Tegal, 24 Oktober 2013
No
: 74, Tahun Ketujuh
Penasehat : Ketua Yayasan Metta Jaya ( Loe Lian Phang )
Penanggung Jawab : Ketua
Dayakasabha Metta Vihara Tegal ( Lie
Ing Beng )
Pimpinan Redaksi : Ibu Tjutisari
Redaksi
Pelaksana : 1. Ibu Pranoto 4. Liliyani
2. Suriya Dhammo 5.
Sumedha Amaravathi
3. Ade Kristanto 6. Lie Thiam Lan
Alamat Redaksi : Metta Vihara
Jl. Udang
No. 8 Tegal Telp. (0283) 323570
BCA No Rek : 0479073688 an. YUNINGSIH ASTUTI - TUSITA WIJAYA
DHAMMAPADA ATTHAKHATA
Bab
II - Syair 31
Seorang bhikkhu yang bergembira
dalam kewaspadaan dan melihat bahaya dalam kelengahan akan maju terus, membakar
semua rintangan batin, bagaikan api membakar kayu baik yang besar maupun yang
kecil.
BAB II – Syair 31
Kisah
Seorang Bhikkhu
Seorang
bhikkhu, setelah memperoleh pelajaran meditasi dari Sang Buddha, pergi ke hutan
untuk bermeditasi. Meskipun dia berlatih dengan sungguh-sungguh dia hanya
memperoleh kemajuan yang sangat kecil. Akibatnya;, ia menjadi frustasi. Dengan
berpikir akan memperoleh petunjuk dari
Sang Buddha, dia meninggalkan hutan menuju Vihara Jetavana.
Dalam
perjalanannya, dia melewati nyala api yang sangat besar. Dia berlari menuju
puncak gunung dan mencari dari mana api tersebut datang. Melihat api yang membakar
itu, ia termenung. Pikirnya, seperti api yang membakar habis semuanya, begitu
juga pandangan terang akan membakar semua belenggu kehidupan, besar dan kecil.
Sementara
itu, dari Kamar Harum (Gandhakuti) di Vihara Jetavana, Sang Buddha mengetahui
apa yang dipikirkan oleh bhikkhu tersebut. Beliau menampakkan diri dan berkata,
"Anak-Ku, engkau berada di jalan pikiran yang benar. Pertahankanlah! Semua
makhluk harus membakar belenggu kehidupannya dengan pandangan terang."
Kemudian
Sang Buddha membabarkan syair 31 berikut:
Seorang bhikkhu yang bergembira
dalam kewaspadaan dan melihat bahaya dalam kelengahan akan maju terus, membakar
semua rintangan batin, bagaikan api membakar kayu baik yang besar maupun yang
kecil.
Bhikkhu
tersebut berhasil mencapai tingkat kesucian arahat setelah khotbah Dhamma
berakhir .
Sumber : 1. Dhammpada Atthakhata. Penerbit : Vidyasena
2.
Kitab suci Dhammapada. Penerbit :
Bahusutta Society
--- oOo ---
SEKAPUR SIRIH
Kewaspadaan dan melihat bahaya kelengahan akan membawa kemajuan batin
dalam mencapai kesucian. Dhammapada syair 31 “Kisah Seorang Bhikkhu”.
“Pewaris Sejati”, artikel yang ditulis oleh Bhikkhu Piyadhiro
menarik untuk disimak, warisan apa yang tepat untuk kita berikan kepada anak
cucu kita?
Cerita inspiratif “Kisah Seorang Anak yang Menanti Ibunya”,
mengharukan perlu disimak agar kita bisa berpikir sebelum bertindak sesal
kemudian tiada guna lagi.
Ajahn Brahm “Biarkan Rasa Sakit Berlalu”, kita tidak bisa
menghindari rasa sakit, tetapi jangan menolak karena akan semakin menyakitkan,
dengan membiarkan rasa sakit maka semuanya pasti akan berlalu dan hilanglah
rasa sakit itu.
Segenggam daun Bodhi, kumpulan tulisan Bhikkhu Dhammavudho Thera
“Tiada Suatu Pribadi yang Bersifat Kekal”.
Kitab Suci Khudaka Nikaya Sutta Nipata Vijaya Sutta “Kemenangan
Atas Kegelapan Batin” merupakan perenungan akan sifat-sifat tubuh manusia yang
tidak menarik.
100 tanya jawab dengan Bhikkhu Uttamo mengenai dana dan
hubungannya dengan keluarga dijelaskan dengan menarik untuk dibaca.
Semoga tulisan yang kami satukan dalam buletin kesayangan kita
dapat meningkatkan pengetahuan yang dapat dipraktekan dalam kehidupan
sehari-hari akan membawa kebahagiaan bagi kita semua.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Sadhu , Sadhu , Sadhu .
Metta Cittena,
Redaksi
--- oOo ---
METTA VIHARA
JL. UDANG NO. 8 TELP.
/ Fax. 0283 – 323570 TEGAL 52111
KATHINA PUJA
“ …
Gemar berdana dan memiliki moral yang baik, dapat menahan nafsu dan memiliki
pengendalian diri, adalah timbunan ‘harta’ yang terbaik bagi seorang pria
maupun wanita. ‘Harta’ tersebut dapat diperoleh dengan berbuat kebajikan kepada
Cetiya atau Sangha, kepada orang lain atau tamu, kepada ibu dan ayah, atau
kepada orang yang lebih tua. Inilah harta yang paling sempurna tidak mungkin
hilang, tidak mungkin ditinggalkan, walaupun suatu saat akan meninggal, ia akan
tetap membawanya … “
(Nidhikhanda Sutta - Kotbah tentang Penimbunan Harta Sejati)
Umat Buddha kembali mendapat kesempatan
untuk menabur dan menanam benih-benih kebajikan pada ladang yang subur. Panitia
Kathina 2557/2013 Metta Vihara Tegal akan mengadakan Upacara Sangha Dana di
bulan Kathina yang akan diselenggarakan pada:
Hari/tanggal : Sabtu,
9 November 2013
Waktu :
Pukul 18.00 WIB – 19.00 WIB Ramah Tamah
Pukul 19.00 WIB – selesai Puja Bhakti
Tempat :
Metta Vihara
Jl. Udang No. 8 Tegal
Panitia menyediakan Paket Kathina:
1.
Paket Jubah
Rp. 300.000,- (Tiga ratus ribu rupiah)
2.
Paket obat-obatan dan kebutuhan
sehari-hari
Rp. 150.000,- (Seratus lima puluh ribu
rupiah)
3.
