Tegal, 24 April 2013
No
: 68, Tahun Ketujuh
Penasehat : Ketua Yayasan Metta Jaya ( Loe Lian Phang )
Penanggung Jawab : Ketua
Dayakasabha Metta Vihara Tegal ( Lie
Ing Beng )
Pimpinan Redaksi : Ibu Tjutisari
Redaksi
Pelaksana : 1. Ibu Pranoto 4. Liliyani
2. Suriya Dhammo 5.
Sumedha Amaravathi
3. Ade Kristanto 6. Lie Thiam Lan
Alamat Redaksi : Metta Vihara
Jl. Udang
No. 8 Tegal Telp. (0283) 323570
BCA No Rek : 0479073688 an. YUNINGSIH ASTUTI - TUSITA WIJAYA
DHAMMAPADA
ATTHAKHATA
Bab II - Syair 24
Orang yang penuh semangat, selalu
sadar, murni dalam perbuatan, memiliki pengendalian diri, hidup sesuai dengan
Dhamma dan selalu waspada, maka kebahagiaannya akan bertambah.
Kisah Kumbhaghosaka,
Seorang Bankir
Suatu
ketika ada suatu wabah penyakit menular menyerang kota Rajagaha. Di rumah
bendahara kerajaan, para pelayan banyak yang meninggal akibat wabah tersebut.
Bendahara dan istrinya juga terkena wabah tersebut. Ketika mereka berdua merasa
akan mendekati ajal, mereka memerintahkan anaknya Kumbhaghosaka untuk pergi
meninggalkan mereka, pergi dari rumah dan kembali lagi pada waktu yang lama.,
agar tidak ketularan. Mereka juga mengatakan kepada Kumbhaghosaka bahwa mereka
telah mengubur harta sebesar 40 crore. Kumbaghosaka pergi meninggalkan kota dan
tinggal di hutan selama 12 tahun dan kemudian kembali lagi ke kota asalnya.
Seiring
dengan waktu, Kumbhaghosaka tumbuh menjadi seorang pemuda dan tidak seorang pun
di kota yang mengenalinya. Dia pergi ke tempat dimana harta karun tersebut
disembunyikan dan menemukannya masih dalam keadaan utuh. Tetapi dia menyadari
bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mengenalinya lagi. Jika dia menggali
harta tersebut dan menggunakannya, masyarakat mungkin berpikir seorang lelaki
miskin secara tidak sengaja telah menemukan harta karun dan mereka mungkin akan
melaporkannya kepada Raja. Dalam kasus ini, hartanya akan disita dan dia
sendiri mungkin akan ditangkap. Maka dia memutuskan untuk sementara waktu ini
tidak menggali harta tersebut dan untuk sementara dia harus mencari pekerjaan
untuk membiayai penghidupannya.
Dengan
mengenakan pakaian tua Kumbhaghosaka mencari pekerjaan. Dia mendapatkan
pekerjaan untuk membangunkan orang. Bangun awal di pagi hari dan berkeliling
memberitahukan bahwa saat itu adalah saat untuk menyediakan makanan, untuk
menyiapkan kereta, atau pun saat untuk menyiapkan kerbau dan lain-lain.
Suatu
pagi Raja Bimbisara mendengar suara orang membangunkannya. Raja berkomentar,
"Ini adalah suara dari seorang laki-laki sehat."
Seorang pelayan,
mendengar komentar raja, la mengirimkan seorang penyelidik untuk
menyelidikinya. Dia melaporkan bahwa pemuda itu hanya orang sewaan. Menanggapi
laporan ini raja kembali berkomentar sama selama dua hari berturut-turut.
Sekali lagi, pelayan raja menyuruh orang lain menyelidikinya dan hasilnya tetap
sama. Pelayan berpikir bahwa ini adalah hal yang aneh, maka dia meminta pada
raja agar memberikan izin kepadanya untuk pergi dan menyelidikinya sendiri.
Dengan
menyamar sebagai orang desa, pelayan dan, putrinya pergi ke tempat tinggal para
buruh. Mereka mengatakan bahwa mereka adalah pengelana, dan membutuhkan tempat
untuk bermalam. Mereka mendapat tempat bermalam di rumah Kumbhaghosaka untuk
satu malam. Tetapi mereka merencanakan memperpanjang tinggal di sana. Selama
periode tersebut, dua kali Raja telah mengumumkan bahwa akan diadakan suatu
upacara di tempat tinggal para buruh, dan setiap kepala rumah tangga harus
memberikan sumbangan. Kumbhaghosaka tidak mempunyai uang untuk menyumbang. Maka
dia berusaha untuk mendapatkan beberapa koin (Kahapana) dari harta simpanannya.
Ketika
melihat Kumbhaghosaka membawa koin-koin tersebut, pelayan raja berusaha agar
Kumbhaghosaka mau menukarkan koin-koin itu dengan uangnya. Usahanya berhasil
dan pelayan itu mengirimkan koin-koin itu kepada raja. Setelah beberapa waktu,
pelayan tersebut mengirimkan pesan kepada raja untuk mengirim orang dan
memanggil Kumbhaghosaka ke pengadilan. Kumbhaghosaka merasa tidak senang,
dengan terpaksa pergi bersama orang-orang tersebut. Pelayan dan putrinya juga
pergi ke istana.
Di
istana, raja menyuruh Kumbhaghosaka untuk menceritakan kejadian sebenarnya dan
menjamin keselamatannya. Kumbhaghosaka kemudian mengakui bahwa Kahapana itu
adalah miliknya dan juga mengakui bahwa ia adalah putra seorang bendahara di
Rajagaha, yang meninggal karena wabah dua belas tahun yang lalu. Dia kemudian
juga menceritakan tentang tempat dimana harta karun tersebut disembunyikan.
Akhirnya, semua harta karun tersebut dibawa ke istana; raja mengangkatnya menjadi
seorang bendahara dan memberikan putrinya untuk dijadikan istri.
Setelah
itu, raja membawa Kumbhaghosaka mengunjungi Sang Buddha di Vihara Veluvana dan
mengatakan kepada Beliau bagaimana pemuda tersebut memperoleh kekayaan dengan
mengumpulkan hasil pekerjaannya sebagai buruh, dan bagaimana dia diangkat
menjadi seorang bendahara.
Mengakhiri pertemuan itu,
Sang Buddha membabarkan syair 24 berikut ini:
Orang yang penuh semangat, selalu
sadar, murni dalam perbuatan, memiliki pengendalian diri, hidup sesuai dengan
Dhamma dan selalu waspada, maka kebahagiaannya akan bertambah.
--- oOo ---
SEKAPUR SIRIH
Buletin
Brivi dalam edisi 68 kembali menjumpai anda dengan harapan komunikasi antar
umat Metta Vihara dapat terjalin, sehingga akan membawa manfaat dalam kehidupan
bermasyarakat.
