Kamis, 05 September 2013

BRIVI APRIL 2013

Tegal, 24 April 2013                                                                                                
No : 68, Tahun Ketujuh

Penasehat                 : Ketua Yayasan Metta Jaya                          ( Loe Lian Phang )
Penanggung Jawab : Ketua Dayakasabha Metta Vihara Tegal   ( Lie Ing Beng )
Pimpinan Redaksi     : Ibu Tjutisari
Redaksi Pelaksana   : 1.   Ibu Pranoto               4.   Liliyani                                                              
                                      2.   Suriya Dhammo        5.   Sumedha Amaravathi
                                      3.   Ade Kristanto           6.   Lie Thiam Lan
Alamat Redaksi        : Metta Vihara
                                      Jl. Udang No. 8 Tegal Telp. (0283) 323570
BCA No Rek : 0479073688  an. YUNINGSIH ASTUTI - TUSITA WIJAYA



DHAMMAPADA ATTHAKHATA
Bab II - Syair 24
Orang yang penuh semangat, selalu sadar, murni dalam perbuatan, memiliki pengendalian diri, hidup sesuai dengan Dhamma dan selalu waspada, maka kebahagiaannya akan bertambah.




Kisah Kumbhaghosaka, Seorang Bankir

Suatu ketika ada suatu wabah penyakit menular menyerang kota Rajagaha. Di rumah bendahara kerajaan, para pelayan banyak yang meninggal akibat wabah tersebut. Bendahara dan istrinya juga terkena wabah tersebut. Ketika mereka berdua merasa akan mendekati ajal, mereka memerintahkan anaknya Kumbhaghosaka untuk pergi meninggalkan mereka, pergi dari rumah dan kembali lagi pada waktu yang lama., agar tidak ketularan. Mereka juga mengatakan kepada Kumbhaghosaka bahwa mereka telah mengubur harta sebesar 40 crore. Kumbaghosaka pergi meninggalkan kota dan tinggal di hutan selama 12 tahun dan kemudian kembali lagi ke kota asalnya.
Seiring dengan waktu, Kumbhaghosaka tumbuh menjadi seorang pemuda dan tidak seorang pun di kota yang mengenalinya. Dia pergi ke tempat dimana harta karun tersebut disembunyikan dan menemukannya masih dalam keadaan utuh. Tetapi dia menyadari bahwa tidak ada se­orang pun yang dapat mengenalinya lagi. Jika dia menggali harta tersebut dan menggunakannya, masyarakat mungkin berpikir seorang lelaki miskin secara tidak sengaja telah menemukan harta karun dan mereka mungkin akan melaporkannya kepada Raja. Dalam kasus ini, hartanya akan disita dan dia sendiri mungkin akan ditangkap. Maka dia memutuskan untuk sementara waktu ini tidak menggali harta terse­but dan untuk sementara dia harus mencari pekerjaan un­tuk membiayai penghidupannya.
Dengan mengenakan pakaian tua Kumbhaghosaka mencari pekerjaan. Dia mendapatkan pekerjaan untuk membangunkan orang. Bangun awal di pagi hari dan berkeliling memberitahukan bahwa saat itu adalah saat untuk menyediakan makanan, untuk menyiapkan kereta, atau pun saat untuk menyiapkan kerbau dan lain-lain.
Suatu pagi Raja Bimbisara mendengar suara orang membangunkannya. Raja berkomentar, "Ini adalah suara dari se­orang laki-laki sehat."
Seorang pelayan, mendengar komentar raja, la mengirimkan seorang penyelidik untuk menyelidikinya. Dia melaporkan bahwa pemuda itu hanya orang sewaan. Menanggapi laporan ini raja kembali berkomentar sama selama dua hari berturut-turut. Sekali lagi, pelayan raja menyuruh orang lain menyelidikinya dan hasilnya tetap sama. Pelayan berpikir bahwa ini adalah hal yang aneh, maka dia meminta pada raja agar memberikan izin kepadanya untuk pergi dan menyelidikinya sendiri.
Dengan menyamar sebagai orang desa, pelayan dan, putrinya pergi ke tempat tinggal para buruh. Mereka me­ngatakan bahwa mereka adalah pengelana, dan membutuhkan tempat untuk bermalam. Mereka mendapat tem­pat bermalam di rumah Kumbhaghosaka untuk satu malam. Tetapi mereka merencanakan memperpanjang tinggal di sana. Selama periode tersebut, dua kali Raja telah mengumumkan bahwa akan diadakan suatu upacara di tempat tinggal para buruh, dan setiap kepala rumah tangga harus memberikan sumbangan. Kumbhaghosaka tidak mempunyai uang untuk menyumbang. Maka dia berusaha untuk mendapatkan beberapa koin (Kahapana) dari harta simpanannya.

Ketika melihat Kumbhaghosaka membawa koin-koin tersebut, pelayan raja berusaha agar Kumbhaghosaka mau menukarkan koin-koin itu dengan uangnya. Usahanya berhasil dan pelayan itu mengirimkan koin-koin itu kepa­da raja. Setelah beberapa waktu, pelayan tersebut mengi­rimkan pesan kepada raja untuk mengirim orang dan memanggil Kumbhaghosaka ke pengadilan. Kumbhaghosaka merasa tidak senang, dengan terpaksa pergi bersama orang-orang tersebut. Pelayan dan putrinya juga pergi ke istana.
Di istana, raja menyuruh Kumbhaghosaka untuk menceritakan kejadian sebenarnya dan menjamin keselamatannya. Kumbhaghosaka kemudian mengakui bahwa Kahapana itu adalah miliknya dan juga mengakui bahwa ia adalah putra seorang bendahara di Rajagaha, yang meninggal karena wabah dua belas tahun yang lalu. Dia ke­mudian juga menceritakan tentang tempat dimana harta karun tersebut disembunyikan. Akhirnya, semua harta karun tersebut dibawa ke istana; raja mengangkatnya menjadi seorang bendahara dan memberikan putrinya un­tuk dijadikan istri.
Setelah itu, raja membawa Kumbhaghosaka mengunjungi Sang Buddha di Vihara Veluvana dan mengatakan kepada Beliau bagaimana pemuda tersebut memperoleh kekayaan dengan mengumpulkan hasil pekerjaannya sebagai buruh, dan bagaimana dia diangkat menjadi se­orang bendahara.
Mengakhiri pertemuan itu, Sang Buddha membabarkan syair 24 berikut ini:
Orang yang penuh semangat, selalu sadar, murni dalam perbuatan, memiliki pengendalian diri, hidup sesuai dengan Dhamma dan selalu waspada, maka kebahagiaannya akan bertambah.

--- oOo ---


SEKAPUR SIRIH

Buletin Brivi dalam edisi 68 kembali menjumpai anda dengan harapan komunikasi antar umat Metta Vihara dapat terjalin, sehingga akan membawa manfaat dalam kehidupan bermasyarakat.
Dhammapada Atthakhata syair 24 mengisahkan tentang orang yang selalu sadar memiliki pengendalian diri hidup sesuai dengan Dhamma, hidupnya akan bahagia.
Artikel B. Uttamo dengan judul “Datang Karena Kagum”, datang ke vihara akan membawa manfaat bagi diri sendiri, datang ke vihara bukan untuk ketemu pengurus atau ketemu Bhikkhu tetapi untuk mencari Sang Buddha, untuk belajar Dhamma yang sangat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang banyak.
Cerita inspiratif “Semua Itu Baik” kalau kita selalu berpikir positif akan membawa hasil yang positif dan membawa kebahagiaan.
Ajahn Brahm menulis “Bebas dari Rasa Takut”, rasa takut hanya akan menghambat langkah kita untuk maju. Segenggam Daun Bodhi karya Bhikkhu Dhammavudho Mahathera sangat menarik untuk disimak.
Kitab suci Khuddaka Nikaya Sutta Pitaka dengan judul “Cunda Si Pandai Besi” bertanya kepada Sang Buddha ada berapa macam Bhikkhu di dunia ini? Silahkan disimak jawaban Sang Buddha seperti apa.
100 tanya jawab dengan Bhikkhu Uttamo juga ada. “Setitik Cahaya Di Balik Kabut”, Agama Buddha Paling Kejam, merupakan suatu kondisi yang sangat indah apabila kita bisa menerima perbedaan, ibarat di taman yang penuh dengan berbagai macam bunga akan nampak indah. Walaupun kita mempunyai pandangan yang berbeda-beda tetapi tetap bergandengan tangan dalam mengembangkan organisasi. Mungkin tidak semua orang sanggup merealisasikan hal ini karena kadar komitmen yang berbeda-beda, namun alangkah indahnya hidup kita apabila kita boleh berbeda pendapat namun tetap bersahabat dengan mengedepankan kebersamaan.
Akhir kata kami akan berusaha untuk mengupayakan yang terbaik yang mampu kami berikan untuk para pembaca sebagai langkah untuk menjadikan Buletin Brivi sebagai media komunikasi dan persaudaraan umat Metta Vihara Tegal. Agar Buletin kesayangan kita dapat menyampaikan pemahaman Buddha Dhamma dalam penerapan keseharian. Dukungan Bapak / Ibu / Saudara pembaca sangat besar artinya bagi kesinambungan Buletin Brivi.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Metta Cittena,
Redaksi

--- oOo ---
DANA

Telah kami terima dana dari :
1.    Kel. Almh. Ibu Lie Tjen Lan                            Rp    1.000.000,-
2.    Yayasan Tri Dharma Tegal                             Rp       500.000,-
3.    Kel. Almh. Ibu Giam Sin Hwa – Jatibarang     Rp       500.000,-  
4.    Bp. Kho Sioe Han                                          Rp       100.000,-

Dana Konsumsi :
1.    Ibu Tjioe Hiang Giok – Brebes
2.    Ibu Tan Swie Tin
3.    Ibu Oey Bin Nio
4.    Ibu Tan Mei Luan
5.    Ibu Tjutisari

Semoga kebajikan yang telah Bapak / Ibu / Saudara lakukan mendapat berkah keselamatan, kesehatan dan bahagia.

BERITA PERKAWINAN

Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia PC. Kota Tegal akan melaksanakan Pemberkatan Perkawinan antara :

Sdr. Lim Sui On                                                    Sdri. Marini Agus Susilo
Putra dari Bp/Ibu Chang Kim Kong      dengan     Putri dari Bp/Ibu Agus Susilo
Jl. Pluit Sakti Raya No. 41                                    Jl. Paweden 39 Tegal
Jakarta Utara
 


Pemberkatan akan dilaksanakan pada :
Hari/tanggal   : Minggu, 9 Juni 2013
Waktu           : Pukul 11.00 WIB
Tempat          :     Metta Vihara
                        Jl. Udang 8 Tegal

                                                                   Tegal, 10 April 2013
                                                               PC. Magabudhi Kota Tegal

                                                           ttd                                      ttd

                                              PMd. Suriyadhammo          UPC. D. Hadi Pramana
                                                         Ketua                               Sekretaris
ANEKA PERISTIWA

-     Minggu, 17 Maret 2013 pukul 17.00 Paritta tutup Peti Mendiang Ibu Lie Tjen Lan di Cengbengan Tegal
-     Senin, 18 Maret 2013 pukul 20.00 Paritta malam kembang (maisong) Mendiang Ibu Lie Tjen Lan di Cengbengan Tegal
-     Selasa, 19 Maret 2013 pukul 11.00 Paritta kremasi Mendiang Ibu Lie Tjen Lan di Krematorium Ketiwon Tegal
-     Minggu, 24 Maret 2013, ulang tahun bersama bulan Maret berlangsung dengan meriah dilaksanakan setelah Puja Bhakti Minggu pagi selesai.
-     Senin, 25 Maret 2013 jam 20.00 WIB, Pembacaan Paritta Co Pay Jit mendiang Ibu Lie Tjen Lan dilaksanakan di Cengbengan Tegal.
-     Minggu, 31 Maret 2013, Sekolah Minggu Buddha Metta Vihara mengadakan ulang tahun bersama.
-     Minggu, 31 Maret 2013, umat Metta Vihara diminta membaca Paritta Peringatan 49 hari meninggalnya Bapak Lie Kek Seng.
-     Hari Jumat 5 April 2013 di Ruang Penghormatan Leluhur Adiguna Sarana Metta Vihara Tegal, diadakan Upacara Penghormatan Leluhur dalam rangka Hari Ceng Beng. Semoga jasa kebajikan melimpah pada sanak keluarga yang terlahir di alam menderita.
-     Sabtu, 6 April 2013 pukul 20.00 Paritta 1 tahun meninggalnya Mendiang Bp. Tan Kwat Kiem (suami Ibu Kang She Tin) di Cengbengan Tegal, dihadiri Bhikkhu Jayamedho.
-     Sabtu dan Minggu, 6 dan 7 April 2013, Dhamma Class bersama Bhante Jayamedho di Metta Vihara berlangsung dengan meriah, dihadiri umat Vihara Dharma Mulya Losari.
-     Hari Jumat malam, 12 April 2013, Rombongan keluarga besar Metta Vihara mengadakan Ritual Tour ke Tuban – Lasem dan Semarang.