Ucapan Selamat Kathina
1)
Kolom bersama Rp. 50.000,-
2)
¼ halaman Rp. 100.000,-
3)
½ halaman Rp. 150.000,-
4)
1 halaman Rp. 300.000,-
Bapak/Ibu/Saudara bisa pesan dengan mentransfer ke rekening
BCA No. Rek.
0479073688
a.n. YUNINGSIH ASTUTI
– TUSITA WIJAYA
Bagi yang berminat dapat menghubungi:
1. Metta Vihara
Jl. Udang No. 8 Telp (0283) 323570 Tegal
2. Bp. Lukman Susilo (Apotik Nasional)
Jl. P. Diponegoro 119 Telp (0283) 356628 Tegal
3. Bp. Lie Ing Beng (Toko Mira)
Jl. Hos Cokrominoto 69 Telp (0283) 353005
Tegal
4. Ibu Tusita Wijaya
Jl. Salak No. 123 Telp (0283) 353685 Tegal
5. Ibu Yuningsih Pranoto
Jl. Cendrawasih No. 17 Tegal (0283) 351238
6. Ibu Ang Siu Lan
Jl. Udang No. 7 Tegal (0283) 356313
7. Bpk. Gunawan / A Kwee (Toko Besi Gemilang)
Jl. Kol.
Sudiarto Tegal Telp. 0818 286 224
8. Bpk. Suriyadhammo
Jl. KH. Nakhrawi 10 Tegal
Telp.085727489261
Tegal,
Oktober 2013
Metta
Cittena
Panitia
Kathina 2557/2013 Metta Vihara Tegal
TTD TTD
Lie Ing Beng Suriyadhammo
Ketua Sekretaris
SELAMAT HARI RAYA
KATHINA
2557 TB / 2013
KELUARGA
BESAR METTA VIHARA
Jl. Udang No. 8 Tegal (
(0283) 323570
MAJELIS AGAMA BUDDHA THERAVADA
INDONESIA
( MAGABUDHI )
Pengurus Cabang Kota Tegal
Sekretariat
: Metta Vihara, Jl. Udang 8 Tegal
WANITA THERAVADA INDONESIA (
WANDANI )
Pengurus Cabang Kota Tegal
Sekretariat
: Metta Vihara, Jl. Udang 8 Tegal
Artikel
PEWARIS
SEJATI
WARISAN
selalu menjadi bahan pembicaraan yang menarik dalam kehidupan dari waktu ke
waktu. Berbicara tentang warisan maka yang ada di benak atau pikiran orang pada
umumnya adalah warisan dalam bentuk materi. Materi apapun yang dimiliki oleh
orang tua pada saatnya akan diwariskan kepada anak-anaknya. Orang tua bekerja
keras, membanting tulang, tidak peduli waktu sesungguhnya untuk mengumpulkan
materi. Materi yang dikumpulkan orangtua dari kerja keras, selain untuk
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari juga sesungguhnya disimpan oleh orangtua
kita, dan pada akhirnya diwariskan kepada anak cucu dan generasi selanjutnya.
Materi yang dimiliki oleh orangtua maka sesungguhnya juga milik dari
anak-anaknya. Walaupun apa yang dimiliki orangtua adalah juga milik anak-anak
pada waktunya, tetapi berbeda kasusnya materi yang dimiliki anak-anak belum tentu
milik orang tua. Orang tua berpikir apa yang bisa diberikan kepada anak-anak. Anak berpikir apa yang bisa
di dapat dari orangtua. Orangtua berpikir untuk memberi. Anak berpikir apa yang bisa di dapat dari orang tua.
Pembagian warisan materi selalu dinantikan oleh anak-anak. Kadang-kadang
hanya karena masalah pembagian warisan hubungan antar saudara tidak akur.
Karena warisan, orang bisa dengan tanpa merasa berdosa melakukan hal-hal yang
tercela. Karena warisan pula antar saudara tidak akur bahkan bisa terjadi
pembunuhan. Sebagai orang tua akan sangat baik membagikan warisan pada saat
yang tepat. Banyak orang tua yang tidak membagikan warisan di saat masih hidup,
akibatnya anak-anak berebut warisan pada saat orang tua tiada. Kadang pula
anak-anak berebut warisan pada saat orang tua masih hidup. Sunggguh menyedihkan
melihat hubungan kekerabatan putus hanya gara-gara rebutan materi, banyak orang
berpikir materi adalah segala-galanya. Dengan materi orang bisa melakukan apa
saja, juga mendapatkan apa yang diinginkan. Tidak punya warisan materi bagi
sebagian orang dianggap sial atau tidak beruntung. Dengan kata lain ada yang
beranggapan memiliki materi sudah pasti bahagia, tidak punya materi pasti
menderita.
Materi
memang diperlukan dalam kehidupan ini. Walaupun materi diperlukan, tidak
berarti materi adalah segala-galanya. Dengan materi manusia bisa membeli
ranjang yang baik, rumah yang baik, mobil yang baik dan lain sebagainya, tetapi
perlu diingat kebahagiaan datangnya dari dalam pikiran. Ranjang yang mahal
tidak menjamin orang bisa tidur nyenyak. Mobil yang bagus tidak menjamin hati
menjadi tentram. Rumah yang bagus belum tentu membuat yang punya merasa nyaman.
Banyak orang kaya yang memiliki materi yang berlimpah tetapi hidupnya
menderita, pikirannya selalu khawatir. Tidak sedikit orang yang secara materi
tidak berkelebihan tetapi hidupnya bahagia, nyaman dan damai. Sesungguhnya
materi tidak bisa menjadi jaminan apakah seseorang bahagia atau menderita.
Warisan materi bisa berkurang atau bahkan habis kalau tidak pandai menjaga dan
merawat. Banyak kasus, banyak pula contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari,
orangtuanya kaya raya. tetapi anak-anaknya menjadi orang miskin karena tidak
pandai mengelola warisan yang diberikan oleh orangtuanya. Belum sampai generasi
yang ke tujuh harta warisan sudah habis tidak tersisa sama sekali .
