lalu . Dengan perasaan sedih aku pun berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang terbuat dari bambu itu . Gelap sekali …..  Tidak  terlihat sesuatu apapun ! Perlahan mataku mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu . Namun aku tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah . Aku mengambilnya seraya mengamatinya dengan seksama ……  Mataku mulai berkaca kaca , aku mengenali betul potongan kain tersebut , itu bekas baju butut yang dulu dikenakan Erik sehari hari……….
Beberapa saat kemudian , dengan perasaan yang sulit dilukiskan , akupun keluar dari ruangan itu …. Air mataku mengalir dengan derasnya . Saat itu aku hanya diam saja . Sesaat kemudian aku dan suami mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut . Namun tiba tiba aku melihat seseorang  di belakang mobil kami , Aku sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali . Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor. Ternyata ia seorang wanita tua . Kembali aku tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suara parau . “ Hei …. ! Siapa kamu ? mau apa kau kesini ? “ Dengan memberanikan diri , aku pun bertanya “ Ibu apa Ibu kenal dengan seorang anak bernama Erik yang dulu tinggal disini ? “ Tiba tiba ia menjawab  “ Kalau kamu Ibunya , kamu sungguh perempuan terkutuk ! Tahukah kamu sepuluh tahun yang lalu  sejak kamu meninggalkannya di sini Erik terus menunngu Ibunya dan memanggil Mamaaaa………, Mamaaaaa……….. ! Karena tidak tega saya terkadang memberinya makan & mengajaknya tinggal bersama saya . Walau saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah , namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu ! Tiga bulan yang lalu Erik meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari  selama bertahun tahun hanya untuk menulis ini untukmu………. Saya pun membaca tulisan di kertas itu ………..  “ Mama , mengapa Mama tidak pernah kembali lagi ………. ? Mama benci ya sama Erik ? Ma…….. biarlah Erik yang pergi saja , tapi Mama harus berjanji kalau Mama tidak akan benci lagi sama Erik . Udah dulu ya Ma , Erik sayaaaaaang sama Mama……………”
Aku menjerit histeris membaca surat itu . “ Bu tolong katakan ….  Katakan dimana ia sekarang ? Aku berjanji akan menyayanginya sekarang ! Aku tidak akan meninggalkannya lagi  , Bu tolong katakan …….! “
Suamiku memeluk tubuhku yang bergetar sangat keras , “ Nyonya , semua sudah terlambat . Sehari sebelum Nyonya datang , Erik sudah meninggalkan  dunia . Ia meninggal di belakang gubuk ini . tubuhnya sangat kurus , ia sangat lemah . Hanya demi menunggumu ia rela bertahan dibelakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya . Ia takut apabila Mama nya datang , Mamanya akan pergi lagi bila melihatnya ia ada di dalam sana ……… ia hanya berharap dapat melihat Mamanya dari belakang gubuk ini …. Meskipun hujan deras , dengan kondisinya yang lemah ia bersikeras menunggu Nyonya , kesalahan anda tidak terampuni !”
Aku kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi .

                     Sumber Majalah Dhammacakka, Vol 18 November 2012   





Membuka Pintu Hati
Rasa Takut dan Rasa Sakit

BIARLAH RASA SAKIT BERLALU
AJAHN BRAHM
 
 