Dhammapada
Atthakhata syair 24 mengisahkan tentang orang yang selalu sadar memiliki
pengendalian diri hidup sesuai dengan Dhamma, hidupnya akan bahagia.
Artikel
B. Uttamo dengan judul “Datang Karena Kagum”, datang ke vihara akan membawa
manfaat bagi diri sendiri, datang ke vihara bukan untuk ketemu pengurus atau
ketemu Bhikkhu tetapi untuk mencari Sang Buddha, untuk belajar Dhamma yang
sangat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang banyak.
Cerita
inspiratif “Semua Itu Baik” kalau kita selalu berpikir positif akan membawa
hasil yang positif dan membawa kebahagiaan.
Ajahn
Brahm menulis “Bebas dari Rasa Takut”, rasa takut hanya akan menghambat langkah
kita untuk maju. Segenggam Daun Bodhi karya Bhikkhu Dhammavudho Mahathera
sangat menarik untuk disimak.
Kitab
suci Khuddaka Nikaya Sutta Pitaka dengan judul “Cunda Si Pandai Besi” bertanya
kepada Sang Buddha ada berapa macam Bhikkhu di dunia ini? Silahkan disimak
jawaban Sang Buddha seperti apa.
100
tanya jawab dengan Bhikkhu Uttamo juga ada. “Setitik Cahaya Di Balik Kabut”,
Agama Buddha Paling Kejam, merupakan suatu kondisi yang sangat indah apabila
kita bisa menerima perbedaan, ibarat di taman yang penuh dengan berbagai macam
bunga akan nampak indah. Walaupun kita mempunyai pandangan yang berbeda-beda
tetapi tetap bergandengan tangan dalam mengembangkan organisasi. Mungkin tidak
semua orang sanggup merealisasikan hal ini karena kadar komitmen yang
berbeda-beda, namun alangkah indahnya hidup kita apabila kita boleh berbeda
pendapat namun tetap bersahabat dengan mengedepankan kebersamaan.
Akhir
kata kami akan berusaha untuk mengupayakan yang terbaik yang mampu kami berikan
untuk para pembaca sebagai langkah untuk menjadikan Buletin Brivi sebagai media
komunikasi dan persaudaraan umat Metta Vihara Tegal. Agar Buletin kesayangan
kita dapat menyampaikan pemahaman Buddha Dhamma dalam penerapan keseharian.
Dukungan Bapak / Ibu / Saudara pembaca sangat besar artinya bagi kesinambungan
Buletin Brivi.
Semoga
semua makhluk hidup berbahagia.
Metta
Cittena,
Redaksi
--- oOo ---
DANA
Telah kami terima dana dari :
1. Kel. Almh. Ibu Lie Tjen Lan Rp 1.000.000,-
2. Yayasan Tri Dharma Tegal Rp 500.000,-
3. Kel. Almh. Ibu Giam Sin Hwa – Jatibarang Rp 500.000,-
4. Bp. Kho Sioe Han Rp 100.000,-
Dana Konsumsi :
1. Ibu Tjioe Hiang Giok – Brebes
2. Ibu Tan Swie Tin
3. Ibu Oey Bin Nio
4. Ibu Tan Mei Luan
5. Ibu Tjutisari
Semoga kebajikan yang telah Bapak / Ibu / Saudara lakukan mendapat
berkah keselamatan, kesehatan dan bahagia.
BERITA PERKAWINAN
Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia PC. Kota Tegal akan
melaksanakan Pemberkatan Perkawinan antara :
Sdr. Lim
Sui On Sdri.
Marini Agus Susilo
Putra
dari Bp/Ibu Chang Kim Kong dengan Putri dari Bp/Ibu Agus Susilo
Jl.
Pluit Sakti Raya No. 41 Jl.
Paweden 39 Tegal
Jakarta
Utara
Pemberkatan akan dilaksanakan
pada :
Hari/tanggal
: Minggu, 9 Juni 2013
Waktu : Pukul 11.00 WIB
Tempat : Metta
Vihara
Jl. Udang 8 Tegal
Tegal,
10 April 2013
PC.
Magabudhi Kota Tegal
ttd
ttd
PMd.
Suriyadhammo UPC. D. Hadi Pramana
Ketua
Sekretaris
ANEKA
PERISTIWA
-
Minggu, 17 Maret 2013 pukul 17.00 Paritta tutup Peti Mendiang Ibu
Lie Tjen Lan di Cengbengan Tegal
-
Senin, 18 Maret 2013 pukul 20.00 Paritta malam kembang (maisong)
Mendiang Ibu Lie Tjen Lan di Cengbengan Tegal
-
Selasa, 19 Maret 2013 pukul 11.00 Paritta kremasi Mendiang Ibu Lie
Tjen Lan di Krematorium Ketiwon Tegal
-
Minggu, 24 Maret 2013, ulang tahun bersama bulan Maret berlangsung
dengan meriah dilaksanakan setelah Puja Bhakti Minggu pagi selesai.
-
Senin, 25 Maret 2013 jam 20.00 WIB, Pembacaan Paritta Co Pay Jit
mendiang Ibu Lie Tjen Lan dilaksanakan di Cengbengan Tegal.
-
Minggu, 31 Maret 2013, Sekolah Minggu Buddha Metta Vihara
mengadakan ulang tahun bersama.
-
Minggu, 31 Maret 2013, umat Metta Vihara diminta membaca Paritta
Peringatan 49 hari meninggalnya Bapak Lie Kek Seng.
-
Hari Jumat 5 April 2013 di Ruang Penghormatan Leluhur Adiguna
Sarana Metta Vihara Tegal, diadakan Upacara Penghormatan Leluhur dalam rangka
Hari Ceng Beng. Semoga jasa kebajikan melimpah pada sanak keluarga yang
terlahir di alam menderita.
-
Sabtu, 6 April 2013 pukul 20.00 Paritta 1 tahun meninggalnya
Mendiang Bp. Tan Kwat Kiem (suami Ibu Kang She Tin) di Cengbengan Tegal,
dihadiri Bhikkhu Jayamedho.
-
Sabtu dan Minggu, 6 dan 7 April 2013, Dhamma Class bersama Bhante
Jayamedho di Metta Vihara berlangsung dengan meriah, dihadiri umat Vihara
Dharma Mulya Losari.
-
Hari Jumat malam, 12 April 2013, Rombongan keluarga besar Metta
Vihara mengadakan Ritual Tour ke Tuban – Lasem dan Semarang.
RITUAL TOUR METTA VIHARA TEGAL
Rombongan
Metta Vihara Tegal sebanyak 31 orang ikut dalam ritual tour yang dilaksanakan
pada tanggal 12 – 14 April 2013 dengan tujuan Tuban – Rembang – Lasem –
Semarang.
