Jumat, 23 Agustus 2013

BRIVI JANUARI 2012

Tegal, 24 Januari 2012                                                                                           
No : 53 Tahun Keenam



Penasehat                   :   Ketua Yayasan Metta Jaya
Penanggung Jawab       :   Ketua Dayakasabha Metta Vihara Tegal
Pimpinan Redaksi         :   Ibu Tjutisari
Redaksi Pelaksana       :   1.   Ibu Pranoto               4.   Liliyani
                                      2.   Suriya Dhammo         5.   Metta Kurniyawati
                                      3.   Ade Kristanto             6.   Wasino
Alamat Redaksi            :   Metta Vihara
                                      Jl. Udang No. 8 Tegal Telp. (0283) 323570


DHAMMAPADA ATTAKHATA
Bab I - Syair-Syair Kembar
Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya.
     
Kisah Cakhupala Thera

Suatu hari, Cakkhupala Thera berkunjung ke Vihara Jetavana untuk melakukan penghormatan kepada Sang Buddha. Malamnya, saat melakukan meditasi jalan kaki, sang thera tanpa sengaja menginjak banyak serangga sehingga mati. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali serombongan bhikkhu yang mendengar kedatangan sang thera bermaksud mengunjunginya. Di tengah jalan, di dekat tempat sang thera menginap mereka melihat banyak serangga yang mati.
"liih, mengapa banyak serangga yang mati di sini?" seru seorang bhikkhu. "Aah, jangan jangan ...", celetuk yang lain. "Jangan-jangan apa?" sergah beberapa bhikkhu. "Jangan-jangan ini perbuatan sang thera!" jawabnya. "Kok bisa begitu?" tanya yang lain lagi. "Begini, sebelum sang thera ber-diam disini, tak ada kejadian seperti ini. Mungkin sang thera terganggu oleh serangga-serangga itu. Karena jengkelnya ia membunuhinya."

"Itu berarti ia melanggar vinaya, maka perlu kita laporkan kepada Sang Buddha!" seru beberapa bhikkhu. "Benar, mari kita laporkan kepada Sang Buddha, bahwa Cakkhupala Thera telah melanggar vinaya", timpal sebagian besar dari bikkhu tersebut.
Alih-alih dari mengunjungi sang thera, para bhikkhu itu berubah haluan, berbondong-bondong menghadap Sang Bud­dha untuk melaporkan temuan mereka, bahwa 'Cakkhupala Thera telah melanggar vinaya!'.
Mendengar laporan para bhikkhu, Sang Buddha bertanya, "Para bhante, apakah kalian telah melihat sendiri pembunuhan itu?"
"Tidak bhante", jawab mereka serempak.
Sang Buddha kemudian menjawab. "Kalian tidak melihatnya, demikian pula Cakkhupala Thera juga tidak melihat serangga-serangga itu. karena matanya buta. Selain itu Cakkhupala Thera telah mencapai kesucian arahat. la telah tidak mempunyai kehendak untuk membunuh."
"Bagaimana seorang yang telah mencapai arahat tetapi matanya buta?" tanya beberapa bhikkhu.
Maka Sang Buddha menceritakan kisah di bawah:
Pada kehidupan lampau. Cakkhupala pernah terlahir sebagai seorang tabib yang handal. Suatu ketika datang se­orang wanita miskin. "Tuan, tolong sembuhkanlah penyakit mata saya ini. Karena miskin, saya tak bisa membayar pertolongan tuan dengan uang. Tetapi. apabila sembuh, saya berjanji dengan anak-anak saya akan menjadi pembantu tuan", pinta wanita itu. Permintaan itu disanggupi oleh sang tabib.
Perlahan-lahan penyakit mata yang parah itu mulai sem­buh. Sebaliknya, wanita itu menjadi ketakutan, apabila pe­nyakit matanya sembuh, ia dan anak-anaknya akan terikat menjadi pembantu tabib itu. Dengan marah-marah ia berbohong kepada sang tabib, bahwa sakit matanya bukannya sem­buh, malahan bertambah parah.
Setelah diperiksa dengan cermat, sang tabib tahu bahwa wanita miskin itu telah berbohong kepadanya. Tabib itu men­jadi tersinggung dan marah, tetapi tidak diperlihatkan kepa­da wanita itu. "Oh, kalau begitu akan kuganti obatmu", demikian jawabnya. "Nantikan pembalasanku!" serunya dalam hati. Benar, akhirnya wanita itu menjadi buta total kare­na pembalasan sang tabib.
Sebagai akibat dari perbuatan jahatnya, tabib itu telah kehilangan penglihatannya pada banyak kehidupan selanjutnya.
Mengakhiri cerita Sang Buddha membabarkan syair kembar :
Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya.
Pada saat khotbah Dhamma itu berakhir, di antara para bhikkhu yang hadir ada yang terbuka mata batinnya dan men­capai tingkat kesucian arahat dengan mempunyai kemampuan batin analitis 'Pandangan Terang' (pati-sambhida).
Undangan