Dalam cerita sebelumnya, yang saya biarkan berlalu adalah rasa takut akan rasa sakit. Saya menyambut rasa sakit, mendekapnya, dan mengizinkannya. Karena itulah rasa sakit itu pergi.
Beberapa kawan saya yang menderita rasa sakit yang hebat telah mencoba metode ini dan tidak berhasil! Mereka mendatangi saya untuk mengadu, mengatakan bahwa sakit gigi yang saya derita tak ada apa-apanya dibandingkan rasa sakit yang mereka derita. Itu tidak benar. Rasa sakit bersifat pribadi dan tidak dapat diukur. Saya menjelaskan kepada mereka mengapa metode "biarlah berlalu" tak berhasil pada kasus mereka dengan cerita tiga murid berikut ini.
Murid pertama, dalam rasa sakit yang hebat, mencoba untuk membiarkan berlalu.
"Berlalulah," bujuk mereka, dengan lembut, dan menanti. "Berlalulah!" ulang mereka ketika tak ada perubahan. "Pergilah sana!""Ayo, pergilah.""Aku bilang, pergilah!" "PERGILAH!"
Kita mungkin merasa itu lucu, tetapi itulah yang kita lakukan selama ini. Kita membiarkan pergi hal yang salah. Kita seharusnya membiarkan pergi orang yang berkata "berlalulah".
Kita semestinya membiarkan berlalu "si pengatur" yang ada dalam diri kita, dan kita semua tahu siapa itu. Membiarkan berlalu berarti "tak ada si pengatur".
Murid kedua, dalam rasa sakit yang mengerikan, ingat akan petuah di atas dan membiarkan berlalu pengendalinya. Lalu mereka duduk bersama rasa sakit, mengira mereka telah membiarkannya berlalu. Setelah sepuluh menit rasa sakit itu masih sama saja, jadi mereka mengeluhkan metode ini tidak jalan. Saya menjelaskan kepada mereka bahwa metode membiarkan berlalu ini bukan metode untuk membebaskan diri dari rasa sakit, melainkan metode untuk bebas dari rasa sakit. Murid kedua telah mencoba untuk membuat kesepakatan dengan rasa sakit: "Aku akan membiarkan kamu selama sepuluh menit, dan setelah itu, hei kamu, rasa sakit, akan pergi. OK?"
Itu sih bukan membiarkan rasa sakit berlalu, tetapi mencoba untuk membebaskan diri dari rasa sakit.
Murid ketiga, dalam rasa sakit yang menakutkan, berkata kepada rasa sakit itu kata-kata seperti ini: "Sakit, pintu hatiku selalu terbuka untukmu, apa pun yang kamu lakukan. Masuklah."
Murid ketiga bersedia dengan sepenuh hati mengizinkan rasa sakit terus berlanjut selama yang diinginkannya, bahkan selama seumur hidup, bahkan membolehkan mereka bertambah parah. Mereka memberikan kebebasan bagi rasa sakit. Mereka berhenti mengendalikannya. Itulah yang disebut membiarkan berlalu. Apakah rasa sakit itu masih ada atau tidak, sama saja jadinya. Hanya dengan itulah, rasa sakit lenyap.
--- oOo ---

UNDANGAN KATHINA 2557/2013

Diharap kehadiran Bapak/Ibu/Saudara
dalam acara Sangha Dana (Kathina 2557 TB/2013)
yang akan diselenggarakan pada:
Hari/Tanggal              : Sabtu, 9 November 2013
Waktu                     : Pukul 18.00 WIB-Selesai
Tempat                    : Metta Vihara
            Jl. Udang No 8 Tegal
Atas kehadirannya kami ucapkan anumodana dan terikasih
Panitia Kathina 2557 Metta Vihara Tegal