Hari
Jumat, 12 April 2013 pukul 21.00 peserta tour berkumpul di Metta Vihara. Tepat
pukul 22.00 WIB, bus Panorama yang ditumpangi rombongan ritual tour Metta
Vihara berangkat menuju kelenteng Tuban. Diperkirakan pukul 06.00 WIB kami bisa
sampai di Tuban.
Pukul
05.00 kami beristirahat sebentar di Desa Kranggan Rembang untuk ngopi / minum
teh hangat.
Pukul
05.30 kami kembali melanjutkan perjalanan, dan karena macet, pukul 09.00 WIB
bus baru sampai kelenteng Tuban. Kami semua MCK, sarapan dan sembahyang di
situ. Tak lupa pula untuk berfoto sebagai kenang-kenangan.
Pukul
12.00 WIB rombongan meninggalkan kelenteng Tuban menuju Rembang. Kemacetan
kembali menghambat perjalanan kami, sehingga pukul 16.00 WIB baru sampai di
Rembang. Acara kunjungan ke kelenteng Rembang terpaksa dibatalkan, langsung
menuju ke rumah makan Hien untuk santap siang (yang terpaksa molor dari waktu
yang seharusnya). Selesai makan ± pukul 17.00 WIB kami bersiap-siap melanjutkan
perjalanan ke Vihara Lasem.
Jalan
menuju vihara lebih sempit dari pada jalan raya pantura, karena itu bus wisata
Panorama yang kami tumpangi tidak bisa sampai di vihara. Bhante Piyadhiro
mengirim kendaraan untuk mengevakuasi kami agar bisa sampai ke vihara.
Kendaraan bak terbuka alias truk sudah stanby di depan toko Pantes Lasem. Kami
semua pindah ke atas truk untuk melanjutkan perjalanan unik, lucu dan tak akan
terlupakan, ke vihara Lasem naik truk, melintasi jalan kecil kampung dan
persawahan, naik turun.
Kurang
lebih pukul 18.00 WIB sampailah kami di Vihara Ratanavana Arama, desa
Sendangcoyo Lasem. Begitu rombongan sampai di halaman vihara Bhante Piyadhiro
sudah menunggu sambil senyum-senyum melihat kami antri turun dari atas bak
truk.
Selesai
mandi dan istirahat sebentar, ± pukul 19.00 WIB kami naik ke atas menuju candi
tempat makam Bhante Sudhammo, dipimpin Bhante Piyadhiro. Jalan menanjak kami
lalui dengan nafas yang ngos-ngosan karena lumayan berat.
Bhante
Sudhammo Mahathera adalah pendiri Vihara Lasem yang mulai dibangun pada 20
April 1978. Selama 20 tahun beliau tinggal di situ membangun vihara sekaligus
membina umat, sampai akhir hayatnya.
Puja
bakti di makam Bhante Sudhammo dipimpin oleh Bhante Piyadhiro, diakhiri dengan
foto bersama di situ.
Kemudian
kami turun untuk makan malam, dilanjutkan dengan acara bebas,
berbincang-bincang dengan Bhante hingga pukul 22.00 WIB. Pukul 05.00 WIB
peserta tour mulai bangun, mandi dan berkeliling vihara, untuk menikmati
pemandangan yang indah, sambil berfoto-foto. Selesai makan pagi, pukul 07.30
WIB Bhante Piyadhiro akan ke Surabaya. Kamipun bersikap-siap untuk meninggalkan
Vihara Lasem. Ibu-ibu yang berusia lanjut sebagian bisa menumpang mobil Bhante,
sedang peserta tour lainnya kembali naik kendaraan bak terbuka.
Perjalanan
kami lanjutkan menuju ke pabrik kacang “Dua Kelinci” Pati. Hampir semua peserta
tour masuk ke toko di situ untuk belanja oleh-oleh dan foto dengan patung
kelinci. Rencana semula akan makan soto Kudus dibatalkan, karena akan makan
siang di Semarang.
Pukul
12.35 WIB kami sampai di Semarang, langsung menuju ke “Shabu Auce” Jl.
Gajahmada untuk menikmati santap siang.
Pukul
15.00 WIB rombongan singgah di Jl. Pandanaran untuk membeli oleh-oleh khas
Semarang. 30 menit kemudian kami melaju ke vihara di daerah Marina.
Vihara
“Mahavira Graha” Semarang adalah Vihara Mahayana yang cukup besar dan megah,
terdiri dari 6 lantai.
Lantai 1 : Dhammasala utama
Lantai 2 : Dhammasala dengan aneka
patung dari Thailand.
Lantai 3, 4, dan 5 : Asrama
Lantai 6 : Dhammasala dengan aneka
patung Bodhisatwa.
Di
dalam vihara ini kami dilarang mengambil foto, jadi kami hanya boleh foto
diluar vihara. Tak lupa kami semua melakukan pembacaan paritta di lantai 2.
Pukul
17.30 perjalanan dilanjutkan ke Kelenteng Sam Po Kong Gedung Batu. Hampir semua
anggota rombongan berfoto di sini karena pemandangannya yang indah, sebagian
ada yang sembahyang. Pukul 18.30 WIB bis melaju untuk pulang ke Tegal.
Rombongan berhenti di Gringsing untuk makan malam terlebih dahulu. Pukul 20.30
WIB bus Panorama yang membawa kami berhenti di depan gerbang Metta Vihara
Tegal. Para peserta kembali ke rumah masing-masing. Sebuah perjalanan ritual
yang berkesan dan membawa kenangan tersendiri bagi para peserta tour.
Semoga
semua makhluk hidup berbahagia.
~ Redaksi
~
KABAR GEMBIRA
Dalam rangka menyambut
Hari Raya Waisak 2557/2013, akan diadakan:
·
PINDAPATA
Pindapata akan
diadakan pada :
Selasa, 14 Mei 2013
dan
Rabu, 15 Mei 2013, pukul 06.30 WIB
Bhikkhu akan keluar
dari Metta Vihara menuju Jl. Teri – Jl. Veteran – Jl. Gurami – Jl. Udang kembali ke
Metta Vihara.
Bagi Bapak / Ibu /
Saudara yang ingin berdana makanan
harap siap di jalan yang akan dilalui Bhante (maaf dana JANGAN berupa uang).
·
Menyambut
detik-detik Waisak
Puja bakti
detik-detik Waisak 2557 akan diadakan pada :
Hari / tanggal :
Sabtu, 25 Mei 2013
Waktu :
pk. 10.00 WIB
Tempat :
Metta Vihara Tegal
Anumodana dan terima
kasih.
SABBE
SANKHARA ANICCA
Kehidupan tidak kekal adanya, selalu berubah
penuh dengan ketidak pastian.
Yang pasti semua makhluk hidup
yang terlahir pasti mengalami kematian.
Mendiang Ibu LIE TJEN LAN
Minggu, 17 Maret 2013
Dengan kekuatan Buddha, Dhamma, dan Sangha.
Dengan bekal karma baik yang pernah dilakukan.
Semoga terlahir di alam yang penuh kebahagiaan.
KELUARGA BESAR
METTA VIHARA
Jl. Udang No. 8 ( (0283)
323570
Tegal - Jawa Tengah
Artikel
DATANG KARENA KAGUM
Oleh : Yang Mulia Bhikkhu Uttamo Thera
Kegiatan puja bhakti
adalah kegiatan yang sangat baik. Selain bisa menambah kamma baik, juga dapat
meningkatkan pengetahuan dan pengertian tentang Dhamma. Hanya saja kegiatan ini
sering disalah artikan. Dengan jadwal yang hanya seminggu sekali, ada saja yang
merasa keberatan. Kalau ditanya, alasannya: sibuk. Alasan yang klise.
Biasanya kalau orang
menjawab begitu, saya akan mengatakan dia 'sungguh luar biasa'. Lihat saja
sebagian besar pejabat negara kita. Dalam sehari mereka bisa melaksanakan
sholat lima kali. Padahal sibuknya luar biasa. Bapak Presiden kita juga
demikian. Tetap menjalankan ibadah yang sama walaupun acaranya sangat padat.
Kalau kita, umat Buddha, berpuja bhakti seminggu sekali saja sudah merasa
sibuk, berarti jadwal kita lebih padat dari seorang presiden.
Ada yang lebih parah.
"Ke vihara atau tidak, sama saja. Di vihara kita toh baca paritta, di
rumah juga kan bisa," begitu kilah mereka. Mereka ini adalah orang yang
tidak mengerti manfaat dan fungsi datang ke vihara.
Sebetulnya kita datang ke
vihara harus didasari rasa kagum. Ya, rasa kagum kepada Sang Buddha. Kita
(seharusnya) datang karena mencari Sang Buddha. Ada yang tidak datang lagi ke
vihara dengan alasan pemuda vihara cuek. Sebagai umat baru, dia merasa tidak diperhatikan.
Ada juga yang tidak mau datang karena (katanya) bhikkhunya sombong.
Kita ke vihara kan untuk
mencari Sang Buddha, bukan cari pemuda vihara atau cari bhikkhu. Kalau orang
sudah memahami hal ini, berarti ia telah merasakan manfaat ikut Agama Buddha.
Kita harus kagum karena
kita sudah mengerti ajaran-Nya, walaupun mungkin masih sedikit. Bagaimana bisa
lebih mengerti kalau tidak mau ke vihara? Membaca paritta di rumah memang
menambah kamma baik, tapi tidak menambah pengertian kita. Untuk itulah perlu ke
vihara. Di vihara kita juga bisa bertemu dengan teman-teman dan berbagi
pengalaman, baik pengalaman biasa ataupun yang berkaitannya dengan Dhamma.
Misalnya, ada yang bercerita bahwa sebelum kenal Agama Buddha dia suka
marah-marah. Tapi sekarang bisa jadi tenang. Ada juga yang bercerita kalau dulu
di sekolah dia bodoh sekali. Ujian tidak pernah lulus. Sekarang cerdas, ujian
bisa lulus terus. Soalnya sudah mengenal ajaran Sang Buddha. Berbagi pengalaman
dan kesaksian seperti ini sangatlah perlu.
NONTON
FILM
Kalau kita sering ke vihara
keyakinan akan Dhamma dapat terbangkitkan. Jika ajaran Sang Buddha
dipraktekkan, lalu terbukti maka kita akan bahagia. Satu contoh misalnya,
seorang istri tetap tenang ketika tangan suaminya putus dipotong penjahat.
Sebab sang istri sudah punya konsep Agama Buddha dan juga sering meditasi.
Dengan tenang ia memegang dan membungkus tangan suaminya. Kemudian membawanya
ke rumah sakit. Pikirnya, bila ia pingsan, juga adik dan kakaknya ikut pingsan,
siapa yang akan membawa suaminya ke rumah sakit. Darah suaminya akan terus
mengucur sehingga dapat menyebabkan kematian. Orang seperti ini kalau bercerita
di vihara akan menumbuhkan rasa kekaguman terhadap ajaran Agama Buddha.
Ibarat menonton film. Misalnya,
film seri tv. Sering gara-gara film di tv, vihara menjadi sepi. Apalagi jika
film tersebut diputar pada hari di mana diadakan puja bhakti. Banyak yang tidak
datang.
Nah, mengapa tiap hari orang
masih sempat nonton film seri tv padahal mereka sibuk? Jawabannya, karena
mereka kagum. Walaupun kadang mereka harus mengeluarkan air mata. Begitu pula
dengan Agama Buddha. Kalau sudah kagum maka pasti minimal tiap hari Minggu
orang akan datang. Orang kagum tentu ada alasannya. Apa sih alasan belajar
Agama Buddha? Karena Agama Buddha bisa dirasakan dan dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Dasar Agama Buddha adalah
kenyataan bahwa setiap saat kita selalu punya perasaan kecewa (dukkha). Agama
Buddha mengatakan hal ini bukan karena pesimis terhadap kehidupan. Bukan juga
optimis. Tapi karena Agama Buddha bersifat realistis, nyata, dan dapat
dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari. Berpisah dengan yang dicintai-entah
orang, barang, atau hal lain dan berjumpa dengan yang dibenci. Juga ketika kita
menginginkan sesuatu tetapi tidak terpenuhi. Semua itu membuat kecewa. Contoh
nyatanya, dalam puja bhakti. Saat membaca paritta, ada yang ingin cepat-cepat,
tapi kenyataannya yang lain malah pelan. Atau sebaliknya. Pula dalam
bermeditasi, ketika kaki kita kesemutan. Pasti timbul kekecewaan.
Bila kita rajin mengamati gejala
kehidupan, sebetulnya pengalaman tentang ajaran Sang Buddha selalu ada setiap
saat. Semua pasti pernah kecewa. Kita akan melihat sebenarnya sumber kekecewaan
itu adalah pikiran. Dari pikiran bisa muncul berbagai keinginan. Dari situ akan
timbul kekecewaan.
MEDITASI
DAN PIKIRAN
Dalam
Agama Buddha diajarkan bagaimana cara menyesuaikan pikiran. Kita tidak mungkin
mampu mengubah kenyataan, tapi kita bisa mengubah cara berpikir kita. Misalnya,
kita ikut ujian dan tidak lulus. Kita tidak mungkin mengubah kenyataan ini.
Tidak masuk akal dengan mengempeskan ban mobil dosen atau mengancamnya lalu
kita jadi lulus. Tapi pikiran bisa disesuaikan supaya bisa menerima kenyataan
itu. Lalu, belajar lebih giat supaya bisa lulus.