Mengharap kehadiran Bapak/Ibu/Saudara dalam Puja Bakti Maghapuja 2555, yang akan diselenggarakan pada :

Hari / tanggal        :   Minggu, 12 Februari 2012
Waktu                   :   Jam 09.00 WIB - selesai
Tempat                 :   Metta Vihara
                                Jl. Udang 8 Tegal
Dhammadesana    :   YM Bhikkhu DR. JOTIDHAMMO Mahathera

Atas perhatian dan kehadiran Bapak / Ibu / Saudara kami ucapkan Anumodana dan terima kasih.

                                                                    Metta Cittena,
                                                      Dayakasabha Metta Vihara Tegal
                                                          ttd                                ttd
                                                 LIE ING BENG            SURIYADHAMMO
                                                        Ketua                         Sekretaris
 
 














SEKAPUR SIRIH

Namo Buddhaya,
Tak terasa waktu demikian cepat berlalu, sejak diluncurkan Buletin Brivi pertama pada 24 Agustus 2007, kini Brivi telah memasuki tahun keenam. Semua ini tidak lepas dari peran serta Bapak / Ibu Virajayo Johnny Wijaya.
Keluarga besar Metta Vihara sangat berterima kasih atas pengabdian Bapak Virajayo Johnny Wijaya yang telah memimpin Metta Vihara selama dua periode. Semoga karma baik berbuah dalam bentuk kebahagiaan.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan Selamat Tahun Baru 1 Januari 2012 dan Selamat Tahun Baru Imlek 23 Januari 2012.
Edisi Januari 2012, Brivi tampil agak berbeda, ditangani oleh tim pelaksana baru yang telah dibentuk oleh Ketua Dayakasabha Metta Vihara periode 1 Januari 2012 - 31 Desember 2013.
Akhir kata semoga Buletin Brivi ini dapat menjadi ajang komunikasi dan persaudaraan sesuai dengan semboyan Brivi.
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Sadhu Sadhu Sadhu.


Metta Cittena
Redaksi




 




 






















Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia
 



























Semoga Semua Makhluk Hidup Berbahagia

SUSUNAN PENGURUS / DAYAKASABHA
METTA VIHARA TEGAL
PERIODE 1 JANUARI 2012 - 31 DESEMBER 2013

Penasehat                     :
Ketua                            :
Wakil Ketua                   :
Sekretaris                      :

Bendahara                     :

Seksi Dhamma              :




Seksi Wanita                  :

Seksi Pemuda                :
Seksi Sosial                    :



Seksi Rumah Tangga     :


Seksi Pemeliharaan        :
Seksi Kendaraan            :

Seksi Usaha                   :
Seksi Kesenian & OR      :
Seksi Humas                  :
Bpk. Virajayo Johnny Wijaya
Bpk. Lie Ing Beng
Ibu Tjutisari
Bpk. Suriyadhammo
Sdri. Liliyani
Ibu Pranoto
Ibu Tusita Wijaya
Ibu Lay Nyuk Mie
Ibu Endang Susilowati
Bpk. Yanto
Bpk. Budi (Tjoe Tjai Kwang)
Ibu Tan Swie Ie
Ibu Liem Tjioe In
Ibu The Sin Liang
Sdri. Chen Hua Lin
Bpk. Tjoa Thay Soen
Ibu Oey Sian Giok
Ibu Lili Suryani
Ibu Liem Tjie Kwie
Ibu Yoe Djiet Liang
Ibu Oey Bin Nio
Ibu Liem Gwat le
Bpk. Unang Gautama (Oen Thay Fuk)
Bpk. Liem Ghay Kiong
Bpk. Tjia Kiem Liong
Ibu Ang Siu Lan
Bpk. Tan Siauw Liong
Bpk. Hadi Pramana
Pelantikan Dirjen Bimas Buddha

Pada bulan Agustus telah terjadi momentum yang luar biasa bagi umat Buddha di seluruh tanah air. Pertama adalah HUT ke-66 RI, saat yang luar biasa yang memiliki kebanggaan sebagai sebuah bangsa dan negara. Kedua adalah pelantikan Dirjen Bimas Buddha yang baru yaitu Bapak A. Joko Wuryanto yang menggantikan Bapak Budi Setiawan. Peristiwa bersejarah ini menjadi tonggak kemajuan agama Buddha di lingkungan pemerintahan. Sukses bagi Bapak A. Joko Wuryanto dan terimakasih banyak bagi Bapak Budi Setiawan yang telah berjuang untuk kemajuan agama Buddha di lingkungan birokrasi.

Pisah - Sambut Direktur Jenderal Bimas Buddha
Bekasi, 07 September 2011. Keharuan dan kebahagiaan bercampur dan membahana di Hotel Horison, (hotel yang cukup megah di Kota Bekasi), tatkala menjadi saksi acara Pisah - Sambut Direktur Jenderal Bimas Buddha dari Bapak Irjen Pol. Drs. Budi Setiawan, M.Sc., kepada Bapak Drs. A. Joko Wuryanto, S.Sos.,S.Ag.,M.Si., M.Pd. PP MAGABUDHI menjadi salah satu lembaga keagamaan Buddha yang hadir dalam acara itu, yang diwakili oleh Pdt. Soewarto Widji Lestari, BA., PMy. Suwarto Atjing, PMy. Suyanto S.Pd dan Upc. Andriyanto, S.Ag.. Pada saat itu hadir pula (atas undangan pribadi) yaitu: M.P. Sasanadhaja Dr. R. Surya Widya, SpKJ, dan M.P. T. Harmanto.
Tepat pukul 19.00 WIB, acara itu dimulai dengan makan malam yang telah disediakan dan dilanjutkan dengan acara inti yaitu Pisah - Sambut Direktur Jenderal Bimas Buddha. Pertama Bapak Irjen Pol. Drs. Budi Setiawan, M.Sc., memberikan kata perpisahan kepada segenap hadirin yang terdiri dari para pejabat teras Dirjen Bimas Buddha - Kementerian Agama RI, rohaniwan (para Bhikkhu, Bhiksu/Bhiksuni), para perwakilan dari majelis-majelis dan para pembimas dari seluruh Indonesia. Tak pelak lagi rasa haru, bangga dan simpati terpancar dari wajah segenap yang hadir memadati ruangan ketika mendengar sambutan beliau. Selanjutnya giliran Bapak Drs. A. Joko Wuryanto, S.Sos.,S.Ag.,M.Si., M.Pd., memberikan sambutan selaku Direktur Jenderal Bimas Buddha yang baru. Dalam kesempatan itu beliau memohonkan dukungan, dorongan untuk mengemban tugas berat sebagai ujung tombak agama Buddha di tingkat pemerintah, dan bahkan 'teguran langsung' apabila beliau melakukan 'kekeliruan.
Suasana menjadi lebih hangat dan meriah ketika Y.M. Bhikkhu Dhammasubho Mahathera memberikan kesan dan pesan. Yang Mulia menuturkan bahwa kesan terdalam beliau rasakan ketika tulisan beliau yang diberikan kepada Bapak Irjen Po . Drs Budi Setiawan, M.Sc., temyata kemudian dibacakan dalam sambutan Waisak tahun 1998 oleh Bapak Presiden RI, Habibie. Tak lupa Beliau juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Irjen Pol. Drs. Budi Setiawan, M.Sc., atas jasa dan pengabdian beliau mengembangkan Buddha Dhamma selama beliau menjabat sebagai Dirjen. Akhimya beliau memberikan pesan kepada Dirjen yang baru agar dapat melanjutkan tugas mulia mengembangkan agama Buddha di masa yang akan datang Bhante juga mengatakan agar orang miskin jangan melawan orang kaya, orang kaya jangan melawan penguasa dan penguasa atau pemerintah janganlah merusak negara! Alam semesta harus dijaga jika kita ingin baik dan terutama pemerintah haruslah memiliki Hiri dan Ottappa, demikianlah pesan dari Y.M. Bhikkhu Dhammasubho Mahathera yang patut kita renungkan.
Acara yang cukup meriah itu diakhiri dengan pemotongan kue ulang tahun oleh Bapak Irjen Pol. Drs. Budi Setiawan, M.Sc., yang (tepat) pada hari itu genap berusia 62 tahun. Selanjutnya kami semua diberi kesempatan guna menyampaikan ucapan selamat kepada mereka.