SEGENGGAM DAUN BODHI

KUMPULAN TULISAN
BHIKKHU DHAMMAVUDDHO MAHA THERA

Message of The Buddha

PESAN BUDDHA

Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa

Tiadanya Suatu Pribadi Yang Bersifat Kekal

Lima kelompok kehidupan adalah tidak kekal. Buddha melalui pencerahan-Nya menyadari bahwa tiada sesuatu pribadi yang bersifat abadi, kekal yang dapat ditemukan dimanapun di alam semesta. Kenyataan ini sulit untuk dipahami dan sama sulitnya bagi banyak orang untuk menerimanya. Ini karena kita telah melekati pandangan akan pribadi yang kekal dari kehidupan masa lampau yang tidak terbatas, dan hanya keegoisan ini yang menyebabkan kita berada dalam lingkaran eksistensi kehidupan demi kehidupan, mengalami kegelisahan, ketakutan, kesedihan, ratap-tangis, kesakitan, penderitaan dan keputusasaan.
Makhluk pada dasarnya terdiri dari tubuh jasmani dan batin. Di dalam terminologi Buddhis kita sering berkata tentang lima khandha atau kelompok kehidupan, yang terdiri dari tubuh jasmani, perasaan, persepsi, kemauan/kehendak dan kesadaran. Ini juga disebut tubuh jasmani dan batin. "Diri/pribadi" ini adalah tidak kekal, berubah, subjek dari kondisi, tetapi makhluk hidup menganggap "diri/pribadi" yang mereka lekati sebagai kekal, tidak berubah, dan yang abadi selamanya. Mereka pada umumnya menganggap lima kelompok kehidupan sebagai diri/pribadi, merupakan miliknya diri/pribadi, diri/pribadi berada/bersemayam di dalam lima kelompok kehidupan, atau lima kelompok kehidupan berada/ bersemayam di dalam diri/pribadi.
Tubuh jasmani bukan merupakan diri/pribadi. Tubuh ini lebih mudah dipahami sebagai tiadanya diri/pribadi. Pengetahuan modern menunjukkan kepada kita bahwa tubuh itu tersusun dari milyaran sel yang secara terus menerus berubah. Sel yang tua mati dan sel yang baru tumbuh dan tubuh ini tidak sama dalam dua selang waktu; karenanya tidak ada sesuatu yang kekal yang disebut tubuh, ia merupakan sesuatu yang terus berubah, sebuah perubahan. Buddha menyamakan tubuh ini seperti sebuah gumpalan busa, dimana gelembung yang tua pecah dan gelembung yang baru muncul dengan tidak adahya inti yang kekal.
Kita tidak mempunyai kendali atas semua itu. la datang di dunia ini tanpa diminta, tumbuh secara alami dan setelah kira-kira dua puluh delapan tahun, ia mulai menua. Dan yang merupakan ketakutan terbesar kita, suatu hari akan mati. Bagaimana tubuh ini dapat menjadi milik kita ketika semua itu diluar kendali kita?
Ini keadaan yang sangat tidak stabil. Seseorang mungkin berpikir kalau dia adalah orang yang kuat, dalam kesehatan yang prima, tetapi satu atau  dua minggu kemudian penyakit serius dapat mengurasnya hingga tinggal kulit dan tulang belaka, kerangka hidup. Masa kehidupan kita adalah tidak-pasti dan kita dapat mati kapanpun saja. Oleh sebab itu Buddha mengatakan kalau tubuh ini berpenyakit seperti kanker.
Kita harus merawatnya sepanjang waktu. Setiap beberapa jam kita harus memberinya makan, namun tidak pernah mendapatkan kepuasaan, kita juga harus sering membersihkannya, jika tidak ia berbau busuk, lalu pergi ke kamar mandi setiap waktu untuk pembuangan kotoran, lalu tugas yang tak habis lainnya seperti berpakaian, memotong kuku kita, menggosok gigi, dan membalut luka kita.. Tubuh ini diluar dugaan , memiliki kecenderungan alami akan tindakan jahat yang menyakiti kita nantinya. Tetapi untuk mengendalikannya sangatlah sulit. Demikian Buddha mengatakan tubuh ini adalah penderitaan, bukan diri/pribadi.
Batin bukanlah diri/pribadi. Adalah lebih sulit untuk memahami jika batin bukanlah diri/pribadi. Batin secara dasarnya adalah kesadaran karena kesadaran nadir dalam setiap kegiatan mental. Ada enam jenis kesadaran yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, sentuhan dan berpikir. Menurut Buddha,, semua hal-hal yang terkondisi muncul dari sebab-sebab. Enam jenis kesadaran muncul dari kondisi-kondisi; kesadaran penglihatan muncul karena benda yang terlihat dan organ mata; kesadaran pendengaran muncul karena adanya suara dan organ telinga; kesadaran penciuman muncul karena adanya bau dan organ hidung; kesadaran pengecap muncul karena adanya cita-rasa dan organ lidah; kesadaran peraba muncul karena adanya objek sentuhan dan tubuh jasmani; kesadaran pikiran muncul karena adanya objek pikiran dan pikiran.
Keenam kesadaran ini muncul dan lenyap dengan sangat cepat, muncul seperti kesadaran yang tidak terpecahkan, kekal, yang abadi. Hanya seorang Buddha yang sepenuhnya tercerahkan melihatnya dengan jelas sebagai satu rangkaian berbagai macam jenis kesadaran yang berbeda, muncul bergantungan kepada kondisi-kondisi. Demikian batin adalah sebuah kondisi yang berubah terus-menerus, tidak adanya inti yang disebut batin. Dimanakah gerangan diri atau pribadi itu secara alamiah? Lebih lanjut lagi, di dalam meditasi yang dalam, pikiran bahkan dapat dibuat berhenti dan muncul kembali. Jika batin adalah diri/pribadi, ketika dia berhenti, dimanakah diri atau pribadi itu?
Ilmu Pengetahuan memulai pembuktian. Ilmu Pengetahuan memberitahukan kita bahwa semua sel di dalam tubuh kita terdiri dari atom-atom. Sekarang kita mengetahui atom-atom pada dasarnya kosong seperti ruang angkasa, 99.99% adalah kosong, dengan partikel-partikel energi yang berpindah ke sini dan ke sana. Jadi tubuh kita tidak berbeda dengan udara di sekitar kita, yang pada dasarnya kosong. Bagaimana mungkin kita melihat diri kita sebagai tubuh manusia yang padat. Ilmu Pengetahuan hanya memulai untuk memahami bahwa kekosongan ini sebenarnya adalah kesadaran. Tanpa kesadaran tidak ada dunia. Pikiran yang suci menciptakan dunia yang bahagia, pikiran yang jahat menciptakan dunia yang menyedihkan. Itulah sebabnya pentingnya mengembangkan pikiran yang baik.