RITUAL TOUR METTA VIHARA TEGAL


Rombongan Metta Vihara Tegal sebanyak 31 orang ikut dalam ritual tour yang dilaksanakan pada tanggal 12 – 14 April 2013 dengan tujuan Tuban – Rembang – Lasem – Semarang.
Hari Jumat, 12 April 2013 pukul 21.00 peserta tour berkumpul di Metta Vihara. Tepat pukul 22.00 WIB, bus Panorama yang ditumpangi rombongan ritual tour Metta Vihara berangkat menuju kelenteng Tuban. Diperkirakan pukul 06.00 WIB kami bisa sampai di Tuban.
Pukul 05.00 kami beristirahat sebentar di Desa Kranggan Rembang untuk ngopi / minum teh hangat.
Pukul 05.30 kami kembali melanjutkan perjalanan, dan karena macet, pukul 09.00 WIB bus baru sampai kelenteng Tuban. Kami semua MCK, sarapan dan sembahyang di situ. Tak lupa pula untuk berfoto sebagai kenang-kenangan.
Pukul 12.00 WIB rombongan meninggalkan kelenteng Tuban menuju Rembang. Kemacetan kembali menghambat perjalanan kami, sehingga pukul 16.00 WIB baru sampai di Rembang. Acara kunjungan ke kelenteng Rembang terpaksa dibatalkan, langsung menuju ke rumah makan Hien untuk santap siang (yang terpaksa molor dari waktu yang seharusnya). Selesai makan ± pukul 17.00 WIB kami bersiap-siap melanjutkan perjalanan ke Vihara Lasem.
Jalan menuju vihara lebih sempit dari pada jalan raya pantura, karena itu bus wisata Panorama yang kami tumpangi tidak bisa sampai di vihara. Bhante Piyadhiro mengirim kendaraan untuk mengevakuasi kami agar bisa sampai ke vihara. Kendaraan bak terbuka alias truk sudah stanby di depan toko Pantes Lasem. Kami semua pindah ke atas truk untuk melanjutkan perjalanan unik, lucu dan tak akan terlupakan, ke vihara Lasem naik truk, melintasi jalan kecil kampung dan persawahan, naik turun.
Kurang lebih pukul 18.00 WIB sampailah kami di Vihara Ratanavana Arama, desa Sendangcoyo Lasem. Begitu rombongan sampai di halaman vihara Bhante Piyadhiro sudah menunggu sambil senyum-senyum melihat kami antri turun dari atas bak truk.
Selesai mandi dan istirahat sebentar, ± pukul 19.00 WIB kami naik ke atas menuju candi tempat makam Bhante Sudhammo, dipimpin Bhante Piyadhiro. Jalan menanjak kami lalui dengan nafas yang ngos-ngosan karena lumayan berat.
Bhante Sudhammo Mahathera adalah pendiri Vihara Lasem yang mulai dibangun pada 20 April 1978. Selama 20 tahun beliau tinggal di situ membangun vihara sekaligus membina umat, sampai akhir hayatnya.
Puja bakti di makam Bhante Sudhammo dipimpin oleh Bhante Piyadhiro, diakhiri dengan foto bersama di situ.
Kemudian kami turun untuk makan malam, dilanjutkan dengan acara bebas, berbincang-bincang dengan Bhante hingga pukul 22.00 WIB. Pukul 05.00 WIB peserta tour mulai bangun, mandi dan berkeliling vihara, untuk menikmati pemandangan yang indah, sambil berfoto-foto. Selesai makan pagi, pukul 07.30 WIB Bhante Piyadhiro akan ke Surabaya. Kamipun bersikap-siap untuk meninggalkan Vihara Lasem. Ibu-ibu yang berusia lanjut sebagian bisa menumpang mobil Bhante, sedang peserta tour lainnya kembali naik kendaraan bak terbuka.
Perjalanan kami lanjutkan menuju ke pabrik kacang “Dua Kelinci” Pati. Hampir semua peserta tour masuk ke toko di situ untuk belanja oleh-oleh dan foto dengan patung kelinci. Rencana semula akan makan soto Kudus dibatalkan, karena akan makan siang di Semarang.
Pukul 12.35 WIB kami sampai di Semarang, langsung menuju ke “Shabu Auce” Jl. Gajahmada untuk menikmati santap siang.
Pukul 15.00 WIB rombongan singgah di Jl. Pandanaran untuk membeli oleh-oleh khas Semarang. 30 menit kemudian kami melaju ke vihara di daerah Marina.
Vihara “Mahavira Graha” Semarang adalah Vihara Mahayana yang cukup besar dan megah, terdiri dari 6 lantai.
Lantai 1                   : Dhammasala utama
Lantai 2                   : Dhammasala dengan aneka patung dari Thailand.
Lantai 3, 4, dan 5    : Asrama
Lantai 6                   : Dhammasala dengan aneka patung Bodhisatwa.
Di dalam vihara ini kami dilarang mengambil foto, jadi kami hanya boleh foto diluar vihara. Tak lupa kami semua melakukan pembacaan paritta di lantai 2.
Pukul 17.30 perjalanan dilanjutkan ke Kelenteng Sam Po Kong Gedung Batu. Hampir semua anggota rombongan berfoto di sini karena pemandangannya yang indah, sebagian ada yang sembahyang. Pukul 18.30 WIB bis melaju untuk pulang ke Tegal. Rombongan berhenti di Gringsing untuk makan malam terlebih dahulu. Pukul 20.30 WIB bus Panorama yang membawa kami berhenti di depan gerbang Metta Vihara Tegal. Para peserta kembali ke rumah masing-masing. Sebuah perjalanan ritual yang berkesan dan membawa kenangan tersendiri bagi para peserta tour.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

~  Redaksi  ~



KABAR GEMBIRA

Dalam rangka menyambut Hari Raya Waisak 2557/2013, akan diadakan:
·            PINDAPATA
Pindapata akan diadakan pada :
Selasa, 14 Mei 2013 dan
Rabu, 15 Mei 2013, pukul 06.30 WIB
Bhikkhu akan keluar dari Metta Vihara menuju Jl. Teri – Jl. Veteran –            Jl. Gurami – Jl. Udang kembali ke Metta Vihara.
Bagi Bapak / Ibu / Saudara yang ingin berdana makanan harap siap di jalan yang akan dilalui Bhante (maaf dana JANGAN berupa uang).
·            Menyambut detik-detik Waisak
Puja bakti detik-detik Waisak 2557 akan diadakan pada :
Hari / tanggal     :  Sabtu, 25 Mei 2013
Waktu                :  pk. 10.00 WIB
Tempat              :  Metta Vihara Tegal

Anumodana dan terima kasih.