Sedikit
demi sedikit kita mencoba mengatasi keinginan yang timbul dari pikiran. Belajar
meditasi merupakan bagian dari latihan mengendalikan pikiran. Saat duduk diam
bermeditasi muncul pikiran bosan. Timbul kegelisahan dalam diri kita. Tetapi
jika sudah bisa mengendalikannya, kita akan tetap tenang. Malah timbul pikiran,
inilah kesempatan untuk mengendalikan pikiran. Tetap konsentrasi, berusaha
memusatkan perhatian pada satu obyek tertentu. Menyadari gerak pikiran. Bila
pikiran lari ke arah lain, usahakan menariknya kembali pelan-pelan ke obyek
semula. Begitu seterusnya sehingga lama-kelamaan pikiran bisa di kendalikan dan
ketenangan pun dapat diperoleh.
Dengan
rajin meditasi kita akan selalu sadar. Kita bisa melihat bahwa hidup ini tidak
kekal. Baik itu badan, pikiran, atau hal lainnya. Misalnya, seperti yang telah
disebutkan di depan, yaitu pada saat meditasi kaki kita kesemutan. Tapi
kesemutan tidak kekal, tidak berlangsung selamanya. Pasti akan hilang. Belum
dan tidak ada orang yang menjadi lumpuh karena meditasi.
Meditasi
adalah latihan. Prakteknya, dalam kehidupan sehari-hari. Sama halnya dengan
latihan karate. Karate dipakai bukan pada waktu latihan saja, tapi juga untuk
bela diri di luar latihan bila diperlukan. Soalnya kalau hanya dipakai pada
saat latihan saja, bagaimana ketika ada yang akan mengganggu. Apakah kita akan
menyuruhnya menunggu sampai waktu latihan? Tidak mungkin.
Begitu
juga dengan puja bhakti. Dalam puja bhakti yang diadakan selama satu atau dua
jam kita diajarkan untuk berbuat baik. Apakah itu berarti hanya selama puja
bhakti saja berbuat baik, sedangkan sesudahnya bisa mencuri, membunuh, atau
menipu orang? Tidak kan?
Dengan
memahami segala sesuatu adalah tidak kekal maka pikiran akan terbebas dari
kemelekatan. Kita akan selalu siap menghadapi kenyataan ketika apa yang kita
inginkan tidak terpenuhi. Setelah menyadari hal ini maka kekecewaan pun akan
hilang.
Sesungguhnya
inilah salah satu garis besar ajaran Agama Buddha. Bahwa untuk mengatasi
kekecewaan, kita harus mencari sumbernya dulu yaitu pikiran. Untuk mengatasinya
bisa dengan latihan meditasi. Kalau sudah bisa membuktikan hal ini, maka yang
muncul adalah kebahagiaan. Bukan lagi kekecewaan. Dalam diri akan timbul rasa
kagum terhadap ajaran Sang Buddha. Kita takjub dan bergumam, "Kok ada
ajaran yang bisa mengatasi kekecewaan? Hebat sekali!"
Selanjutnya
kita akan jadi lebih sering ke vihara dan sering mendengarkan serta berdiskusi
dhamma. Datang ke vihara bukan lagi untuk bertemu teman, pengurus, atau
bhikkhu, tetapi untuk mencari (ajaran) Sang Buddha. Tentunya karena didasari
oleh kekaguman kita.
Keyakinan
terhadap Dhamma itu seperti sebatang pohon. Kalau terus dipupuk dan disirami,
akan tumbuh. Sebaliknya bila tidak, bakal mati. Orang yang tidak pernah datang
ke vihara seperti pohon yang mati, karena tidak pernah disirami dengan Dhamma.
Dia juga tidak pernah dipupuk dengan diskusi Dhamma, sehingga keyakinannya
tidak kuat.
Oleh
karena itu, marilah kita bersama-sama menumbuhkan rasa yakin terhadap ajaran
Sang Buddha dan mempraktekkan Dhamma. Sebab bila melaksanakan Dhamma maka kita
akan terlindung oleh Dhamma itu sendiri.
--- oOo ---
Cerita Inspiratif
SEMUA ITU BAIK
Ini kisah persahabatan antara
seorang putra presiden, dan pemuda rakyat jelata yaitu Bono. Persahabatan sudah
terjalin sejak mereka masih kecil. Bono punya kebiasaan yang kadang
menjengkelkan. Apapun peristiwa yang terjadi di depannya selalu dianggap
positif. "Itu Baik!", katanya senantiasa.
Hari itu seperti yang sering
mereka lakukan, Bono menemani sahabatnya berburu. Tugasnya membawa senapan dan
mengisi peluru agar selalu siap digunakan. Entah kenapa, mungkin belum terkunci
sempurna, setelah diserahkan kepada sahabatnya, senapan itu meletus.
Akibatnya cukup fatal. Ibu jari
putra presiden terkena terjangan peluru dan putus. Melihat itu tanpa sadar
dengan kalemnya Bono berkomentar.
"Itu Baik!" Kontan
sahabatnya naik pitam.
"Bagaimana kau ini!
Jempolku putus tertembak, malah dibilang BAIK!!!”
Kali ini kelakuan Bono tak
termaafkan. Ia dijebloskan ke penjara.
Suatu saat sang putra presiden
pergi berburu ke Afrika. Sayangnya, ia tersesat di hutan lebat dan ditangkap
suku primitif kanibal. Malam harinya, dalam keadaan terikat ia akan dibakar
untuk disantap ramai-ramai.
Anehnya, mendadak ia dibebaskan.
Ternyata suku tersebut pantang memangsa makhluk yang organ tubuhnya tidak
lengkap.
Nasib baik itu membuat sang
putra presiden termenung. Ia teringat peristiwa ketika jempolnya putus
tertembak karena ulah Bono. la kemudian menemui Bono di penjara.
"Ternyata kau benar. Ada
baiknya jempolku tertembak," katanya sambil menceritakan peristiwa yang
dialaminya di Afrika.
"Aku menyesal telah
memenjarakanmu."
"Oh, tidak! Bagiku, ini
Baik!"
"Bagaimana kau ini? Di
penjara tapi kau bilang baik?"
"Kalau aku tidak di
penjara, pasti saat itu aku bersamamu berburu ke Afrika. Aku pasti dimangsa
mereka!"
Dari
balik sebuah peristiwa yang terjadi, kita selalu bisa memandangnya dari dua
sisi. Ketika melihatnya sebagai sisi positif, maka hidup menjadi lebih indah.
“Sabbe satta bhavantu
sukhitatta”
Semoga bermanfaat bagi kita
semua _/\_
--- oOo ---
Rasa Takut dan Rasa Sakit
BEBAS
DARI RASA TAKUT
|
Jika rasa
bersalah itu seperti memandang tembok bata masa lalu kita dan hanya melihat dua
bata jelek saja, maka ketakutan adalah menerawang tembok bata masa depan kita
dan hanya melihat apa yang bisa salah. Saat kita dibutakan oleh rasa takut,
kita tak dapat melihat adanya kemungkinan bahwa bagian tembok lainnya bisa saja
merupakan tembok yang sempurna. Rasa takut, karena itu, diatasi dengan melihat
keseluruhan tembok, seperti pada kisah berikut yang terjadi di Singapura
baru-baru ini.
Rangkaian
empat ceramah saya telah diatur sejak beberapa bulan sebelumnya, sebuah
auditorium besar dan mahal berkapasitas 2.500 tempat duduk yang terletak di
pusat kota Singapura telah dipesan jauh-jauh hari, dan poster-poster telah
dipajang di halte bis. Lalu datanglah wabah SARS (Severe Acute Respiratory
Syndrome). Ketika saya tiba di Singapura, semua sekolah telah ditutup,
apartemen dikarantina, dan pemerintah menganjurkan seluruh warga untuk menghindari
pertemuan-pertemuan umum. Rasa takut melanda luas pada waktu itu. Saya ditanya,
"Apa kita batal saja?"
Pada pagi itu
juga, halaman depan surat kabar memberi peringatan dengan angka yang tercetak
besar dan tebal bahwa ada 99 orang Singapura yang telah terjangkit SARS. Saya
bertanya berapa jumlah penduduk Singapura pada saat itu.
Ternyata
mendekati 4 juta jiwa. "Jadi," saya menyimpulkan, "itu berarti
ada 3.999.901 orang Singapura yang tak terjangkit SARS. Ayo kita jalan
terus."
"Tetapi
bagaimana jika seseorang lalu terjangkit SARS?" si rasa takut berbisik.
"Tetapi bagaimana jika ternyata tidak?" kata si
bijak. Dan si bijak didampingi oleh si kemungkinan.
Jadi acara
ceramah itu jalan terus. Seribu lima ratus orang datang pada malam pertama dan
jumlahnya terus meningkat hingga penuh sesak pada malam terakhir. Seluruhnya
ada sekitar 8.000 orang yang datang ke rangkaian ceramah itu. Mereka belajar
untuk melawan ketakutan yang tak masuk akal, dan itu akan memperkuat nyali
mereka pada masa yang akan datang. Mereka menikmati ceramah itu dan pulang
dengan bahagia, itu berarti sistem kekebalan tubuh mereka telah ditingkatkan.
Dan seperti yang saya tekankan pada akhir setiap ceramah, karena mereka tertawa
gara-gara cerita-cerita lucu saya, mereka telah melatih paru-paru mereka dan
hal itu memperkuat sistem pernapasan mereka! Tentu saja, tak seorang pun dari
para hadirin yang terjangkit SARS.
Masa depan
penuh dengan kemungkinan yang tak terbatas. Ketika kita terfokus pada
kemungkinan yang tak menguntungkan, itulah yang disebut ketakutan. Bila kita
berfokus pada kemungkinan sebaliknya, yang biasanya lebih disukai, itulah yang
disebut bebas dari rasa takut.
--- oOo ---
SEGENGGAM DAUN BODHI
KUMPULAN
TULISAN
BHIKKHU
DHAMMAVUDDHO MAHA THERA
HANYA KITALAH YANG DAPAT MENOLONG DIRI KITA SENDIRI
4. BAHAYA, KEBODOHAN DAN
KEBURUKAN DARI KESENANGAN DUNIAWI
Bahaya
Bahaya
dari kesenangan duniawi adalah membawa pada nafsu keinginan yang lebih dan
lebih lagi. Ketika api nafsu seseorang membara, keinginan bahkan meningkat
lebih drastis daripada berkurang. Kesenangan duniawi juga tidak abadi tetapi
akan berakhir suatu hari nanti ketika timbunan, kebajikan seseorang telah
habis.
Kebodohan
Kebodohan
atau kesia-siaan dari kesenangan duniawi adalah nafsu yang tidak pernah
terpuaskan. Makhluk hidup yang terbenam dalam kesenangan duniawi
hanya memiliki satu sisi pandangan dari kehidupan yaitu hanya yang menyenangkan
saja. Dengan tidak menyadari akan adanya alam kelahiran kembali yang
menyedihkan yang menanti mereka, mereka tidak melihat kemendesakan untuk
mengembangkan kebajikan, dengan melakukan perbuatan bajik dan menghindari
kejahatan atau berusaha membebaskan diri dari lingkaran kelahiran kembali,
sebaliknya mereka terus menghabiskan kebajikan yang telah mereka tanam. Suatu
hari nanti ketika kebajikan mereka telah habis, mereka akan jatuh dari alam
surga menuju alam keberadaan yang lebih rendah.
Keburukan
Perumpamaan
penyakit leper. Keburukan dari kesenangan duniawi adalah merupakan sebuah 'penyakit'.
Buddha memberikan perumpamaan yang jelas tentang makhluk hidup yang menderita
penyakit leper. Luka di tubuhnya sangat gatal sehingga dia harus menggaruk
sampai tubuhnya berdarah, terinfeksi dan membusuk. Tetapi ini saja belum cukup.
Dia harus mencari beberapa bara api yang digunakannya untuk membakar lukanya.
Barulah kemudian dia menemukan kelegaan. Tetapi semakin dia menggaruk dan
membakar lukanya, semakin berdarah, terinfeksi dan membusuk jadinya, masih saja
dia terus melakukannya karena dia mendapatkan kepuasan dalam ukuran tertentu. Garukan
dan pembakaran seperti itu pada orang yang sehat hanya akan mengakibatkan
kesakitan dan penderitaan yang besar. Sedangkan penderita leper hanya
mengenalinya sebagai kesenangan saja.
Nafsu Keinginan mengakibatkan rasa sakit dan penderitaan. Makhluk
hidup sama seperti leper, kata Buddha. Mereka diserang dengan penyakit
nafsu akan kesenangan duniawi, terbakar dengan bara kesenangan duniawi, dan
mencari kepuasan. Tetapi semakin banyak mereka terbenam dalam kesenangan
duniawi, mereka akan semakin berpenyakit. Api nafsu mereka menjadi lebih besar
bukannya mereda. Jadi mereka akan terus terbakar oleh api nafsu keinginan, tanpa
mengenali sakit dan penderitaan yang mereka jalani.