KESIMPULAN
Kehidupan kelihatan sebagai latihan perkembangan spriritual bagi setiap makhluk hidup. Kita seharusnya belajar dan memahami dengan lebih baik hukum alam semesta dalam setiap kehidupan. Jika kita memahami dan hidup sesuai dengan hukum ini maka kita akan terlahir di alam yang lebih tinggi, yang lebih berbahagia. Jika kita melanggar hukum ini dengan menyakiti yang lain, kita akan terlahir kembali di alam yang menyedihkan untuk belajar dari kesalahan kita. Kehidupan manusia berada pada tingkat eksistensi yang berbahaya. Secara langsung dibawah kita adalah pintu-pintu menuju alam kelahiran yang menyedihkan. Ini sebabnya mengapa orang-orang suci telah datang dan akan terus datang untuk memperingatkan kita, sebuah suara kebijaksanaan. Kehidupan manusia sangat unik, karena di sini kita menciptakan banyak kamma, tidak seperti alam-alam keberadaan lainnya dimana makhluk-makhluknya banyak yang menjalani buah dari kamma masa lampau mereka. Kita dapat melihat dukkha lebih jelas daripada di alam-alam surga serta kemendesakan. Dan kita memiliki berkah, tidak seperti alam rendah yang menderita, untuk berusaha mengakhiri lingkaran kehidupan yang sangat sulit untuk dijalani. Buddha berkata bahwa sangat langka untuk terlahir sebagai seorang manusia. Sama sulitnya seperti seekor kura-kura buta di lautan yang luas, yang muncul di permukaan sekali hanya dalam seratus tahun untuk mendapatkan udara segar, untuk dapat meletakkan kepalanya dalam lingkaran sebuah kayu yang terapung di lautan yang luas. Itu mungkin akan berlangsung sangat lama sebelum kita dapat memiliki tubuh manusia lagi.
Kehidupan sangat pendek, rata-rata usia kehidupan seseorang adalah sekitar tujuh puluh tahun. Jika seseorang berusia empat puluh tahun, memungkinkan baginya untuk hidup tiga puluh tahun lagi. Ini tidak terlihat lama jika dia menyadari bahwa dia dapat merayakan tahun baru hanya tiga puluh kali lagi! Jika kita berharap untuk menjalani kehidupan suci dan mengembangkan Jalan Mulia, kita juga seharusnya mengetahui bahwa Buddha mengatakan usia tua adalah waktu yang salah untuk berusaha, karena seseorang tidak efisien lagi secara fisik dan mental. Kematian bagaikan pembunuh di tumit kita kemanapun kita pergi . Jika kita melekat pada orang-orang yang kita cintai, kematian mereka akan membawa banyak penderitaan pada kita, kecuali kita yang meninggal duluan. Kematian akan datang, sama pastinya dengan malam menggantikan siang. Kita harus menolong diri kita sendiri, tidak ada yang dapat menolong kita. Kita harus mengandalkan usaha kita sendiri, kamma kita sendiri. Pesan Buddha sudah jelas: "Hindari kejahatan, Lakukan kebajikan, sucikan pikiran." Jika kita tidak dapat melaksanakan seluruh pesan ini, setidak-tidaknya "Hindari kejahatan, lakukan kebajikan."
--- oOo ---
SEGENGGAM DAUN BODHI
Penerjemah :
Rety Chang Ekavatti, S. Kom, BBA
Yuliana Lie Pannasiri, MBA
Penyunting :
Nana Suriya Johnny, SE
Andromeda Nauli, Ph.D




Kitab Suci Agama Buddha bagian dari
Khuddaka Nikaya, Sutta Pitaka

Judul asli : The Sutta-Nipata
Translated from The Pali by H. Saddatissa

11. VIJAYA SUTTA

Kemenangan atas Kegelapan Batin

Perenungan akan sifat-sifat tubuh manusia yang tidak menarik

1 Selagi berjalan, berdiri, duduk maupun berbaring, siapa pun juga akan mengerutkan atau meregangkan tubuhnya. Demikianlah gerakan tubuh.                                                                                                  (193)

2 Tubuh disatukan dengan tulang dan otot, direkat dengan kulit dan daging, sehingga sifatnya yang sejati tidak dipahami.                                                                                                                         (194)

3 Tubuh berisi usus di rongga perut, gumpalan hati di dalam perut, kandung kencing, jantung, paru-paru, ginjal dan limpa;                                                                                                                         (195)

4 Dengan lendir, air liur, keringat, getah bening, darah, cairan selaput, empedu dan lemak.             (196)

5 Lewat sembilan aliran, kekotoran terus-menerus mendesak keluar dari mata keluar kotoran mata, dari telinga keluar kotoran telinga;                                                                                                             (197)

6 Dari hidung keluar ingus; kadang-kadang tubuh mengeluarkan muntahan lewat mulut dan mengeluarkan cairan empedu serta lendir; dari tubuh keluar keringat dan kotoran.                                                     (198)

7 Rongga di kepala dipenuhi otak; tetapi orang tolol karena ketidaktahuannya menganggapnya sebagai benda yang bagus;                                                                                                                         (199)

8 Ketika tubuh terbaring mati dalam keadaan bengkak dan pucat kebiru-biruan lalu disingkirkan ke tanah pekuburan, tidak lagi ada sanak saudara yang menginginkannya.                                                         (200)

9 Anjing, serigala, cacing, gagak dan burung nasar, serta makhluk-makhluk lain memakan bangkainya.       (201)

10 Di dunia ini, bhikkhu yang bijaksana, yang mendengarkan kata-kata Sang Buddha, akan memahami tubuh ini sepenuhnya serta melihatnya dengan pandangan benar.                                                         (202)

11 Dia membandingkan tubuhnya dengan mayat, dan karena berpikir bahwa tubuh ini sama seperti mayat dan mayat sama dengan tubuh ini, dia menghapus nafsu terhadap tubuhnya sendiri.                        (203)

12 Di dunia ini, bhikkhu yang bijaksana seperti itu, yang terbebas  dari  nafsu  keinginan  dan  kemelekatan,  akan mencapai keadaan Nibbana yang kekal, yang hening dari tanpa kematian.                            (204)

13 Tubuh ini bersifat tidak murni, berbau busuk dan penuh dengan berbagai kebusukan yang menetes di sana sini.   (205)

14 Jika orang yang memiliki tubuh seperti ini menyombongkan dirinya sendiri dan merendahkan yang lain hal itu semata-mata disebabkan karena kurangnya pandangan terang pada dirinya.                              (206)

Catatan
Vijaya berarti 'kemenangan'. Di sini, 'kemenangan' atas kegelapan batin yang berkenaan dengan kerangka tubuh yang tidak murni. Sutta ini juga disebut Kayavicchandanika Sutta, khotbah mengenai sifat tubuh yang tidak menarik.

--- oOo ---


PINDAPATTA
Akan diadakan pindapatta pada:
Hari       : Sabtu, 9 November 2013
                                                  Minggu, 10 November 2013
                                    Pukul    : 06.30 WIB
Bhikkhu keluar dari Metta Vihara menuju Jl. Teri - Jl.Veteran - Jl.Gurami - Jl.Udang – Kembali ke Metta Vihara
Bagi Bapak/Ibu yang ingin berdana makanan diharap siap 15 Menit sebelumnya.
Anumodana dan terimakasih
Dayakasabha Metta Vihara Tegal
                                             

100  TANYA JAWAB DENGAN BHIKKHU UTTAMO

Dari : Solihin Latif, Jakarta
Namo Buddhaya,
Ada beberapa pertanyaan yang ingin saya tanyakan.
1.   Kalau kita berdana dan ternyata dana tersebut di salah gunakan, apakah kita masih menerima kamma baik atau itu hanyalah kamma buruk kita saja yang sedang berbuah?
2.   Kalau kita berdana, apakah anggota keluarga kita juga menerima kamma baik?
3.   Dalam meditasi, kita dianjurkan untuk memperhatikan nafas keluar dan masuk secara alami. Bagaimana caranya kita bisa membedakan kalau kita dalam bermeditasi memperhatikan nafas kita yang alami bukan yang-dikontrol oleh kita ? Terima kasih Bhante.