SABBE SANKHARA ANICCA
Kehidupan tidak kekal adanya, selalu berubah
penuh dengan ketidak pastian.
Yang pasti semua makhluk hidup
yang terlahir pasti mengalami kematian.

Mendiang Ibu LIE TJEN LAN
Minggu, 17 Maret 2013

Dengan kekuatan Buddha, Dhamma, dan Sangha.
Dengan bekal karma baik yang pernah dilakukan.
Semoga terlahir di alam yang penuh kebahagiaan.

KELUARGA BESAR
METTA VIHARA
Jl. Udang No. 8 ( (0283) 323570
Tegal - Jawa Tengah




Artikel

DATANG KARENA KAGUM

Oleh : Yang Mulia Bhikkhu Uttamo Thera

Kegiatan puja bhakti adalah kegiatan yang sangat baik. Selain bisa menambah kamma baik, juga dapat meningkatkan pengetahuan dan pengertian tentang Dhamma. Hanya saja kegiatan ini sering disalah artikan. Dengan jadwal yang hanya seminggu sekali, ada saja yang merasa keberatan. Kalau ditanya, alasannya: sibuk. Alasan yang klise.
Biasanya kalau orang menjawab begitu, saya akan mengatakan dia 'sungguh luar biasa'. Lihat saja sebagian besar pejabat negara kita. Dalam sehari mereka bisa melaksanakan sholat lima kali. Padahal sibuknya luar biasa. Bapak Presiden kita juga demikian. Tetap menjalankan ibadah yang sama walaupun acaranya sangat padat. Kalau kita, umat Buddha, berpuja bhakti seminggu sekali saja sudah merasa sibuk, berarti jadwal kita lebih padat dari seorang presiden.
Ada yang lebih parah. "Ke vihara atau tidak, sama saja. Di vihara kita toh baca paritta, di rumah juga kan bisa," begitu kilah mereka. Mereka ini adalah orang yang tidak mengerti manfaat dan fungsi datang ke vihara.
Sebetulnya kita datang ke vihara harus didasari rasa kagum. Ya, rasa kagum kepada Sang Buddha. Kita (seharusnya) datang karena mencari Sang Buddha. Ada yang tidak datang lagi ke vihara dengan alasan pemuda vihara cuek. Sebagai umat baru, dia merasa tidak diperhatikan. Ada juga yang tidak mau datang karena (katanya) bhikkhunya sombong.
Kita ke vihara kan untuk mencari Sang Buddha, bukan cari pemuda vihara atau cari bhikkhu. Kalau orang sudah memahami hal ini, berarti ia telah merasakan manfaat ikut Agama Buddha.
Kita harus kagum karena kita sudah mengerti ajaran-Nya, walaupun mungkin masih sedikit. Bagaimana bisa lebih mengerti kalau tidak mau ke vihara? Membaca paritta di rumah memang menambah kamma baik, tapi tidak menambah pengertian kita. Untuk itulah perlu ke vihara. Di vihara kita juga bisa bertemu dengan teman-teman dan berbagi pengalaman, baik pengalaman biasa ataupun yang berkaitannya dengan Dhamma. Misalnya, ada yang bercerita bahwa sebelum kenal Agama Buddha dia suka marah-marah. Tapi sekarang bisa jadi tenang. Ada juga yang bercerita kalau dulu di sekolah dia bodoh sekali. Ujian tidak pernah lulus. Sekarang cerdas, ujian bisa lulus terus. Soalnya sudah mengenal ajaran Sang Buddha. Berbagi pengalaman dan kesaksian seperti ini sangatlah perlu.


NONTON FILM

Kalau kita sering ke vihara keyakinan akan Dhamma dapat terbangkitkan. Jika ajaran Sang Buddha dipraktekkan, lalu terbukti maka kita akan bahagia. Satu contoh misalnya, seorang istri tetap tenang ketika tangan suaminya putus dipotong penjahat. Sebab sang istri sudah punya konsep Agama Buddha dan juga sering meditasi. Dengan tenang ia memegang dan membungkus tangan suaminya. Kemudian membawanya ke rumah sakit. Pikirnya, bila ia pingsan, juga adik dan kakaknya ikut pingsan, siapa yang akan membawa suaminya ke rumah sakit. Darah suaminya akan terus mengucur sehingga dapat menyebabkan kematian. Orang seperti ini kalau bercerita di vihara akan menumbuhkan rasa kekaguman terhadap ajaran Agama Buddha.
Ibarat menonton film. Misalnya, film seri tv. Sering gara-gara film di tv, vihara menjadi sepi. Apalagi jika film tersebut diputar pada hari di mana diadakan puja bhakti. Banyak yang tidak datang.
Nah, mengapa tiap hari orang masih sempat nonton film seri tv padahal mereka sibuk? Jawabannya, karena mereka kagum. Walaupun kadang mereka harus mengeluarkan air mata. Begitu pula dengan Agama Buddha. Kalau sudah kagum maka pasti minimal tiap hari Minggu orang akan datang. Orang kagum tentu ada alasannya. Apa sih alasan belajar Agama Buddha? Karena Agama Buddha bisa dirasakan dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dasar Agama Buddha adalah kenyataan bahwa setiap saat kita selalu punya perasaan kecewa (dukkha). Agama Buddha mengatakan hal ini bukan karena pesimis terhadap kehidupan. Bukan juga optimis. Tapi karena Agama Buddha bersifat realistis, nyata, dan dapat dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari. Berpisah dengan yang dicintai-entah orang, barang, atau hal lain dan berjumpa dengan yang dibenci. Juga ketika kita menginginkan sesuatu tetapi tidak terpenuhi. Semua itu membuat kecewa. Contoh nyatanya, dalam puja bhakti. Saat membaca paritta, ada yang ingin cepat-cepat, tapi kenyataannya yang lain malah pelan. Atau sebaliknya. Pula dalam bermeditasi, ketika kaki kita kesemutan. Pasti timbul kekecewaan.
Bila kita rajin mengamati gejala kehidupan, sebetulnya pengalaman tentang ajaran Sang Buddha selalu ada setiap saat. Semua pasti pernah kecewa. Kita akan melihat sebenarnya sumber kekecewaan itu adalah pikiran. Dari pikiran bisa muncul berbagai keinginan. Dari situ akan timbul kekecewaan.