Sumber :
Buletin Magabudhi
01/XII/2011 Desember 2011



DANA
Telah terima dana dari :
1.     Ibu Thio Hong                       
2.     Ibu Tjutisari                           
3.     Ibu Puspa Minarti                  
4.     Ibu Ang Siu Lan                     
5.     Ibu Sin Hwa                           
6.     Bp/Ibu Lie Ing Beng              
7.     Bp/Ibu Tan Ing Hwie             
8.     Ibu Lay Siu Fen                     
9.     Ibu Tan Swie Tin                   
10.   Ibu Pranoto                           
11.   Bp/Ibu Hadi Pramana
12.   Bp/Ibu Suriya Dhammo
13.   Ibu Desy Velani
14.   Ibu Tan Kwie Hong
15.   Ibu Liem Gwat Lian
16.   Bp Tan Siauw Liong
17.   Ibu Dithima
18.   Sdr Nanda Ariawan
19.   Ibu Yo Kwie Hwa
20.   Ibu Lili Suryani

Semoga kebajikan yang telah dilakukan Bapak / Ibu / Saudara berbuah dalam bentuk sehat, sukses, banyak rejeki, dan berbahagia bersama keluarga.


PROFIL

Violla Wu, antara Vihara, Klenteng dan Selebritis

Dia memilih entertainment, termasuk film dan rekaman. Baginya, menjadi seorang selebritis bukan tanpa risiko. Kendatipun demikian, tekadnya sudah bulat tetap mau menggeluti entertainment. Violla Wu, kelahiran Seoul, 25 Juli 1993 berwajah oriental Chinese. Dia memeluk agama Buddha, namun belum mendalami Buddhadharnma. "Saya beragama Buddha, dan memang sejak kecil sudah bercita-cita menjadi selebritis. Walaupun sempat bikin album rohani Kristen tahun 2009, tapi saya tidak mengubah keyakinan saya. Saya bekerja profesional saja," Violla mengatakan kepada Redaksi saat ditemui di salah satu apartemen Kemayoran Jakarta Pusat.
Lajang yang menguasai tiga bahasa asing, yaitu Inggris, Korea, Mandarin sudah membintangi beberapa sinetron produksi MD Entertainment. Ketika produsen menawarkan main film, ia sempat berkonsultasi dulu dengan kedua orangtuanya. Waktu itu, ia masih menetap di Surabaya. Lalu setelah keputusannya bulat, ia pun terpaksa pindah dari Surabaya ke Jakarta. "Saya akhirnya sekolah di Jakarta, supaya bisa membagi waktu antara shooting dengan sekolah".
Karena merasa masih belum stabil, Violla tetap didampingi Mamanya di Jakarta. Mamanya juga yang mengatur jadwal, segala keperluan untuk beraktivitas, termasuk shooting film. Setiap kali ke Jakarta, ia beserta orangtua dan saudara sepupunya selalu meluangkan waktu sembahyang di klenteng Jindeyuan (lebih dikenal dengan Cin tek yen) Petak Sembilan, Glodok Jakarta Barat. Ketika masih di Surabaya, ia bersama keluarga juga sering berpuja bakti di Kwan Se Im Bio, Tuban Jawa Timur. "Mama, Papa saya beragama Buddha. Mereka yang lebih sering datang ke berbagai acara, event agama Buddha di Tuban, Surabaya. Tapi kalau kebaktian di Tuban, paling tidak dua, tiga kali sebulan. Karena perjalanan Surabaya - Tuban juga agak jauh,".
Pengalaman spiritual dengan memeluk agama Buddha, Violla menceritakannya secara blak-blakan. Sebagaimana anak yang baru beranjak dewasa, ia mengaku sering mengimpikan sesuatu. Salah satu keinginan yang pernah ia rasakan 'terkabulkan' adalah hasil ulangan di sekolah. "Contoh yang saya sangat rasakan, ketika nilai-nilai di rapor jelek. Lalu saya minta-minta dalam doa, supaya bisa menjadi anak yang rajin. Akhirnya angka-angka di rapor meningkat, walaupun tidak terlalu tinggi. Tapi bagi saya, cukup".
Bukan hanya keinginan mendapat nilai bagus di sekolah. la juga mengaku, ketika ingin menjadi selebritis, permintaan dikabulkan juga. Waktu ikut casting di kantor MD Entertainment, ia bertekad untuk berhasil. Perjalanan jauh Surabaya-Jakarta, akhirnya tidak sia-sia. la diterima dan bisa langsung mendapat peran di salah satu sinetron. Mungkin karena merasa sering doanya dikabulkan, saya pun merasa nyaman dengan melakukan rutinitas kebaktian. "Tapi saya belum sepenuhnya mendalami ajaran Buddha. Paling hanya dari buku-buku yang saya dapat di Vihara, Klenteng. Dulu waktu masih kecil, belum punya pendirian. Kalau diajak teman ke Gereja, saya ikut saja. Tapi sekarang memilih Buddha,".
Lalu bagaimana risiko dari gemerlap dunia artis yang banyak godaan. la tidak menutup-nutupi hal tersebut. Pergaulan bebas, pada prinsipnya bukan disebabkan oleh lingkungan di luar rumah, tetapi di dalam rumah. Karena keluarga, ibaratnya benteng terhadap segala godaan, termasuk free sex di kalangan selebritis. "Agama, sangat membantu membentengi saya. Jam 12 malam, saya selalu berdoa. Ketika sudah sibuk dalam aktivitas sehari-hari, saya berusaha menjalankan ajaran Buddha agar tidak terjerumus. Misalkan hukum sebab dan akibat yang mengajarkan kita mengenai risiko yang ditanggung ketika melakukan perbuatan tertentu. Baik dan buruk, kita harus menanggungnya".

Sumber : Majalah Dhammacakka No. 63
                Vol. 17 / Juli 2011



DHAMMA

Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa
Terpujilah Sang Bhagawa yang maha suci yang telah mencapai
penerangan sempurna

PANDANGAN BENAR

Mengapa Pandangan Benar Itu Penting
Dalam Majjhima Nikaya Sutta 111, dikatakan bahwa Jalan Ariya Berunsur Delapan dimulai dari Pandangan Benar. Pandangan Benar menuntun pada Pikiran Benar, yang menuntun pada Ucapan Benar, yang menuntun pada Perbuatan Benar, dan seterusnya, dengan urutan seperti itu. Tanpa Pandangan Benar seseorang belum memasuki Jalan Ariya Berunsur Delapan. Jadi Pandangan Benar adalah faktor yang paling penting dari Jalan Ariya Berunsur Delapan.
Buddha menjelaskan di Anguttara Nikaya Sutta 9.20 bahwa dirinya terlahir sebagai seorang Brahmin di masa lampau. Dalam kehidupan itu, brahmin tersebut melakukan derma dalam jumlah yang sangat besar sekali, namun pahala dari tindakan tersebut tidak begitu besar, karena tidak dijumpai Ariya (orang suci) yang menerimanya. Pahalanya lebih besar lagi apabila dia memberi makan seseorang dengan pandangan benar. Jadi ditunjukkan dalam Sutta ini bahwa seseorang dengan pandangan benar adalah seorang Sotapanna (Pemasuk Arus).
Jadi kita lihat di sini bahwa perolehan pandangan benar adalah pencapaian yang paling berharga yang menjadi pengharapan kita dalam hidup ini. Seorang Sotapanna selamanya terbebaskan dari kelahiran kembali di alam-alam menderita sebagai makhluk hantu, binatang ataupun neraka, ia hanya akan terlahir kembali sebagai manusia ataupun makhluk alam surga, dengan batas maksimum kehidupan sebanyak tujuh kali lagi.


Bagaimana Mendapatkan Pandangan Terang?
Majjhima Nikaya Sutta 43 menyatakan bahwa ada dua kondisi untuk perolehan Pandangan Benar. Suara dari orang lain (yang mengajarkan Dhamma) dan Perhatian yang sepenuhnya. Jadi Pandangan Benar hanya dapat diperoleh dari mendengarkan (atau membaca) Dhamma dari seseorang, tidak dapat dicapai melalui meditasi saja. Setelah Pandangan Benar dicapai, lima faktor dibutuhkan untuk pembebasan akhir yakni : Tindakan bermoral (Sila), banyak mendengarkan Dhamma (dhammasavana), diskusi Dhamma (dhammasakaccha), meditasi ketenangan (samatha), perenungan (vipassana).
Jadi kita lihat bahwa mendengarkan Dhamma penting untuk dapat menjadi seorang Sotapanna, dan sekali lagi merupakan kondisi yang penting untuk pembebasan akhir. Jadi mendengarkan Dhamma merupakan hal yang sangat penting, itulah sebabnya Buddha menyebut semua pengikutnya (baik umat awam maupun bhikkhu/bhikkhuni) Savaka - pendengar (dari kata-kata Beliau).

Sotapanna  Dicapai  Dengan Mendengarkan Kata-Kata Buddha
Samyutta Nikaya Sutta 55.24 menyebutkan kematian dari seorang suku Sakya yang bernama Sarakani, yang kemudian dinyatakan oleh Buddha sebagai seorang Sotapanna. Sejumlah orang tidak percaya akan hal ini dan mengeluh karena Sarakani adalah seorang peminum. Ketika hal ini dilaporkan kepada Buddha, Buddha menjawab bahwa Sarakani telah lama berlindung kepada Buddha, Dhamma dan Sangha, jadi bagaimana mungkin dia dapat terlahir kembali di alam-alam rendah?
Lebih jauh lagi, Buddha menyatakan bahwa bahkan pohon-pohon dapat, menjadi Sotapanna apabila mereka dapat memahami perkataan dari Buddha, terlebih seorang Sarakani? Jadi, sangat jelas dari sini bahwa Sotapanna dicapai dengan mendengarkan dan memahami perkataan Buddha. Maka dari itu, mendengarkan ajaran Buddha adalah tugas penting untuk para pengikut Buddha.
Segenggam Daun Bodhi

TANYA JAWAB DENGAN BHIKKHU UTTAMO

Dari : Lina, Ontario, Canada
Name Buddhaya,
Terima kasih sebelumnya untuk jawaban pertanyaan saya yang dulu. Bhante, apakah boleh kita membuat 'altar kecil' (hanya satu patung Buddha kecil) di dalam kamar tidur? Sebab saya di sini tidak mempunyai ruangan lain yang bisa saya gunakan untuk baca paritta dan bermeditasi.
Seandainya boleh, apakah patung tersebut boleh saya letakkan di meja yang lebih rendah dari meja belajar saya?
Terima kasih.

Jawaban :
Sebagai seorang umat Buddha adalah merupakan kebajikan apabila dapat melakukan puja bakti secara rutin. Puja bakti sesungguhnya dapat dilaksanakan dengan mempergunakan altar maupun tanpa altar sama sekali. Memang, idealnya apabila memungkinkan, puja bakti dilakukan di depan altar sebagai alat bantu untuk merenungkan berbagai sifat luhur Sang Buddha, Sang Guru Agung. Menyusun sebuah altar dalam satu ruangan dengan tempat yang biasa dipergunakan untuk tidur, apabila memang tidak ada alternatif lain, tentunya hal ini dapat saja dikerjakan. Biasanya, sisi dinding yang terdapat altar tersebut, diusahakan untuk tidak ada barang lain yang lebih tinggi daripada tinggi Buddharupang. Hal ini adalah merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada Sang Buddha. Sedangkan, pada ketiga sisi dinding yang lain bisa saja diletakkan benda yang lebih tinggi daripada area Buddha. Oleh karena itu, meja belajar dapat tetap pada posisi sekarang apabila meja itu terletak di sisi dinding yang berbeda dengan dinding yang dipergunakan sebagai tempat altar.
Semoga dengan keterangan ini akan dapat meningkatkan semangat mengembangkan kebajikan melalui ucapan, perbuatan dan pikiran dengan sarana rajin membaca paritta dan bermeditasi.

Semoga selalu bahagia.








JADWAL KEGIATAN RUTIN
METTA VIHARA TEGAL

JADWAL PUJA BAKTI
Puja Bakti Umum Minggu Pagi    :   Pk. 07.30 WIB - 09.00 WIB
Puja Bakti Sekolah Minggu         :   Pk. 09.30 WIB - 11.00 WIB
Puja Bakti Remaja Hari Sabtu     :   Pk. 18.30 WIB - 19.30 WIB
Puja Bakti Uposatha                   :   Setiap tanggal 1, 8, 15, 23 Penanggalan Lunar
                                                      Jam 19.30 WIB - 21.00 WIB
Latihan Nyanyi Hari Sabtu           :   Pk. 19.30 WIB - 22.00 WIB

AJAHN BRAHM
Semua KEBAHAGIAAN di dunia ini
berasal dari niat untuk membahagiakan ORANG LAIN
Semua PENDERITAAN di dunia ini
berasal dari niat untuk membahagiakan DIRI SENDIRI SAJA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar