Tegal, 24 Februari 2014
No
: 78, Tahun Kedelapan
Penasehat : Upc. Lukman Susilo (Loe Lian Phang)
Gunawan
(Lo Han Kwee)
Pimpinan Redaksi : PMd.
Suriya Dhammo
Redaksi Pelaksana : 1. Upc. Yuningsih Pranoto 4. PMd. Sumedha
Amaravathi
2. Tjutisari 5.
Upc. Kumaro Suyanto
3. Lie Thiam Lan
Alamat Redaksi : Metta
Vihara
Jl. Udang
No. 8 Tegal Telp. (0283) 323570
BCA No
Rek : 0479073688 an. YUNINGSIH ASTUTI - TUSITA
WIJAYA
DHAMMAPADA ATTHAKHATA
Bab III
- Syair 36
Pikiran sangat sulit untuk
dilihat, amat lembut dan halus; pikiran bergerak sesuka hatinya. Orang
bijaksana selalu menjaga pikirannya, seseorang yang menjaga pikirannya akan
berbahagia.
Syair 36
Kisah Seorang Bhikkhu yang Tidak Puas
Ada seorang pemuda anak seorang
bankir bertanya ke-pada seorang bhikkhu yang menghampiri rumahnya untuk
berpindapatta, apakah yang harus dilakukan untuk membebaskan diri dari
penderitaan dalam kehidupan saat ini.
Bhikkhu itu menyarankan untuk
memisahkan tanahnya
dalam tiga bagian. Satu bagian untuk mata
pencahariannya, satu bagian untuk menyokong keluarga, dan satu bagian lagi untuk
berdana.
la melakukan semua petunjuk itu,
kemudian pemuda itu menanyakan lagi apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Disarankan lebih lanjut; pertama,
berlindung kepada Tiratana dan melaksanakan lima sila; kedua, melaksanakan
sepuluh sila; dan ketiga, meninggalkan kehidupan keduniawian dan memasuki
Pasamuan Sangha. Pemuda itu menyanggupi semua saran dan ia menjadi seorang
bhikkhu.
Sebagai seorang bhikkhu, ia
mendapat pelajaran Abhidhamma dari seorang guru dan vinaya oleh guru lainnya.
Selama mendapat pelajaran ia merasa bahwa Dhamma itu terlalu berat untuk
dipelajari, dan peraturan vinaya terlalu keras dan terlalu banyak, sehingga
tidak banyak kebebasan, bahkan untuk mengulurkan tangan sekalipun.
Bhikkhu itu berpikir bahwa
mungkin lebih baik untuk kembali pada kehidupan berumah tangga. Karena alasan
ragu-ragu dan tidak puas, ia menjadi tidak bahagia dan menyia-nyiakan
kewajibannya. Dia juga menjadi kurus dan kering.
Ketika Sang Buddha datang dan
mengetahui masalahnya, Beliau berkata, "jika kamu hanya mengawasi
pikiran-mu, kamu tidak akan mempunyai apa-apa lagi yang akan diawasi; jadi
jagalah pikiranmu sendiri."
Kemudian Sang Buddha membabarkan
syair 36 berikut:
Pikiran sangat sulit untuk
dilihat, amat lembut dan halus; pikiran bergerak sesuka hatinya. Orang
bijaksana selalu menjaga pikirannya, seseorang yang menjaga pikirannya akan
berbahagia.