Sebagian
orangtua suka memberikan warisan berupa materi kepada anak-anaknya, sebagian
lagi orangtua lebih suka memberikan warisan berupa ilmu pengetahuan dan
penguasaan teknologi atau ketrampilan pada anak-anaknya. Bagi orangtua yang
memberikan warisan berupa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi maka
orangtua ini menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin, dan juga memasukkan
ke kursus-kursus ketrampilan tertentu. Apa yang menjadi pemikiran orangtua
memberi warisan kepada anak-anaknya berupa warisan ilmu pengetahuan dan
ketrampilan dibandingkan dengan memberikan warisan materi? Warisan materi bisa
habis tidak bersisa kalau salah pengelolaanya. Warisan materi bisa berkurang
atau bahkan dicuri oleh pencuri, kalau tidak dijaga baik-baik. Penguasaan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan oleh seseorang bisa menjadikan pemiliknya
mendapatkan materi dan bertahan hidup. Orang yang mempunyai pengetahuan dan
ketrampilan bisa bertahan dalam kondisi yang sulit dengan bekal ilmu yang
dimiliki. Ilmu pengetahuan dan ketrampilan tidak mungkin berkurang atau habis
kalau orangnya masih hidup. Dengan berpikir bahwa memberi warisan materi lebih
rendah nilainya dibandingkan warisan berupa pengetahuan dan ketrampilan maka
orangtua zaman sekarang berlomba-lomba memberikan pendidikan yang baik pada
putra putrinya, bahkan ada yang menyekolahkan anak-anaknya sampai ke luar
negeri.
Bagaimanakah
pandangan agama Buddha berkaitan dengan warisan? Adakah ajaran Sang Buddha yang
membahas tentang warisan? Banyak orang yang salah mengerti terhadap ajaran Sang
Buddha. Berbicara tentang warisan maka sesungguhnya ajaran Sang Buddha juga ada
yang membahas permasalahan tentang warisan. Sang Buddha pernah memberi nasihat
kepada pemuda Sigala bahwa salah satu kewajiban orangtua kepada anak adalah
memberikan warisan pada saat yang tepat. Warisan harus diberikan pada saat yang
tepat. Warisan bisa mendatangkan manfaat apabila dikelola dengan baik,
sebaliknya juga bisa mendatangkan mudarat kalau dikelola dengan cara
yang salah. Warisan hendaknya juga diberikan kepada anak-anak dengan adil.
Banyak orang tua yang memberikan warisan secara tidak adil sehingga menimbulkan
masalah di antara anak-anak. Ada orang tua tertentu yang memberikan warisan
lebih besar kepada anak laki-laki, anak perempuan mendapatkan warisan sedikit.
Sesungguhnya anak laki-laki atau perempuan tidak boleh dibeda-bedakan. Sebagai
orangtua harus berusaha seadil-adilnya.
Warisan
materi dan warisan non materi, manakah yang dipuji oleh para bijaksana?
Siapakah pewaris sejati? Inilah pertanyaan yang sering berkecamuk dalam pikiran
manusia dewasa ini. Ada orang tertentu yang menganggap materi lebih penting,
ada juga yang menganggap non materi jauh lebih penting. Bagaimana pula pandangan
Sang Buddha tentang warisan? Di dalam
kitab Majjhima Nikaya, Dhammadayada Sutta (Pewaris Dhamma) Sang Buddha
menyatakan bahwa para bhikkhu hendaknya menjadi pewaris dalam Dhamma, bukan
pewaris dalam hal-hal materi. Karena kasih sayang kepada para siswa maka Sang
Buddha berpikir bagaimanakah caranya supaya para bhikkhu menjadi pewaris di
dalam Dhamma, bukan pewaris di dalam materi? Jika para siswa Sang Bhagava
menjadi pewaris materi maka para murid Sang Bhagava dan juga Sang Bhagava akan
dicela oleh para bijaksana. Sebaliknya kalau para siswa Sang Bhagava menjadi
pewaris di dalam Dhamma maka para siswa dan Sang Bhagava akan dipuji oleh para
bijaksana. Sang Buddha menganjurkan para siswa beliau untuk menjadi pewaris
Dhamma. Bagaimanakah caranya supaya para siswa menjadi pewaris Dhamma?
Para
bhikkhu, seandainya saja aku sudah makan, menolak makan lagi, sudah kenyang,
selesai, sudah makan cukup, sudah makan apa yang kubutuhkan, dan sejumlah dana
makanan masih tersisa untuk dibuang. Kemudian dua orang bhikkhu datang dalam
keadaan lapar dan lemah, lalu aku memberitahu mereka: "Para bhikkhu,
seandainya saja aku sudah makan, menolak makan lagi, sudah kenyang, selesai,
sudah makan cukup, sudah makan apa yang kubutuhkan, dan sejumlah dana makanan
masih tersisa untuk dibuang. Makanlah jika kalian mau; jika kalian tidak makan,
maka aku akan membuangnya di tempat yang tidak ada tumbuh-tumbuhan, atau
membuangnya ke air yang tidak ada kehidupan."
Kemudian
salah seorang bhikkhu berpikir: 'Yang Terberkahi sudah makan, makan apa yang
Beliau butuhkan, tetapi ada sisa makanan dari Yang Terberkahi untuk dibuang;
jika kami tidak makan, Yang Terberkahi akan membuangnya. Tetapi telah dikatakan
oleh Yang Terberkahi: "Para bhikkhu, jadilah pewarisku di dalam Dhamma,
bukan pewarisku di dalam materi," Dana makanan ini adalah salah satu dari
hal-hal materi. Seandainya alih-alih makan dana makanan ini, aku melewatkan
malam dan siang dalam keadaan lapar dan lemah.' Lalu, alih-alih makan dana
makanan itu, bhikkhu itu melewatkan malam dan siang hari dalam keadaan lapar
dan lemah.
Sedangkan
bhikkhu yang kedua berpikir: "Yang Terberkahi sudah makan, makan apa yang
Beliau butuhkan, tetapi ada sisa dana makanan dari Yang Terberkahi untuk
dibuang, seandainya aku makan dana makanan itu dan melewatkan malam serta siang
dalam keadaan tidak lapar dan tidak lemah." Lalu, setelah makan dana
makanan itu, dia melewatkan malam dan siang hari dalam keadaan tidak lapar dan
tidak lemah.
Nah,
walaupun karena makan dana makanan tersebut, bhikkhu itu melewatkan malam dan
siang hari dalam keadaan tidak lapar dan tidak lemah, namun bhikkhu pertama
itulah yang selayaknya lebih dihormati dan dipuji olehku. Mengapa demikian?
Karena kemauannya untuk lama menopang sedikitnya keinginan, rasa puas,
penghapusan, dukungan yang mudah, dan munculnya energi. Oleh karena itu, para
bhikkhu, jadilah pewarisku di dalam Dhamma, bukan pewarisku di dalam hal-hal
materi.