Jawaban:
1.   Seseorang pada saat berdana berarti ia telah melakukan suatu kebajikan. Apabila dana yang telah dipersembahkan itu disalahgunakan oleh si penerima, maka donatur tetap mendapatkan buah kamma baik walaupun tidak maksimal dibandingkan apabila dana tersebut dipergunakan secara benar. Kalau donatur merasa kecewa atas penyalahgunaan dananya, maka pada saat itu ia sedang memetik buah kamma buruk. Oleh karena itu, sebaiknya donatur tetap menjaga ketenangan batinnya ketika ia mengetahui adanya penyalahgunaan dana yang telah dipersembahkannya. la hendaknya menjadikan pengalaman ini sebagai pelajaran yang tidak perlu disesali. la sebaiknya lebih waspada sehingga di masa depan, masalah penyalahgunaan dana ini tidak terjadi lagi. Sedangkan orang yang telah menyalahgunakan dana yang diterimanya adalah termasuk melakukan kamma buruk.
2.   Dalam pengertian Hukum Kamma, mereka yang telah melakukan kebajikan akan mendapatkan kebahagiaan. Oleh karena itu, para donatur sendirilah yang nantinya akan mendapatkan kebahagiaan sebagai buah kamma baiknya. Namun, secara tradisi, sering setelah seseorang berbuat baik, ia dapat mengucapkan tekad agar keluarganya berbahagia dengan kalimat : "Semoga dengan dana dan kebajikan yang telah dilakukan sampai saat ini akan membuahkan kebahagiaan untuk DIRI SAYA dalam bentuk keluarga saya selalu sehat dan bahagia."
3.   Pada saat seseorang bermeditasi dengan mempergunakan pernafasan sebagai obyek, ia hendaknya bernafas secara alami dan bukan diatur. Pernafasan alami ini biasanya ditandai dengan irama nafas yang tidak sama di awal, pertengahan dan akhir latihan meditasi. Pada awal meditasi, pada umumnya nafas lebih cepat iramanya dibandingkan setelah pelaku meditasi dapat berkonsentrasi. Selain itu, pada mulanya, pernafasan juga lebih dalam dan panjang daripada setelah seseorang dapat memegang obyek. Oleh karena itu, irama pernafasan yang tidak sama inilah yang membuktikan bahwa pelaku meditasi tidak mengatur pernafasan, namun hanya sekedar mengetahui proses masuk dan keluarnya pernafasan yang berjalan secara alamiah.

Semoga keterangan ini dapat dijadikan pedoman untuk meningkatkan kualitas konsentrasi dalam bermeditasi. Semoga bahagia.

Semoga selalu bahagia .

--- oOo ---




Setitik Cahaya di Balik Kabut
Cara hidup yang benar

Pandita Dr. R. Surya Widya, Sp.Kj
Saturday, March 6, 2010 at 7:36pm

Tidak (berhenti) melakukan perbuatan yang merugikan diri sendiri atau merugikan orang lain memang sangat sulit untuk dilaksanakan. Disebut kejahatan, miisalnya membunuh, mencuri, merampok, menipu, mengucapkan kata-kata yang keliru, mabuk-mabukan, berzinah, dll. Rajin berbuat jahat akan berakibat terlahir di alam menderita.
Buddha tidak pernah melarang siswanya untuk melakukan ini atau itu karena memang manusia tidak mau dilarang-larang namun memberitahu dengan sangat jelas akibat dari setiap perbuatan yang dilakukan. Buddha mengajarkan agar siswaNya melatih diri dengan sungguh-sungguh untuk tidak melanggar sila, pelanggaran sila adalah hal yang biasa, yang penting harus segera disadari dan tidak diulangi lagi.
Menambah perbuatan yang menguntungkan diri sendiri dan menguntungkan orang lain adalah langkah berikut. Disebut kebajikan atau kebaikan, misalnya banyak beramal, berbakti kepada  orang tua/mertua, menolong orang sakit, memberi santunan kepada orang miskin, menghormati orang yang lebih tua, mempersembahkan jasa kepada para leluhur,  rajin belajar Dhamma, berbincang tentang Dhamma, membabarkan Dhamma, meluruskan pandangan yang keliru dll.. Perlu diulang-ulang dengan cara yang benar, sangat bermanfaat untuk mengurangi sang aku dan kemelekatan.
Yang tidak kalah pentingnya adalah membersihkan batin, menyingkirkan keserakahan, mengurangi kebencian dan melenyapkan kegelapan batin. Harus dilakukan terus menerus tiada henti, sampai mencapai kebebasan abadi . Selamat mencoba cara ini !


--- oOo ---

Tidak ada komentar:

Posting Komentar