MEDITASI DAN PIKIRAN

Dalam Agama Buddha diajarkan bagaimana cara menyesuaikan pikiran. Kita tidak mungkin mampu mengubah kenyataan, tapi kita bisa mengubah cara berpikir kita. Misalnya, kita ikut ujian dan tidak lulus. Kita tidak mungkin mengubah kenyataan ini. Tidak masuk akal dengan mengempeskan ban mobil dosen atau mengancamnya lalu kita jadi lulus. Tapi pikiran bisa disesuaikan supaya bisa menerima kenyataan itu. Lalu, belajar lebih giat supaya bisa lulus.
Sedikit demi sedikit kita mencoba mengatasi keinginan yang timbul dari pikiran. Belajar meditasi merupakan bagian dari latihan mengendalikan pikiran. Saat duduk diam bermeditasi muncul pikiran bosan. Timbul kegelisahan dalam diri kita. Tetapi jika sudah bisa mengendalikannya, kita akan tetap tenang. Malah timbul pikiran, inilah kesempatan untuk mengendalikan pikiran. Tetap konsentrasi, berusaha memusatkan perhatian pada satu obyek tertentu. Menyadari gerak pikiran. Bila pikiran lari ke arah lain, usahakan menariknya kembali pelan-pelan ke obyek semula. Begitu seterusnya sehingga lama-kelamaan pikiran bisa di kendalikan dan ketenangan pun dapat diperoleh.
Dengan rajin meditasi kita akan selalu sadar. Kita bisa melihat bahwa hidup ini tidak kekal. Baik itu badan, pikiran, atau hal lainnya. Misalnya, seperti yang telah disebutkan di depan, yaitu pada saat meditasi kaki kita kesemutan. Tapi kesemutan tidak kekal, tidak berlangsung selamanya. Pasti akan hilang. Belum dan tidak ada orang yang menjadi lumpuh karena meditasi.
Meditasi adalah latihan. Prakteknya, dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya dengan latihan karate. Karate dipakai bukan pada waktu latihan saja, tapi juga untuk bela diri di luar latihan bila diperlukan. Soalnya kalau hanya dipakai pada saat latihan saja, bagaimana ketika ada yang akan mengganggu. Apakah kita akan menyuruhnya menunggu sampai waktu latihan? Tidak mungkin.
Begitu juga dengan puja bhakti. Dalam puja bhakti yang diadakan selama satu atau dua jam kita diajarkan untuk berbuat baik. Apakah itu berarti hanya selama puja bhakti saja berbuat baik, sedangkan sesudahnya bisa mencuri, membunuh, atau menipu orang? Tidak kan?
Dengan memahami segala sesuatu adalah tidak kekal maka pikiran akan terbebas dari kemelekatan. Kita akan selalu siap menghadapi kenyataan ketika apa yang kita inginkan tidak terpenuhi. Setelah menyadari hal ini maka kekecewaan pun akan hilang.
Sesungguhnya inilah salah satu garis besar ajaran Agama Buddha. Bahwa untuk mengatasi kekecewaan, kita harus mencari sumbernya dulu yaitu pikiran. Untuk mengatasinya bisa dengan latihan meditasi. Kalau sudah bisa membuktikan hal ini, maka yang muncul adalah kebahagiaan. Bukan lagi kekecewaan. Dalam diri akan timbul rasa kagum terhadap ajaran Sang Buddha. Kita takjub dan bergumam, "Kok ada ajaran yang bisa mengatasi kekecewaan? Hebat sekali!"
Selanjutnya kita akan jadi lebih sering ke vihara dan sering mendengarkan serta berdiskusi dhamma. Datang ke vihara bukan lagi untuk bertemu teman, pengurus, atau bhikkhu, tetapi untuk mencari (ajaran) Sang Buddha. Tentunya karena didasari oleh kekaguman kita.
Keyakinan terhadap Dhamma itu seperti sebatang pohon. Kalau terus dipupuk dan disirami, akan tumbuh. Sebaliknya bila tidak, bakal mati. Orang yang tidak pernah datang ke vihara seperti pohon yang mati, karena tidak pernah disirami dengan Dhamma. Dia juga tidak pernah dipupuk dengan diskusi Dhamma, sehingga keyakinannya tidak kuat.
Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama menumbuhkan rasa yakin terhadap ajaran Sang Buddha dan mempraktekkan Dhamma. Sebab bila melaksanakan Dhamma maka kita akan terlindung oleh Dhamma itu sendiri.

--- oOo ---




Cerita Inspiratif

SEMUA ITU BAIK

Ini kisah persahabatan antara seorang putra presiden, dan pemuda rakyat jelata yaitu Bono. Persahabatan sudah terjalin sejak mereka masih kecil. Bono punya kebiasaan yang kadang menjengkelkan. Apapun peristiwa yang terjadi di depannya selalu dianggap positif. "Itu Baik!", katanya senantiasa.
Hari itu seperti yang sering mereka lakukan, Bono menemani sahabatnya berburu. Tugasnya membawa senapan dan mengisi peluru agar selalu siap digunakan. Entah kenapa, mungkin belum terkunci sempurna, setelah diserahkan kepada sahabatnya, senapan itu meletus.
Akibatnya cukup fatal. Ibu jari putra presiden terkena terjangan peluru dan putus. Melihat itu tanpa sadar dengan kalemnya Bono berkomentar.
"Itu Baik!" Kontan sahabatnya naik pitam.
"Bagaimana kau ini! Jempolku putus tertembak, malah dibilang BAIK!!!”
Kali ini kelakuan Bono tak termaafkan. Ia dijebloskan ke penjara.
Suatu saat sang putra presiden pergi berburu ke Afrika. Sayangnya, ia tersesat di hutan lebat dan ditangkap suku primitif kanibal. Malam harinya, dalam keadaan terikat ia akan dibakar untuk disantap ramai-ramai.
Anehnya, mendadak ia dibebaskan. Ternyata suku tersebut pantang memangsa makhluk yang organ tubuhnya tidak lengkap.
Nasib baik itu membuat sang putra presiden termenung. Ia teringat peristiwa ketika jempolnya putus tertembak karena ulah Bono. la kemudian menemui Bono di penjara.
"Ternyata kau benar. Ada baiknya jempolku tertembak," katanya sambil menceritakan peristiwa yang dialaminya di Afrika.
"Aku menyesal telah memenjarakanmu."
"Oh, tidak! Bagiku, ini Baik!"
"Bagaimana kau ini? Di penjara tapi kau bilang baik?"
"Kalau aku tidak di penjara, pasti saat itu aku bersamamu berburu ke Afrika. Aku pasti dimangsa mereka!"
Dari balik sebuah peristiwa yang terjadi, kita selalu bisa memandangnya dari dua sisi. Ketika melihatnya sebagai sisi positif, maka hidup menjadi lebih indah.

