Tegal, 24 September 2013
No
: 73, Tahun Ketujuh
Penasehat : Ketua Yayasan Metta Jaya ( Loe Lian Phang )
Penanggung Jawab : Ketua
Dayakasabha Metta Vihara Tegal ( Lie
Ing Beng )
Pimpinan Redaksi : Ibu
Tjutisari
Redaksi
Pelaksana : 1. Ibu Pranoto 4. Liliyani
2. Suriya Dhammo 5.
Sumedha Amaravathi
3. Ade Kristanto 6. Lie Thiam Lan
Alamat Redaksi : Metta Vihara
Jl. Udang
No. 8 Tegal Telp. (0283) 323570
BCA No Rek : 0479073688 an. YUNINGSIH ASTUTI - TUSITA WIJAYA
DHAMMAPADA ATTHAKHATA
Bab
II - Syair 30
Dengan menyempurnakan
kewaspadaan Dewa Sakka dapat mencapai tingkat pemimpin di antara para dewa.
Sesungguhnya, kewaspadaan itu akan selalu dipuji dan kelengahan akan selalu
dicela.
BAB II – Syair
30
II. (7) Kisah Magha
Suatu waktu, seorang Pangeran
Licchavi, bernama Mahali, datang untuk mendengarkan khotbah Dhamma yang
disampaikan oleh Sang Buddha. Khotbah yang dibabarkan adalah Sakkapanha
Suttanta. Sang Buddha menceritakan tentang Sakka yang selalu bersemangat.
Mahali kemudian berpikir bahwa Sang Buddha pasti pernah berjumpa dengan Sakka
secara langsung. Untuk menyakinkan hal tersebut, dia bertanya kepada Sang
Buddha.
Sang Buddha menjawab,
"Mahali, Aku mengenal Sakka; Aku juga mengetahui apa yang menyebabkan dia
menjadi Sakka." Kemudian Beliau bercerita kepada Mahali bahwa Sakka, raja
para dewa, pada kehidupannya yang lampau adalah seorang pemuda yang bernama
Magha, tinggal di desa Macala.
Pemuda Magha dan tiga puluh dua
temannya pergi untuk membangun jalan dan tempat tinggal. Magha juga bertekad
untuk melakukan tujuh kewajiban.
Tujuh kewajiban tersebut adalah:
(1) dia akan merawat kedua orang tuanya;
(2) dia akan menghormati orang yang lebih tua;
(3) dia akan berkata sopan;
(4) dia akan menghindari membicarakan orang lain;
(5) dia tidak akan menjadi orang kikir, dia akan menjadi orang
yang murah hati;
(6) dia akan berkata jujur; dan
(7) dia akan menjaga dirinya untuk tidak mudah marah.
Karena kelakuannya yang baik dan tingkah lakunya yang benar pada
kehidupannya yang lampau Magha dilahirkan kembali sebagai Sakka, raja para
Dewa.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 30 berikut:
Dengan menyempurnakan
kewaspadaan Dewa Sakka dapat mencapai tingkat pemimpin di antara para dewa.
Sesungguhnya, kewaspadaan itu akan selalu dipuji dan kelengahan akan selalu
dicela.
Sumber : 1. Dhammpada Atthakhata. Penerbit : Vidyasena
2.
Kitab suci Dhammapada. Penerbit :
Bahusutta Society
--- oOo ---
SEKAPUR SIRIH
Kewaspadaan
selalu dipuji dan membawa manfaat yang sangat besar bagi diri sendiri dan orang
banyak. Sebaliknya kelengahan selalu dicela dan membawa akibat yang merugikan.
Lengkapnya dapat diikuti dalam Dhammapada Atthakhata Bab II Syair ke 30 “Kisah
Magha”.
Sang
Buddha menguraikan bagaimana menghadapi caci maki dalam cerita inspiratif yang
akan membawa manfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Artikel
kali ini YM. Bhikkhu Uttamo Mahathera menulis “Hidup Selalu Berorganisasi”.
Dalam kehidupan masyarakat, organisasi mutlak sangat diperlukan, dengan
berorganisasi tentu perlu ditunjang komunikasi sehingga pembagian tugas dapat
berjalan dengan baik.
Ajahn
Brahm dalam buku Membuka Pintu Hati memasuki tema Takut Sakit, karena rasa
takut akan menimbulkan rasa sakit menjadi lebih menyakitkan, untuk mengatasinya
dengan cara enyahkan rasa takut.
Segenggam
Daun Bodhi, kumpulan tulisan Bhikkhu Dhammavudho Mahathera menguraikan
kebenaran mulia ke empat jalan. Ada jalan yang disebut jalan mulia berunsur
delapan yang menuntun pada penghentian Dukkha, ini adalah kebenaran mulia
keempat yang dinyatakan oleh Buddha.
Kitab
suci agama Buddha bagian dari Khudaka Nikaya, Sutta Pitaka Dana Arca Buddha apa
perlu ditulis nama? 2. Paritta apa yang dibaca pada saat memberi penghormatan
ke orang meninggal? 3. Apakah karena jiong tidak boleh melayat ke orang meninggal?
YM. Bhikkhu Uttamo memberi jawaban menurut pandangan agama Buddha.
Setitik
Cahaya di Balik Kabut, kenapa hidup ini selalu menderita? Pangeran Sidharta
telah menemukan jawabannya.
Redaksi
sudah berusaha sesuai kemampuan yang dimiliki, namun sadar tidak mungkin bisa
memberi kepuasan kepada pembaca semua, saran dan kritik yang membangun sangat
dibutuhkan untuk menyempurnakan buletin Brivi Metta Vihara. Dukungan moril
maupun materiil akan sangat bermanfaat bagi redaksi agar buletin kesayangan
kita ini dapat terbit dengan lebih baik dan menambah pengetahuan Dhamma.
Anumodana
dan terima kasih kami ucapkan atas perhatian dan dukungan anda.
Semoga
semua makhluk hidup berbahagia.
Metta
Cittena,
Redaksi
--- oOo ---