Dari
uraian di atas maka jelaslah apa yang dimaksud sebagai pewaris sejati adalah
mereka yang mewarisi Dhamma dari Sang Buddha. Yang diwariskan Sang Buddha
kepada para siswa-siswa beliau adalah Dhamma yang bertujuan untuk mengakhiri
dukkha, bukan menambah dukkha. Dhamma yang diajarkan oleh Sang Buddha adalah
permata mulia; yang lebih berharga dari permata apapun yang ada di dunia ini.
Warisan Dhamma lebih berharga daripada warisan materi. Sudahkah kita menjadi
pewaris sejati?
VIHARA MENDUT, 30 SEPTEMBER 2011
BHIKKHU PIYADHIRO
SUMBER : Majalah DHAMMACAKKA NOVEMBER 2011
--- oOo ---
Cerita
Inspiratif
KISAH SEORANG ANAK YANG
MENANTI IBUNYA
Dua puluh tahun yang lalu aku
melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak
bodoh. Hasan, suamiku, memberinya nama Erik. Semakin lama semakin nampak jelas
bahwa anak ini memang agak terbelakang. Aku berniat memberikannya kepada orang
lain saja atau dititipkan di panti asuhan agar tidak membuat malu keluarga
kelak.
Namun suamiku mencegah niat
buruk itu. Akhirnya dengan terpaksa kubesarkan juga. Di tahun kedua setelah
Erik dilahirkan, akupun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik
mungil. Kuberi nama Angel. Aku sangat menyayangi Angel, demikian juga suamiku.
Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikan pakaian yang
indah-indah.
Namun tidak demikian halnya
dengan Erik. la hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Suamiku sebenarnya
sudah berkali-kali berniat membelikannya, namun aku selalu melarangnya dengan
dalih penghematan uang keluarga. Suamiku selalu menuruti perkataanku.
Saat usia Angel dua tahun,
Suamiku meninggal dunia. Erik sudah berumur empat tahun kala itu. Keluarga kami
menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk.
Akhirnya aku mengambil sebuah
tindakan yang akan membuatku menyesal seumur hidup. Aku pergi meninggalkan
kampung kelahiranku bersama Angel. Erik yang sedang tertidur lelap kutinggalkan
begitu saja.
Kemudian aku memilih tinggal di
sebuah rumah kecil setelah tanah kami laku terjual untuk membayar hutang. Setahun,
dua tahun, lima tahun, 10 tahun..... telah berlalu sejak kejadian itu.
Kini Aku telah menikah kembali
dengan Beni, seorang pria dewasa yang mapan. Usia pernikahan kami telah
menginjak tahun kelima. Berkat Beni, sifat-sifat burukku yang semula pemarah,
egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang.
Angel kini telah berumur 12
tahun dan kami menyekolahkannya di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada
lagi yang ingat tentang Erik dan tidak ada lagi yang mengingatnya.
Sampai
suatu malam. Malam di mana aku bermimpi tentang seorang anak. Wajahnya agak
tampan namun tampak pucat sekali. la melihat ke arahku. Sambil tersenyum ia
berkata, "Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali sama Mama!"
Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun aku menahannya, “
Tunggu ….., sepertinya aku mengenalmu. Siapa namamu anak manis ? “ Nama saya
Elik Tante . “ Erik ? Erik……. Ya Tuhan
Kau benar benar Erik” Aku langsung tersentak bangun . Rasa bersalah , sesal dan
berbagai perasaan aneh lainnya menerpaku saat itu juga . Tiba tiba terlintas
kembali kisah ironis yang terjadi dulu . seperti sebuah film yang sedang
diputar di kepala .Baru sekiarang aku menyadari betapa jahatnya perbuatanku
dulu. Rasanya seperti mau mati saja saat itu.
Ya , saya harus mati …….., mati….., mati ….. Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan
saya gores kan ke pergelangan tangan , tiba tiba bayangan Erik melintas kembali
di pikiranku. “ Ya Erik , Mama akan menjemputmu
Erik …. Sabar ya nak ….. “
Sore itu
aku memarkir mobil biruku di samping sebuah gubuk, dan Beni suamiku dengan
pandangan heran menatapku dari samping . “ Maryam apa yang sebenarnya terjadi ?
” Oh suamiku , kau pasti akan membenciku setelah kuceritakan hal yang telah kulakukan dulu , tetapi aku menceritakan juga dengan terisak
isak.
Ternyata
Kamma baik berpihak kepadaku , aku telah mendapatkan suami yang begitu baik dan
penuh pengertian . Setelah tangisku mereda , aku pun keluar dari mobil diikuti
oleh suami dari belakang . Mataku menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua
meter didepanku . Aku mulai teringat betapa gubuk itu pernah kutempati beberapa
tahun lamanya dan Erik …… Erik ……..
Aku
meninggalkan Erik disana sepuluh tahun
yang lalu . Dengan perasaan sedih aku pun berlari menghampiri gubuk tersebut
dan membuka pintu yang terbuat dari bambu itu . Gelap sekali ….. Tidak
terlihat sesuatu apapun ! Perlahan mataku mulai terbiasa dengan kegelapan
dalam ruangan kecil itu . Namun aku tidak menemukan siapapun juga di dalamnya.
Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah . Aku mengambilnya
seraya mengamatinya dengan seksama ……
Mataku mulai berkaca kaca , aku mengenali betul potongan kain tersebut ,
itu bekas baju butut yang dulu dikenakan Erik sehari hari……….
Beberapa
saat kemudian , dengan perasaan yang sulit dilukiskan , akupun keluar dari ruangan
itu …. Air mataku mengalir dengan derasnya . Saat itu aku hanya diam saja .
Sesaat kemudian aku dan suami mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat
tersebut . Namun tiba tiba aku melihat seseorang di belakang mobil kami , Aku sempat kaget
sebab suasana saat itu gelap sekali . Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang
demikian kotor. Ternyata ia seorang wanita tua . Kembali aku tersentak kaget
manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suara parau . “ Hei …. ! Siapa kamu ?
mau apa kau kesini ? “ Dengan memberanikan diri , aku pun bertanya “ Ibu apa
Ibu kenal dengan seorang anak bernama Erik yang dulu tinggal disini ? “ Tiba
tiba ia menjawab “ Kalau kamu Ibunya ,
kamu sungguh perempuan terkutuk ! Tahukah kamu sepuluh tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini Erik terus
menunngu Ibunya dan memanggil Mamaaaa………, Mamaaaaa……….. ! Karena tidak tega saya
terkadang memberinya makan & mengajaknya tinggal bersama saya . Walau saya
orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah , namun saya tidak akan
meninggalkan anak saya seperti itu ! Tiga bulan yang lalu Erik meninggalkan
secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun tahun hanya untuk menulis ini
untukmu………. Saya pun membaca tulisan di kertas itu ……….. “ Mama , mengapa Mama tidak pernah kembali
lagi ………. ? Mama benci ya sama Erik ? Ma…….. biarlah Erik yang pergi saja ,
tapi Mama harus berjanji kalau Mama tidak akan benci lagi sama Erik . Udah dulu
ya Ma , Erik sayaaaaaang sama Mama……………”
Aku
menjerit histeris membaca surat itu . “ Bu tolong katakan …. Katakan dimana ia sekarang ? Aku berjanji akan
menyayanginya sekarang ! Aku tidak akan meninggalkannya lagi , Bu tolong katakan …….! “
Suamiku
memeluk tubuhku yang bergetar sangat keras , “ Nyonya , semua sudah terlambat .
Sehari sebelum Nyonya datang , Erik sudah meninggalkan dunia . Ia meninggal di belakang gubuk ini .
tubuhnya sangat kurus , ia sangat lemah . Hanya demi menunggumu ia rela bertahan
dibelakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya . Ia takut apabila Mama
nya datang , Mamanya akan pergi lagi bila melihatnya ia ada di dalam sana ………
ia hanya berharap dapat melihat Mamanya dari belakang gubuk ini …. Meskipun
hujan deras , dengan kondisinya yang lemah ia bersikeras menunggu Nyonya ,
kesalahan anda tidak terampuni !”
Aku
kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi .
Sumber Majalah Dhammacakka,
Vol 18 November 2012
Membuka Pintu Hati
Rasa Takut dan Rasa Sakit
BIARLAH RASA SAKIT BERLALU
|
Dalam cerita sebelumnya, yang saya biarkan berlalu adalah rasa
takut akan rasa sakit. Saya menyambut rasa sakit, mendekapnya, dan
mengizinkannya. Karena itulah rasa sakit itu pergi.
Beberapa kawan saya yang menderita rasa sakit yang hebat telah
mencoba metode ini dan tidak berhasil! Mereka mendatangi saya untuk mengadu,
mengatakan bahwa sakit gigi yang saya derita tak ada apa-apanya dibandingkan
rasa sakit yang mereka derita. Itu tidak benar. Rasa sakit bersifat pribadi dan
tidak dapat diukur. Saya menjelaskan kepada mereka mengapa metode "biarlah
berlalu" tak berhasil pada kasus mereka dengan cerita tiga murid berikut
ini.
Murid pertama, dalam rasa sakit yang hebat, mencoba untuk
membiarkan berlalu.
"Berlalulah," bujuk mereka, dengan lembut, dan menanti.
"Berlalulah!" ulang mereka ketika tak ada perubahan. "Pergilah
sana!""Ayo, pergilah.""Aku bilang, pergilah!"
"PERGILAH!"
Kita mungkin merasa itu lucu, tetapi itulah yang kita lakukan
selama ini. Kita membiarkan pergi hal yang salah. Kita seharusnya membiarkan
pergi orang yang berkata "berlalulah".
Kita semestinya membiarkan berlalu "si pengatur" yang
ada dalam diri kita, dan kita semua tahu siapa itu. Membiarkan berlalu berarti
"tak ada si pengatur".
Murid kedua, dalam rasa sakit yang mengerikan, ingat akan petuah
di atas dan membiarkan berlalu pengendalinya. Lalu mereka duduk bersama rasa
sakit, mengira mereka telah membiarkannya berlalu. Setelah sepuluh menit rasa
sakit itu masih sama saja, jadi mereka mengeluhkan metode ini tidak jalan. Saya
menjelaskan kepada mereka bahwa metode membiarkan berlalu ini bukan metode
untuk membebaskan diri dari rasa sakit, melainkan metode untuk bebas dari rasa
sakit. Murid kedua telah mencoba untuk membuat kesepakatan dengan rasa sakit:
"Aku akan membiarkan kamu selama sepuluh menit, dan setelah itu, hei kamu,
rasa sakit, akan pergi. OK?"
Itu sih bukan membiarkan rasa sakit berlalu, tetapi mencoba untuk
membebaskan diri dari rasa sakit.
Murid ketiga, dalam rasa sakit yang menakutkan, berkata kepada
rasa sakit itu kata-kata seperti ini: "Sakit, pintu hatiku selalu terbuka
untukmu, apa pun yang kamu lakukan. Masuklah."
Murid ketiga bersedia dengan sepenuh hati mengizinkan rasa sakit
terus berlanjut selama yang diinginkannya, bahkan selama seumur hidup, bahkan
membolehkan mereka bertambah parah. Mereka memberikan kebebasan bagi rasa
sakit. Mereka berhenti mengendalikannya. Itulah yang disebut membiarkan
berlalu. Apakah rasa sakit itu masih ada atau tidak, sama saja jadinya. Hanya
dengan itulah, rasa sakit lenyap.
--- oOo ---
UNDANGAN KATHINA 2557/2013
Diharap
kehadiran Bapak/Ibu/Saudara
dalam
acara Sangha Dana (Kathina 2557 TB/2013)
yang
akan diselenggarakan pada:
Hari/Tanggal : Sabtu, 9 November 2013
Waktu : Pukul 18.00 WIB-Selesai
Tempat : Metta Vihara
Jl.
Udang No 8 Tegal
Atas
kehadirannya kami ucapkan anumodana dan terikasih
Panitia
Kathina 2557 Metta Vihara Tegal
SEGENGGAM DAUN BODHI
KUMPULAN
TULISAN
BHIKKHU
DHAMMAVUDDHO MAHA THERA
Message
of The Buddha
PESAN BUDDHA
Namo Tassa Bhagavato Arahato
Samma Sambuddhassa
Tiadanya Suatu
Pribadi Yang Bersifat Kekal
Lima kelompok kehidupan adalah tidak kekal. Buddha melalui
pencerahan-Nya menyadari bahwa tiada sesuatu pribadi yang bersifat abadi, kekal
yang dapat ditemukan dimanapun di alam semesta. Kenyataan ini sulit untuk
dipahami dan sama sulitnya bagi banyak orang untuk menerimanya. Ini karena kita
telah melekati pandangan akan pribadi yang kekal dari kehidupan masa lampau
yang tidak terbatas, dan hanya keegoisan ini yang menyebabkan kita berada dalam
lingkaran eksistensi kehidupan demi kehidupan, mengalami kegelisahan,
ketakutan, kesedihan, ratap-tangis, kesakitan, penderitaan dan keputusasaan.
Makhluk
pada dasarnya terdiri dari tubuh jasmani dan batin. Di dalam terminologi
Buddhis kita sering berkata tentang lima khandha atau kelompok
kehidupan, yang terdiri dari tubuh jasmani, perasaan, persepsi,
kemauan/kehendak dan kesadaran. Ini juga disebut tubuh jasmani dan batin. "Diri/pribadi"
ini adalah tidak kekal, berubah, subjek dari kondisi, tetapi makhluk hidup
menganggap "diri/pribadi" yang mereka lekati sebagai kekal,
tidak berubah, dan yang abadi selamanya. Mereka pada umumnya menganggap lima
kelompok kehidupan sebagai diri/pribadi, merupakan miliknya diri/pribadi,
diri/pribadi berada/bersemayam di dalam lima kelompok kehidupan, atau lima
kelompok kehidupan berada/ bersemayam di dalam diri/pribadi.
Tubuh
jasmani bukan merupakan diri/pribadi. Tubuh ini lebih mudah dipahami
sebagai tiadanya diri/pribadi. Pengetahuan modern menunjukkan kepada kita bahwa
tubuh itu tersusun dari milyaran sel yang secara terus menerus berubah. Sel
yang tua mati dan sel yang baru tumbuh dan tubuh ini tidak sama dalam dua
selang waktu; karenanya tidak ada sesuatu yang kekal yang disebut tubuh, ia
merupakan sesuatu yang terus berubah, sebuah perubahan. Buddha menyamakan
tubuh ini seperti sebuah gumpalan busa, dimana gelembung yang tua pecah dan
gelembung yang baru muncul dengan tidak adahya inti yang kekal.
Kita tidak mempunyai kendali atas semua itu. la datang di dunia
ini tanpa diminta, tumbuh secara alami dan setelah kira-kira dua puluh delapan
tahun, ia mulai menua. Dan yang merupakan ketakutan terbesar kita, suatu hari
akan mati. Bagaimana tubuh ini dapat menjadi milik kita ketika semua itu diluar
kendali kita?
Ini
keadaan yang sangat tidak stabil. Seseorang mungkin berpikir kalau dia adalah orang
yang kuat, dalam kesehatan yang prima, tetapi satu atau dua minggu kemudian penyakit serius
dapat mengurasnya hingga tinggal kulit dan tulang belaka, kerangka hidup. Masa
kehidupan kita adalah tidak-pasti dan kita dapat mati kapanpun saja. Oleh sebab
itu Buddha mengatakan kalau tubuh ini berpenyakit seperti kanker.
Kita
harus merawatnya sepanjang waktu. Setiap beberapa jam kita harus memberinya
makan, namun tidak pernah mendapatkan kepuasaan, kita juga harus sering
membersihkannya, jika tidak ia berbau busuk, lalu pergi ke kamar mandi setiap
waktu untuk pembuangan kotoran, lalu tugas yang tak habis lainnya seperti
berpakaian, memotong kuku kita, menggosok gigi, dan membalut luka kita.. Tubuh
ini diluar dugaan , memiliki kecenderungan alami akan tindakan jahat yang
menyakiti kita nantinya. Tetapi untuk mengendalikannya sangatlah sulit.
Demikian Buddha mengatakan tubuh ini adalah penderitaan, bukan
diri/pribadi.
Batin
bukanlah diri/pribadi. Adalah lebih sulit untuk memahami jika batin
bukanlah diri/pribadi. Batin secara dasarnya adalah kesadaran karena kesadaran
nadir dalam setiap kegiatan mental. Ada enam jenis kesadaran yakni penglihatan,
pendengaran, penciuman, pengecapan, sentuhan dan berpikir. Menurut Buddha,, semua
hal-hal yang terkondisi muncul dari sebab-sebab. Enam jenis kesadaran muncul
dari kondisi-kondisi; kesadaran penglihatan muncul karena benda yang
terlihat dan organ mata; kesadaran pendengaran muncul karena adanya suara dan
organ telinga; kesadaran penciuman muncul karena adanya bau dan organ hidung;
kesadaran pengecap muncul karena adanya cita-rasa dan organ lidah; kesadaran
peraba muncul karena adanya objek sentuhan dan tubuh jasmani; kesadaran pikiran
muncul karena adanya objek pikiran dan pikiran.
Keenam kesadaran ini muncul dan lenyap dengan sangat cepat, muncul
seperti kesadaran yang tidak terpecahkan, kekal, yang abadi. Hanya seorang Buddha
yang sepenuhnya tercerahkan melihatnya dengan jelas sebagai satu rangkaian
berbagai macam jenis kesadaran yang berbeda, muncul bergantungan kepada
kondisi-kondisi. Demikian batin adalah sebuah kondisi yang berubah
terus-menerus, tidak adanya inti yang disebut batin. Dimanakah gerangan diri
atau pribadi itu secara alamiah? Lebih lanjut lagi, di dalam meditasi yang
dalam, pikiran bahkan dapat dibuat berhenti dan muncul kembali. Jika batin
adalah diri/pribadi, ketika dia berhenti, dimanakah diri atau pribadi itu?
Ilmu
Pengetahuan memulai pembuktian. Ilmu Pengetahuan memberitahukan
kita bahwa semua sel di dalam tubuh kita terdiri dari atom-atom. Sekarang kita
mengetahui atom-atom pada dasarnya kosong seperti ruang angkasa, 99.99% adalah
kosong, dengan partikel-partikel energi yang berpindah ke sini dan ke sana.
Jadi tubuh kita tidak berbeda dengan udara di sekitar kita, yang pada dasarnya
kosong. Bagaimana mungkin kita melihat diri kita sebagai tubuh manusia yang
padat. Ilmu Pengetahuan hanya memulai untuk memahami bahwa kekosongan ini
sebenarnya adalah kesadaran. Tanpa kesadaran tidak ada dunia. Pikiran yang suci
menciptakan dunia yang bahagia, pikiran yang jahat menciptakan dunia yang
menyedihkan. Itulah sebabnya pentingnya mengembangkan pikiran yang baik.