“Sabbe satta bhavantu sukhitatta”
Semoga bermanfaat bagi kita semua _/\_
--- oOo ---
Rasa Takut dan Rasa Sakit

BEBAS DARI RASA TAKUT
AJAHN BRAHM
 
 



Jika rasa bersalah itu seperti memandang tembok bata masa lalu kita dan hanya melihat dua bata jelek saja, maka ketakutan adalah menerawang tembok bata masa depan kita dan hanya melihat apa yang bisa salah. Saat kita dibutakan oleh rasa takut, kita tak dapat melihat adanya kemungkinan bahwa bagian tembok lainnya bisa saja merupakan tembok yang sempurna. Rasa takut, karena itu, diatasi dengan melihat keseluruhan tembok, seperti pada kisah berikut yang terjadi di Singapura baru-baru ini.
Rangkaian empat ceramah saya telah diatur sejak beberapa bulan sebelumnya, sebuah auditorium besar dan mahal berkapasitas 2.500 tempat duduk yang terletak di pusat kota Singapura telah dipesan jauh-jauh hari, dan poster-poster telah dipajang di halte bis. Lalu datanglah wabah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). Ketika saya tiba di Singapura, semua sekolah telah ditutup, apartemen dikarantina, dan pemerintah menganjurkan seluruh warga untuk menghindari pertemuan-pertemuan umum. Rasa takut melanda luas pada waktu itu. Saya ditanya, "Apa kita batal saja?"
Pada pagi itu juga, halaman depan surat kabar memberi peringatan dengan angka yang tercetak besar dan tebal bahwa ada 99 orang Singapura yang telah terjangkit SARS. Saya bertanya berapa jumlah penduduk Singapura pada saat itu.
Ternyata mendekati 4 juta jiwa. "Jadi," saya menyimpulkan, "itu berarti ada 3.999.901 orang Singapura yang tak terjangkit SARS. Ayo kita jalan terus."
"Tetapi bagaimana jika seseorang lalu terjangkit SARS?" si rasa takut berbisik.
"Tetapi bagaimana jika ternyata tidak?" kata si bijak. Dan si bijak didampingi oleh si kemungkinan.
Jadi acara ceramah itu jalan terus. Seribu lima ratus orang datang pada malam pertama dan jumlahnya terus meningkat hingga penuh sesak pada malam terakhir. Seluruhnya ada sekitar 8.000 orang yang datang ke rangkaian ceramah itu. Mereka belajar untuk melawan ketakutan yang tak masuk akal, dan itu akan memperkuat nyali mereka pada masa yang akan datang. Mereka menikmati ceramah itu dan pulang dengan bahagia, itu berarti sistem kekebalan tubuh mereka telah ditingkatkan. Dan seperti yang saya tekankan pada akhir setiap ceramah, karena mereka tertawa gara-gara cerita-cerita lucu saya, mereka telah melatih paru-paru mereka dan hal itu memperkuat sistem pernapasan mereka! Tentu saja, tak seorang pun dari para hadirin yang terjangkit SARS.
Masa depan penuh dengan kemungkinan yang tak terbatas. Ketika kita terfokus pada kemungkinan yang tak menguntungkan, itulah yang disebut ketakutan. Bila kita berfokus pada kemungkinan sebaliknya, yang biasanya lebih disukai, itulah yang disebut bebas dari rasa takut.

--- oOo ---
SEGENGGAM DAUN BODHI
KUMPULAN TULISAN
BHIKKHU DHAMMAVUDDHO MAHA THERA

HANYA KITALAH YANG DAPAT MENOLONG DIRI KITA SENDIRI

4.  BAHAYA, KEBODOHAN DAN KEBURUKAN DARI KESENANGAN DUNIAWI
Bahaya
Bahaya dari kesenangan duniawi adalah membawa pada nafsu keinginan yang lebih dan lebih lagi. Ketika api nafsu seseorang membara, keinginan bahkan meningkat lebih drastis daripada berkurang. Kesenangan duniawi juga tidak abadi tetapi akan berakhir suatu hari nanti ketika timbunan, kebajikan seseorang telah habis.

Kebodohan
Kebodohan atau kesia-siaan dari kesenangan duniawi adalah nafsu yang tidak pernah terpuaskan. Makhluk hidup yang terbenam dalam kesenangan duniawi hanya memiliki satu sisi pandangan dari kehidupan yaitu hanya yang menyenangkan saja. Dengan tidak menyadari akan adanya alam kelahiran kembali yang menyedihkan yang menanti mereka, mereka tidak melihat kemendesakan untuk mengembangkan kebajikan, dengan melakukan perbuatan bajik dan menghindari kejahatan atau berusaha membebaskan diri dari lingkaran kelahiran kembali, sebaliknya mereka terus menghabiskan kebajikan yang telah mereka tanam. Suatu hari nanti ketika kebajikan mereka telah habis, mereka akan jatuh dari alam surga menuju alam keberadaan yang lebih rendah.

Keburukan
Perumpamaan penyakit leper. Keburukan dari kesenangan duniawi adalah merupakan sebuah 'penyakit'. Buddha memberikan perumpamaan yang jelas tentang makhluk hidup yang menderita penyakit leper. Luka di tubuhnya sangat gatal sehingga dia harus menggaruk sampai tubuhnya berdarah, terinfeksi dan membusuk. Tetapi ini saja belum cukup. Dia harus mencari beberapa bara api yang digunakannya untuk membakar lukanya. Barulah kemudian dia menemukan kelegaan. Tetapi semakin dia menggaruk dan membakar lukanya, semakin berdarah, terinfeksi dan membusuk jadinya, masih saja dia terus melakukannya karena dia mendapatkan kepuasan dalam ukuran tertentu. Garukan dan pembakaran seperti itu pada orang yang sehat hanya akan mengakibatkan kesakitan dan penderitaan yang besar. Sedangkan penderita leper hanya mengenalinya sebagai kesenangan saja.
Nafsu Keinginan mengakibatkan rasa sakit dan penderitaan. Makhluk hidup sama seperti leper, kata Buddha. Mereka diserang dengan penyakit nafsu akan kesenangan duniawi, terbakar dengan bara kesenangan duniawi, dan mencari kepuasan. Tetapi semakin banyak mereka terbenam dalam kesenangan duniawi, mereka akan semakin berpenyakit. Api nafsu mereka menjadi lebih besar bukannya mereda. Jadi mereka akan terus terbakar oleh api nafsu keinginan, tanpa mengenali sakit dan penderitaan yang mereka jalani.
Dan karena menginginkan untuk memuaskan nafsu mereka, makhluk hidup cenderung menjadi budak dan bekerja keras mendapatinya. Kadang-kadang dalam proses tersebut mereka harus menjalani kesukaran besar, menghadapi dingin dan panas, angin dan hujan, nyamuk dan serangga, dan bahkan bahaya. Jika pekerjaannya tidak membuahkan hasil seperti panennya rusak oleh cuaca yang tak bagus, dia akan bersedih hati dan berduka. Jika rumah dan harta bendanya dirusak oleh api, banjir, atau bahkan kemalingan, dia akan bersedih hati dan berduka.
Dibakar oleh nafsu, sesama manusia bertengkar, berkelahi dan pembunuhan muncul; bahkan bangsa berperang mengakibatkan pembunuhan massal yang tidak berguna. Dan karena nafsu, makhluk hidup menjadi perampok, pemerkosa, dan lain-lain, dan menerima hukuman sesuai hukum. Karena kelakuan salah seperti itu, mereka menderita lagi setelah meninggal dengan memperoleh kelahiran kembali di alam yang menderita. Kesakitan dan penderitaan seperti itulah yang mereka jalani.
Tidak ada jaminan, bahkan bagi makhluk-makhluk alam surga sekalipun. Untuk makhluk-makhluk yang 'berada di alam surga lingkup indera, walaupun kehidupan mereka nampaknya lebih lama dari kita, mereka berpikir itu pendek ketika akhir kehidupan datang karena mereka belum cukup menikmatinya. Mereka mengetahui ketika kematian sudah dekat dengan adanya tanda-tanda tertentu, seperti keringat yang keluar dari ketiak mereka, kecemerlangan mereka memudar, dan lain-lain, mereka menjadi sangat khawatir dan gelisah. Kematian mereka biasanya disebabkan oleh habisnya jasa kebajikan atau matangnya kamma buruk yang berat. Tetapi kadang-kadang juga dapat dikarenakan lupa makan, terlalu terbenam dalam kesenangan sensual, atau marah yang luar biasa. Kebanyakan dari makhluk-makhluk ini meninggal dengan tidak puas, dengan ambisi yang tidak terpenuhi. Lalu mereka akan terlahir kembali di alam keberadaan yang lebih rendah.
Penderitaan yang tidak dapat dikatakan, kehidupan demi kehidupan. Ketika seseorang terjatuh dari alam surga, pada umumnya memerlukan waktu yang sangat panjang sebelum dia bisa terlahir di alam surga lagi. Ini karena nafsu yang sangat besar dari makhluk hidup yang secara alami membuat mereka melakukan kejahatan. Sehingga mereka terus berputar di dalam lingkaran kehidupan, biasanya di alam lingkup indera, dan khususnya di alam sengsara. Penderitaan yang tak terkatakan dialami kehidupan demi kehidupan. Sedikit manusia dan makhluk surgawi setelah meninggal akan terlahir di alam manusia atau alam surga, kebanyakan akan terjatuh di alam sengsara. Sedikit makhluk di alam sengsara akan terlahir di alam manusia dan alam surga, kebanyakan akan terlahir kembali di alam sengsara.
--- oOo ---
SEGENGGAM DAUN BODHI
Penerjemah :
Rety Chang Ekavatti, S. Kom, BBA
Yuliana Lie Pannasiri, MBA
Penyunting :
Nana Suriya Johnny, SE
Andromeda Nauli, Ph.D






Kitab Suci Agama Buddha bagian dari
Khuddaka Nikaya, Sutta Pitaka

Judul asli : The Sutta-Nipata
Translated from The Pali by H. Saddatissa

5.  CUNDA SUTTA

Cunda Si Pandai Besi


Sang Buddha menjelaskan empat jenis bhikkhu

1   Cunda : Saya bertanya kepada pertapa Buddha, yang memiliki kebijaksanaan tinggi, Sang Raja Dhamma, yang terbebas dari keserakahan, yang paling mulia di antara manusia, yang paling mulia di antara para pembimbing. Ada berapa macam bhikkhu di dunia ini? Mohon dijelaskan.                                (83)
2   Sang Buddha: Cunda, ada empat macam bhikkhu, tidak ada yang kelima. Akan kujelaskan kepadamu karena kamu menanyakannya: (i) Yang pertama, bhikkhu yang telah memenangkan Sang Jalan, (ii) bhikkhu yang menguraikan Sang Jalan secara rinci, (iii) bhikkhu yang hidup pada Sang Jalan, dan (iv) bhikkhu yang mengotori Sang Jalan.      (84)
3   Cunda: Siapakah yang Sang Buddha maksudkan sebagai bhikkhu yang telah memenangkan Sang Jalan? Bagaimanakah bhikkhu yang menguraikan Sang Jalan secara rinci menjadi tak ada bandingnya? Terangkanlah tentang bhikkhu yang hidup pada Sang Jalan, dan kemudian jelaskanlah tentang bhikkhu yang mengotori Sang Jalan.       (85)
4   Sang Buddha: Bhikkhu yang telah mengatasi keraguan, telah terbebas dari penderitaan, bergembira di dalam Nibbana, tidak melekat, pembimbing manusia dan dewa, orang semacam itu dikatakan oleh para Buddha sebagai orang yang telah memenangkan Sang Jalan.                                                                   (86)

5   Di sini, bhikkhu ini mengetahui Nibbana sebagai (keadaan) yang termulia dan menguraikan serta menjelaskan Dhamma secara rinci; pertapa yang telah menghancurkan keraguan ini tidak lagi memiliki nafsu keinginan. Inilah jenis kedua, yang disebut bhikkhu yang menguraikan Sang Jalan secara rinci.      (87)
6 Bhikkhu yang telah mengendalikan dirinya dengan penuh perhatian dan kewaspadaan, yang hidup dengan baik pada Sang Jalan sesuai dengan kata-kata Dhamma yang telah diuraikan dengan baik; yang mempraktekkan prinsip-prinsip yang benar. Inilah jenis ketiga, yang disebut bhikkhu yang hidup pada Sang Jalan. (88)
7   Bhikkhu yang menyamar dengan mengenakan jubah bagi orang-orang yang berperilaku baik, bhikkhu yang bepergian demi keuntungan, yang mempermalukan keluarga, yang kurang ajar, penuh tipu muslihat, yang tidak terkendali, seorang penggosip yang suka membicarakan hal-hal tak berguna, yang berpura-pura sebagai bhikkhu sejati. Inilah jenis keempat yang disebut bhikkhu yang mengotori Sang Jalan.                 (89)
8 Setelah memahami keempatnya demikian itu, dia yang berpengetahuan, perumah tangga yang merupakan murid yang bijak dan suci, yang telah memahami bahwa 'keem­patnya itu tidak sama', dan setelah melihat hal itu keyakinannya tidak akan berkurang. Bagaimana mungkin yang tercemar dan yang tidak tercemar, yang murni dan yang tidak murni, dapat dianggap setara?                                                                                (90)














Setitik Cahaya di Balik Kabut

Agama Buddha,
Paling Kejam?