Dan
karena menginginkan untuk memuaskan nafsu mereka, makhluk hidup cenderung menjadi
budak dan bekerja keras mendapatinya. Kadang-kadang dalam proses tersebut
mereka harus menjalani kesukaran besar, menghadapi dingin dan panas, angin dan
hujan, nyamuk dan serangga, dan bahkan bahaya. Jika pekerjaannya tidak
membuahkan hasil seperti panennya rusak oleh cuaca yang tak bagus, dia akan
bersedih hati dan berduka. Jika rumah dan harta bendanya dirusak oleh api,
banjir, atau bahkan kemalingan, dia akan bersedih hati dan berduka.
Dibakar
oleh nafsu, sesama manusia bertengkar, berkelahi dan pembunuhan muncul; bahkan
bangsa berperang mengakibatkan pembunuhan massal yang tidak berguna. Dan karena
nafsu, makhluk hidup menjadi perampok, pemerkosa, dan lain-lain, dan menerima
hukuman sesuai hukum. Karena kelakuan salah seperti itu, mereka menderita lagi
setelah meninggal dengan memperoleh kelahiran kembali di alam yang menderita.
Kesakitan dan penderitaan seperti itulah yang mereka jalani.
Tidak
ada jaminan, bahkan bagi makhluk-makhluk alam surga sekalipun. Untuk
makhluk-makhluk yang 'berada di alam surga lingkup indera, walaupun kehidupan
mereka nampaknya lebih lama dari kita, mereka berpikir itu pendek ketika akhir
kehidupan datang karena mereka belum cukup menikmatinya. Mereka mengetahui
ketika kematian sudah dekat dengan adanya tanda-tanda tertentu, seperti
keringat yang keluar dari ketiak mereka, kecemerlangan mereka memudar, dan
lain-lain, mereka menjadi sangat khawatir dan gelisah. Kematian mereka biasanya
disebabkan oleh habisnya jasa kebajikan atau matangnya kamma buruk yang
berat. Tetapi kadang-kadang juga dapat dikarenakan lupa makan, terlalu terbenam
dalam kesenangan sensual, atau marah yang luar biasa. Kebanyakan dari
makhluk-makhluk ini meninggal dengan tidak puas, dengan ambisi yang tidak
terpenuhi. Lalu mereka akan terlahir kembali di alam keberadaan yang lebih
rendah.
Penderitaan yang tidak dapat dikatakan, kehidupan demi kehidupan. Ketika
seseorang terjatuh dari alam surga, pada umumnya memerlukan waktu yang sangat
panjang sebelum dia bisa terlahir di alam surga lagi. Ini karena nafsu yang
sangat besar dari makhluk hidup yang secara alami membuat mereka melakukan
kejahatan. Sehingga mereka terus berputar di dalam lingkaran kehidupan,
biasanya di alam lingkup indera, dan khususnya di alam sengsara. Penderitaan
yang tak terkatakan dialami kehidupan demi kehidupan. Sedikit manusia dan makhluk
surgawi setelah meninggal akan terlahir di alam manusia atau alam surga,
kebanyakan akan terjatuh di alam sengsara. Sedikit makhluk di alam sengsara
akan terlahir di alam manusia dan alam surga, kebanyakan akan terlahir kembali
di alam sengsara.
--- oOo
---
SEGENGGAM
DAUN BODHI
Penerjemah
:
Rety
Chang Ekavatti, S. Kom, BBA
Yuliana
Lie Pannasiri, MBA
Penyunting
:
Nana
Suriya Johnny, SE
Andromeda
Nauli, Ph.D
Kitab Suci Agama Buddha bagian
dari
Khuddaka Nikaya, Sutta Pitaka
Judul asli : The Sutta-Nipata
Translated from The Pali by H.
Saddatissa
5. CUNDA SUTTA
Cunda Si Pandai Besi
Sang Buddha menjelaskan empat jenis bhikkhu
1 Cunda : Saya bertanya
kepada pertapa Buddha, yang memiliki
kebijaksanaan tinggi, Sang Raja Dhamma, yang terbebas dari keserakahan, yang
paling mulia di antara manusia, yang paling mulia di antara para pembimbing.
Ada berapa macam bhikkhu di dunia ini? Mohon dijelaskan. (83)
2 Sang Buddha: Cunda, ada
empat macam bhikkhu, tidak ada yang kelima. Akan kujelaskan kepadamu karena
kamu menanyakannya: (i) Yang pertama, bhikkhu yang telah memenangkan Sang
Jalan, (ii) bhikkhu yang menguraikan Sang Jalan secara rinci, (iii) bhikkhu
yang hidup pada Sang Jalan, dan (iv) bhikkhu yang mengotori Sang Jalan. (84)
3 Cunda: Siapakah yang Sang
Buddha maksudkan sebagai bhikkhu yang telah memenangkan Sang Jalan?
Bagaimanakah bhikkhu yang menguraikan Sang Jalan secara rinci menjadi tak ada
bandingnya? Terangkanlah tentang bhikkhu yang hidup pada Sang Jalan, dan
kemudian jelaskanlah tentang bhikkhu yang mengotori Sang Jalan. (85)
4 Sang Buddha: Bhikkhu yang
telah mengatasi keraguan, telah terbebas dari penderitaan, bergembira di dalam
Nibbana, tidak melekat, pembimbing manusia dan dewa, orang semacam itu
dikatakan oleh para Buddha sebagai orang yang telah memenangkan Sang Jalan. (86)
5 Di
sini, bhikkhu ini mengetahui Nibbana sebagai (keadaan) yang termulia dan
menguraikan serta menjelaskan Dhamma secara rinci; pertapa yang telah
menghancurkan keraguan ini tidak lagi memiliki nafsu keinginan. Inilah jenis
kedua, yang disebut bhikkhu yang menguraikan Sang Jalan secara rinci. (87)
6 Bhikkhu yang telah mengendalikan dirinya dengan penuh perhatian
dan kewaspadaan, yang hidup dengan baik pada Sang Jalan sesuai dengan kata-kata
Dhamma yang telah diuraikan dengan baik; yang mempraktekkan prinsip-prinsip
yang benar. Inilah jenis ketiga, yang disebut bhikkhu yang hidup pada Sang
Jalan. (88)
7 Bhikkhu yang menyamar
dengan mengenakan jubah bagi orang-orang yang berperilaku baik, bhikkhu yang
bepergian demi keuntungan, yang mempermalukan keluarga, yang kurang ajar, penuh
tipu muslihat, yang tidak terkendali, seorang penggosip yang suka membicarakan
hal-hal tak berguna, yang berpura-pura sebagai bhikkhu sejati. Inilah jenis
keempat yang disebut bhikkhu yang mengotori Sang Jalan. (89)
8 Setelah memahami keempatnya demikian itu,
dia yang berpengetahuan, perumah tangga yang merupakan murid yang bijak dan
suci, yang telah memahami bahwa 'keempatnya itu tidak sama', dan setelah
melihat hal itu keyakinannya tidak akan berkurang. Bagaimana mungkin yang
tercemar dan yang tidak tercemar, yang murni dan yang tidak murni, dapat
dianggap setara? (90)
Setitik Cahaya
di Balik Kabut
Agama Buddha,
Paling Kejam?