KESIMPULAN
Kehidupan kelihatan sebagai latihan perkembangan spriritual bagi
setiap makhluk hidup. Kita seharusnya belajar dan memahami dengan lebih baik
hukum alam semesta dalam setiap kehidupan. Jika kita memahami dan hidup sesuai
dengan hukum ini maka kita akan terlahir di alam yang lebih tinggi, yang lebih
berbahagia. Jika kita melanggar hukum ini dengan menyakiti yang lain, kita akan
terlahir kembali di alam yang menyedihkan untuk belajar dari kesalahan kita.
Kehidupan manusia berada pada tingkat eksistensi yang berbahaya. Secara
langsung dibawah kita adalah pintu-pintu menuju alam kelahiran yang
menyedihkan. Ini sebabnya mengapa orang-orang suci telah datang dan akan terus
datang untuk memperingatkan kita, sebuah suara kebijaksanaan. Kehidupan manusia
sangat unik, karena di sini kita menciptakan banyak kamma, tidak seperti
alam-alam keberadaan lainnya dimana makhluk-makhluknya banyak yang menjalani
buah dari kamma masa lampau mereka. Kita dapat melihat dukkha lebih
jelas daripada di alam-alam surga serta kemendesakan. Dan kita memiliki berkah,
tidak seperti alam rendah yang menderita, untuk berusaha mengakhiri lingkaran
kehidupan yang sangat sulit untuk dijalani. Buddha berkata bahwa sangat
langka untuk terlahir sebagai seorang manusia. Sama sulitnya seperti seekor
kura-kura buta di lautan yang luas, yang muncul di permukaan sekali hanya dalam
seratus tahun untuk mendapatkan udara segar, untuk dapat meletakkan kepalanya
dalam lingkaran sebuah kayu yang terapung di lautan yang luas. Itu mungkin akan
berlangsung sangat lama sebelum kita dapat memiliki tubuh manusia lagi.
Kehidupan sangat pendek, rata-rata usia kehidupan seseorang adalah
sekitar tujuh puluh tahun. Jika seseorang berusia empat puluh tahun,
memungkinkan baginya untuk hidup tiga puluh tahun lagi. Ini tidak terlihat lama
jika dia menyadari bahwa dia dapat merayakan tahun baru hanya tiga puluh kali
lagi! Jika kita berharap untuk menjalani kehidupan suci dan mengembangkan Jalan
Mulia, kita juga seharusnya mengetahui bahwa Buddha mengatakan usia tua
adalah waktu yang salah untuk berusaha, karena seseorang tidak
efisien lagi secara fisik dan mental. Kematian bagaikan pembunuh di tumit kita
kemanapun kita pergi . Jika kita melekat pada orang-orang yang kita cintai,
kematian mereka akan membawa banyak penderitaan pada kita, kecuali kita yang
meninggal duluan. Kematian akan datang, sama pastinya dengan malam menggantikan
siang. Kita harus menolong diri kita sendiri, tidak ada yang dapat menolong
kita. Kita harus mengandalkan usaha kita sendiri, kamma kita sendiri.
Pesan Buddha sudah jelas: "Hindari kejahatan, Lakukan kebajikan,
sucikan pikiran." Jika kita tidak dapat melaksanakan seluruh pesan
ini, setidak-tidaknya "Hindari kejahatan, lakukan kebajikan."
--- oOo
---
SEGENGGAM
DAUN BODHI
Penerjemah
:
Rety
Chang Ekavatti, S. Kom, BBA
Yuliana
Lie Pannasiri, MBA
Penyunting
:
Nana
Suriya Johnny, SE
Andromeda
Nauli, Ph.D
Kitab Suci Agama Buddha bagian dari
Khuddaka Nikaya, Sutta Pitaka
Judul asli : The Sutta-Nipata
Translated from The Pali by H.
Saddatissa
11. VIJAYA SUTTA
Kemenangan atas Kegelapan Batin
Perenungan akan sifat-sifat tubuh manusia yang tidak menarik
1 Selagi berjalan, berdiri, duduk
maupun berbaring, siapa pun juga akan mengerutkan atau meregangkan tubuhnya.
Demikianlah gerakan tubuh. (193)
2 Tubuh disatukan dengan tulang
dan otot, direkat dengan kulit dan daging, sehingga sifatnya yang sejati tidak
dipahami. (194)
3 Tubuh berisi usus di rongga
perut, gumpalan hati di dalam perut, kandung kencing, jantung, paru-paru,
ginjal dan limpa; (195)
4 Dengan lendir, air liur,
keringat, getah bening, darah, cairan selaput, empedu dan lemak. (196)
5 Lewat sembilan aliran,
kekotoran terus-menerus mendesak keluar dari mata keluar kotoran mata, dari telinga
keluar kotoran telinga; (197)
6 Dari hidung keluar ingus;
kadang-kadang tubuh mengeluarkan muntahan lewat mulut dan mengeluarkan cairan
empedu serta lendir; dari tubuh keluar keringat dan kotoran. (198)
7 Rongga di kepala dipenuhi otak;
tetapi orang tolol karena ketidaktahuannya menganggapnya sebagai benda yang
bagus; (199)
8 Ketika tubuh terbaring mati
dalam keadaan bengkak dan pucat kebiru-biruan lalu disingkirkan ke tanah
pekuburan, tidak lagi ada sanak saudara yang menginginkannya. (200)
9 Anjing, serigala, cacing, gagak
dan burung nasar, serta makhluk-makhluk lain memakan bangkainya. (201)
10 Di dunia ini, bhikkhu yang
bijaksana, yang mendengarkan kata-kata Sang Buddha, akan memahami tubuh ini
sepenuhnya serta melihatnya dengan pandangan benar. (202)
11 Dia membandingkan tubuhnya
dengan mayat, dan karena berpikir bahwa tubuh ini sama seperti mayat dan mayat
sama dengan tubuh ini, dia menghapus nafsu terhadap tubuhnya sendiri. (203)
12 Di dunia ini, bhikkhu yang
bijaksana seperti itu, yang terbebas
dari nafsu keinginan
dan kemelekatan, akan mencapai keadaan Nibbana yang kekal,
yang hening dari tanpa kematian. (204)
13 Tubuh ini bersifat tidak murni,
berbau busuk dan penuh dengan berbagai kebusukan yang menetes di sana sini. (205)
14 Jika orang yang memiliki tubuh
seperti ini menyombongkan dirinya sendiri dan merendahkan yang lain hal itu
semata-mata disebabkan karena kurangnya pandangan terang pada dirinya. (206)
Catatan
Vijaya berarti
'kemenangan'. Di sini, 'kemenangan' atas kegelapan batin yang berkenaan dengan
kerangka tubuh yang tidak murni. Sutta ini juga disebut Kayavicchandanika
Sutta, khotbah mengenai sifat tubuh yang tidak menarik.
--- oOo
---
PINDAPATTA
Akan diadakan pindapatta pada:
Hari : Sabtu, 9 November 2013
Minggu, 10 November 2013
Pukul : 06.30 WIB
Bhikkhu
keluar dari Metta Vihara menuju Jl. Teri - Jl.Veteran - Jl.Gurami - Jl.Udang – Kembali
ke Metta Vihara
Bagi Bapak/Ibu yang ingin berdana makanan diharap siap 15 Menit
sebelumnya.
Anumodana dan terimakasih
Dayakasabha Metta Vihara Tegal
100 TANYA JAWAB DENGAN BHIKKHU UTTAMO
Dari : Solihin Latif, Jakarta
Namo Buddhaya,
Ada beberapa pertanyaan
yang ingin saya tanyakan.
1. Kalau kita berdana dan
ternyata dana tersebut di salah gunakan, apakah kita masih menerima kamma baik
atau itu hanyalah kamma buruk kita saja yang sedang berbuah?
2. Kalau kita berdana,
apakah anggota keluarga kita juga menerima kamma baik?
3. Dalam meditasi, kita
dianjurkan untuk memperhatikan nafas keluar dan masuk secara alami. Bagaimana
caranya kita bisa membedakan kalau kita dalam bermeditasi memperhatikan nafas
kita yang alami bukan yang-dikontrol oleh kita ? Terima kasih Bhante.
Jawaban:
1. Seseorang pada saat
berdana berarti ia telah melakukan suatu kebajikan. Apabila dana yang telah
dipersembahkan itu disalahgunakan oleh si penerima, maka donatur tetap
mendapatkan buah kamma baik walaupun tidak maksimal dibandingkan apabila dana
tersebut dipergunakan secara benar. Kalau donatur merasa kecewa atas
penyalahgunaan dananya, maka pada saat itu ia sedang memetik buah kamma buruk.
Oleh karena itu, sebaiknya donatur tetap menjaga ketenangan batinnya ketika ia
mengetahui adanya penyalahgunaan dana yang telah dipersembahkannya. la
hendaknya menjadikan pengalaman ini sebagai pelajaran yang tidak perlu
disesali. la sebaiknya lebih waspada sehingga di masa depan, masalah
penyalahgunaan dana ini tidak terjadi lagi. Sedangkan orang yang telah
menyalahgunakan dana yang diterimanya adalah termasuk melakukan kamma buruk.
2. Dalam pengertian Hukum
Kamma, mereka yang telah melakukan kebajikan akan mendapatkan kebahagiaan. Oleh
karena itu, para donatur sendirilah yang nantinya akan mendapatkan kebahagiaan
sebagai buah kamma baiknya. Namun, secara tradisi, sering setelah seseorang
berbuat baik, ia dapat mengucapkan tekad agar keluarganya berbahagia dengan
kalimat : "Semoga dengan dana dan kebajikan yang telah dilakukan sampai
saat ini akan membuahkan kebahagiaan untuk DIRI SAYA dalam bentuk keluarga saya
selalu sehat dan bahagia."
3. Pada saat seseorang
bermeditasi dengan mempergunakan pernafasan sebagai obyek, ia hendaknya
bernafas secara alami dan bukan diatur. Pernafasan alami ini biasanya ditandai
dengan irama nafas yang tidak sama di awal, pertengahan dan akhir latihan
meditasi. Pada awal meditasi, pada umumnya nafas lebih cepat iramanya
dibandingkan setelah pelaku meditasi dapat berkonsentrasi. Selain itu, pada
mulanya, pernafasan juga lebih dalam dan panjang daripada setelah seseorang
dapat memegang obyek. Oleh karena itu, irama pernafasan yang tidak sama inilah
yang membuktikan bahwa pelaku meditasi tidak mengatur pernafasan, namun hanya
sekedar mengetahui proses masuk dan keluarnya pernafasan yang berjalan secara
alamiah.
Semoga
keterangan ini dapat dijadikan pedoman untuk meningkatkan kualitas konsentrasi
dalam bermeditasi. Semoga bahagia.
Semoga
selalu bahagia .
---
oOo ---
|
Setitik Cahaya di Balik
Kabut
Cara
hidup yang benar
Pandita Dr. R. Surya Widya,
Sp.Kj
Saturday,
March 6, 2010 at 7:36pm
Tidak (berhenti) melakukan
perbuatan yang merugikan diri sendiri atau merugikan orang lain memang sangat
sulit untuk dilaksanakan. Disebut kejahatan, miisalnya membunuh, mencuri,
merampok, menipu, mengucapkan kata-kata yang keliru, mabuk-mabukan, berzinah,
dll. Rajin berbuat jahat akan berakibat terlahir di alam menderita.
Buddha tidak pernah melarang
siswanya untuk melakukan ini atau itu karena memang manusia tidak mau
dilarang-larang namun memberitahu dengan sangat jelas akibat dari setiap
perbuatan yang dilakukan. Buddha mengajarkan agar siswaNya melatih diri dengan
sungguh-sungguh untuk tidak melanggar sila, pelanggaran sila adalah hal yang
biasa, yang penting harus segera disadari dan tidak diulangi lagi.
Menambah perbuatan yang
menguntungkan diri sendiri dan menguntungkan orang lain adalah langkah berikut.
Disebut kebajikan atau kebaikan, misalnya banyak beramal, berbakti kepada orang tua/mertua, menolong orang sakit,
memberi santunan kepada orang miskin, menghormati orang yang lebih tua,
mempersembahkan jasa kepada para leluhur,
rajin belajar Dhamma, berbincang tentang Dhamma, membabarkan Dhamma,
meluruskan pandangan yang keliru dll.. Perlu diulang-ulang dengan cara yang
benar, sangat bermanfaat untuk mengurangi sang aku dan kemelekatan.
Yang
tidak kalah pentingnya adalah membersihkan batin, menyingkirkan keserakahan,
mengurangi kebencian dan melenyapkan kegelapan batin. Harus dilakukan terus
menerus tiada henti, sampai mencapai kebebasan abadi . Selamat mencoba cara ini
!
--- oOo
---
Tidak ada komentar:
Posting Komentar