Pandita R. Surya Widya
Tuesday, November 10, 2009 at 5:47 am

Sekitar 20 tahun yang lalu, ada seorang teman yang non Buddhis, seorang psikiater, setelah membaca banyak buku Buddhis yang saya pinjamkan lalu berkomentar : "Menurut saya agama Buddha itu paling kejam di dunia! Karena sama sekali tidak ada pengampunan bagi umatnya yang berdosa."
Mungkin teman saya itu betul juga, karena dalam agama Buddha memang tidak ada juru selamat yang menjanjikan pengampunan atau keselamatan bagi yang percaya kepadanya. Tidak ada pertobatan yang membuat seseorang terbebas dari karma buruk yang akan menimpa dirinya.
Yang juga perlu diperhatikan adalah bahwa dalam agama Buddha tidak ada larangan, yang mengancam si pelanggar pasti masuk neraka setelah hari kiamat. Yang ada hanyalah latihan untuk tidak melanggar sila, kalau gagal ya bertekad lagi untuk tidak melanggar.
Justru karena tidak ada pengampunan, maka setiap umat Buddha seharusnya sangat berhati-hati dalam berpikir, berbicara dan berbuat; agar tidak melakukan kesalahan yang kelak akan mengakibatkan penderitaan bagi diri sendiri.
Hukum kamma atau hukum karma adalah hukum alam yang paling adil, seadil-adilnya. Hukum yang mengatur pelaku perbuatan dan akibatnya, jangan berpikir bisa mengelak dari bekerjanya hukum ini, percuma, karena tidak bisa disuap.
Agama Buddha bukan agama yang paling kejam, tetapi agama yang paling jujur dan terbuka, yang mengajarkan semua rahasia kehidupan kepada umatnya.

--- oOo ---






100  TANYA JAWAB DENGAN BHIKKHU UTTAMO

Dari : Nata, Bogor
Namo Buddhaya,
Bhante, dalam kesempatan ini saya ingin menanyakan tentang arti dan perbedaan kata "Buddha" dengan "Arahat".
Semoga dengan penjelasan yang diberikan oleh Bhante tentang hal ini dapat memberi saya pengertian yang benar.
Terimakasih.

Jawaban:

Istilah 'Buddha' mempunyai tiga pengertian pokok yaitu:
1. Sammasambuddha adalah ARAHATTA yang istimewa karena Beliau berjuang sendiri sehingga mencapai kesucian. Beliau juga dapat mengajarkan Dhamma kepada manusia sehingga mencapai tingkat kesucian yang sama dengan diriNya. Sebagai contoh Sammasambuddha atau arahatta istimewa ini adalah Sang Buddha Gotama
2. Savaka Buddha adalah ARAHATTA yang mencapai kesucian karena mendengar dan belajar Dhamma dari seorang Sammasambuddha. Salah satu contoh arahatta ini adalah Yang Mulia Sariputta.
3. Pacceka Buddha adalah ARAHATTA yang mencapai kesucian dengan perjuangan sendiri namun tidak dapat mengajarkan Dhamma kepada siapapun juga.

Dari ketiga jenis Buddha yang telah disampaikan di atas, tampaklah bahwa pengertian istilah 'Buddha' sama dengan 'Arahatta' yaitu orang yang telah mencapai kesucian dengan membebaskan diri dari ketamakan, kebencian serta kegelapan batin.

Semoga keterangan ini dapat menumbuhkan pengertian benar seperti yang diharapkan.
Semoga demikianlah adanya.

--- oOo ---





JADWAL SPD METTA VIHARA TEGAL
24 April 2013 s.d. 24 Mei 2013, jam 19.30 WIB – 21.30 WIB
No
Hari & Tanggal
Acara
Pembicara
1
Rabu, 24 April 2013
Puja Bakti & Meditasi
-
2
Kamis - Jumat,
25 - 26 April 2013
Dhamma Class
B. Hemadhammo
3
Sabtu, 27 April 2013
Dhamma Class
Pandita Dharmanadi Chandra
4
Minggu, 28 April 2013
Dhamma Class
Pandita Dharma. K. Widya
5
Senin – Selasa,
29 – 30 April 2013
Dhamma Class
B. Khemaviro
6
Rabu, 1 Mei 2013
Puja Bakti & Meditasi
-
7
Kamis, 2 Mei 2013
Puja Bakti & Meditasi
-
8
Jumat, 3 Mei 2013
Puja Bakti & Meditasi
-
9
Sabtu, 4 Mei 2013
Dhamma Class
Pandita Mettadewi
10
Minggu – Senin,           5 – 6 Mei 2013
Dhamma Class
B. Thitaviryo
11
Selasa – Rabu,              7 – 8 Mei 2013
Dhamma Class
B. Silanando
12
Kamis, 9 Mei 2013
Dhamma Class
B. Chandakaro
13
Jumat, 10 Mei 2013
Puja Bakti & Meditasi
-
14
Sabtu, 11 Mei 2013
Puja Bakti & Meditasi
-
15
Minggu, 12 Mei 2013
Puja Bakti & Meditasi
-
16
Senin, 13 Mei 2013
Dhamma Class
B. Sadhaviro
17
Selasa, 14 Mei 2013
Dhamma Class
B. Piyadhiro
18
Rabu, 15 Mei 2013
Puja Bakti & Meditasi
-
19
Kamis, 16 Mei 2013
Puja Bakti & Meditasi
-
20
Jumat, Sabtu, Minggu   17, 18, 19 Mei 2013
Dhamma Class
PMd. Rikwan Mettacaro
21
Senin, 20 Mei 2013
Dhamma Class
B. Cattamano
22
Selasa, 21 Mei 2013
Puja Bakti & Meditasi
-
23
Rabu, 22 Mei 2013
Puja Bakti & Meditasi
-
25
Kamis, 23 Mei 2013
Puja Bakti & Meditasi
-
25
Jumat, 24 Mei 2013
Puja Bakti & Meditasi
-


Tidak ada komentar:

Posting Komentar