Pandita R. Surya Widya
Tuesday,
November 10, 2009 at 5:47 am
Sekitar 20 tahun yang lalu, ada
seorang teman yang non Buddhis, seorang psikiater, setelah membaca banyak buku
Buddhis yang saya pinjamkan lalu berkomentar : "Menurut saya agama Buddha
itu paling kejam di dunia! Karena sama sekali tidak ada pengampunan bagi
umatnya yang berdosa."
Mungkin teman saya itu betul
juga, karena dalam agama Buddha memang tidak ada juru selamat yang menjanjikan
pengampunan atau keselamatan bagi yang percaya kepadanya. Tidak ada pertobatan
yang membuat seseorang terbebas dari karma buruk yang akan menimpa dirinya.
Yang juga perlu diperhatikan
adalah bahwa dalam agama Buddha tidak ada larangan, yang mengancam si pelanggar
pasti masuk neraka setelah hari kiamat. Yang ada hanyalah latihan untuk tidak
melanggar sila, kalau gagal ya bertekad lagi untuk tidak melanggar.
Justru karena tidak ada
pengampunan, maka setiap umat Buddha seharusnya sangat berhati-hati dalam
berpikir, berbicara dan berbuat; agar tidak melakukan kesalahan yang kelak akan
mengakibatkan penderitaan bagi diri sendiri.
Hukum kamma atau hukum karma
adalah hukum alam yang paling adil, seadil-adilnya. Hukum yang mengatur pelaku
perbuatan dan akibatnya, jangan berpikir bisa mengelak dari bekerjanya hukum
ini, percuma, karena tidak bisa disuap.
Agama
Buddha bukan agama yang paling kejam, tetapi agama yang paling jujur dan
terbuka, yang mengajarkan semua rahasia kehidupan kepada umatnya.
--- oOo
---
100 TANYA JAWAB DENGAN BHIKKHU UTTAMO
Dari : Nata, Bogor
Namo Buddhaya,
Bhante, dalam kesempatan ini saya ingin menanyakan tentang arti dan
perbedaan kata "Buddha" dengan "Arahat".
Semoga dengan penjelasan yang diberikan oleh Bhante tentang hal ini
dapat memberi saya pengertian yang benar.
Terimakasih.
Jawaban:
Istilah 'Buddha' mempunyai tiga pengertian pokok yaitu:
1.
Sammasambuddha adalah ARAHATTA yang istimewa karena Beliau berjuang sendiri
sehingga mencapai kesucian. Beliau juga dapat mengajarkan Dhamma kepada manusia
sehingga mencapai tingkat kesucian yang sama dengan diriNya. Sebagai contoh
Sammasambuddha atau arahatta istimewa ini adalah Sang Buddha Gotama
2. Savaka Buddha adalah ARAHATTA yang mencapai
kesucian karena mendengar dan belajar Dhamma dari seorang Sammasambuddha. Salah
satu contoh arahatta ini adalah Yang Mulia Sariputta.
3. Pacceka Buddha adalah ARAHATTA yang mencapai
kesucian dengan perjuangan sendiri namun tidak dapat mengajarkan Dhamma kepada
siapapun juga.
Dari ketiga jenis Buddha yang telah disampaikan di atas, tampaklah
bahwa pengertian istilah 'Buddha' sama dengan 'Arahatta' yaitu orang yang telah
mencapai kesucian dengan membebaskan diri dari ketamakan, kebencian serta
kegelapan batin.
Semoga keterangan ini dapat menumbuhkan pengertian benar seperti yang
diharapkan.
Semoga demikianlah adanya.
--- oOo
---
|
|||
JADWAL
SPD METTA VIHARA TEGAL
24
April 2013 s.d. 24 Mei 2013, jam 19.30 WIB – 21.30 WIB
|
|||
No
|
Hari & Tanggal
|
Acara
|
Pembicara
|
1
|
Rabu, 24 April 2013
|
Puja Bakti & Meditasi
|
-
|
2
|
Kamis - Jumat,
25 - 26 April 2013
|
Dhamma Class
|
B. Hemadhammo
|
3
|
Sabtu, 27 April 2013
|
Dhamma Class
|
Pandita Dharmanadi Chandra
|
4
|
Minggu, 28 April 2013
|
Dhamma Class
|
Pandita Dharma. K. Widya
|
5
|
Senin – Selasa,
29 – 30 April 2013
|
Dhamma Class
|
B. Khemaviro
|
6
|
Rabu, 1 Mei 2013
|
Puja Bakti & Meditasi
|
-
|
7
|
Kamis, 2 Mei 2013
|
Puja Bakti & Meditasi
|
-
|
8
|
Jumat, 3 Mei 2013
|
Puja Bakti & Meditasi
|
-
|
9
|
Sabtu, 4 Mei 2013
|
Dhamma Class
|
Pandita Mettadewi
|
10
|
Minggu – Senin, 5 – 6 Mei 2013
|
Dhamma Class
|
B. Thitaviryo
|
11
|
Selasa – Rabu, 7 – 8 Mei 2013
|
Dhamma Class
|
B. Silanando
|
12
|
Kamis, 9 Mei 2013
|
Dhamma Class
|
B. Chandakaro
|
13
|
Jumat, 10 Mei 2013
|
Puja Bakti & Meditasi
|
-
|
14
|
Sabtu, 11 Mei 2013
|
Puja Bakti & Meditasi
|
-
|
15
|
Minggu, 12 Mei 2013
|
Puja Bakti & Meditasi
|
-
|
16
|
Senin, 13 Mei 2013
|
Dhamma Class
|
B. Sadhaviro
|
17
|
Selasa, 14 Mei 2013
|
Dhamma Class
|
B. Piyadhiro
|
18
|
Rabu, 15 Mei 2013
|
Puja Bakti & Meditasi
|
-
|
19
|
Kamis, 16 Mei 2013
|
Puja Bakti & Meditasi
|
-
|
20
|
Jumat, Sabtu, Minggu
17, 18, 19 Mei 2013
|
Dhamma Class
|
PMd. Rikwan Mettacaro
|
21
|
Senin, 20 Mei 2013
|
Dhamma Class
|
B. Cattamano
|
22
|
Selasa, 21 Mei 2013
|
Puja Bakti & Meditasi
|
-
|
23
|
Rabu, 22 Mei 2013
|
Puja Bakti & Meditasi
|
-
|
25
|
Kamis, 23 Mei 2013
|
Puja Bakti & Meditasi
|
-
|
25
|
Jumat, 24 Mei 2013
|
Puja Bakti & Meditasi
|
-
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar