Senin, 26 Agustus 2013

BRIVI OKTOBER 2012

 


Tegal, 24 Oktober 2012                                                                                          
No : 62, Tahun Keenam

Penasehat                    :    Ketua Yayasan Metta Jaya
Penanggung Jawab     :    Ketua Dayakasabha Metta Vihara Tegal
Pimpinan Redaksi       :    Ibu Tjutisari
Redaksi Pelaksana      :    1.     Ibu Pranoto                 4.     Liliyani                                                
                                                        2.     Suriya Dhammo           5.     Sumedha Amaravathi
                                                        3.     Ade Kristanto
Alamat Redaksi           :    Metta Vihara
                                                        Jl. Udang No. 8 Tegal Telp. (0283) 323570
BCA No Rek : 0479073688  an. YUNINGSIH ASTUTI - TUSITA WIJAYA


DHAMMAPADA ATTAKHATA
Bab I - Syair 15
Di dunia ini ia bersedih hati, di dunia sana ia bersedih hati; pelaku kejahatan akan bersedih hati di kedua dunia itu. la bersedih hati dan meratap karena melihat perbuatannya sendiri yang tidak bersih.

     


Kisah Cundasukarika

Pada suatu dusun tidak jauh dari Vihara Veluvana, hidup seorang penjagal babi yang sangat kejam dan keras hati, bernama Cunda. la adalah penjagal babi yang sudah berusia lebih dari lima puluh tahun; selama hidupnya dia belum pernah melakukan suatu perbuatan yang bermanfaat. Sebelum dia meninggal. dia sakit parah dan mengalami penderitaan yang berat. Dia mendengkur, berteriak-teriak, dan terus menggerakkan tangan dan lututnya untuk merangkak seperti babi selama tujuh hari. Sebelum meninggal dunia, dia mengalami penderitaan seperti kalau dia berada di neraka (niraya). Pada hari ketujuh, penjagal babi itu meninggal dunia, dan dilahirkan kembali di Neraka Avici (Avici Niraya).
Beberapa bhikkhu yang dalam beberapa hari berturut-turut mendengar teriakan-teriakan dan kegaduhan dari rumah Cunda berpikir, pastilah Cunda sedang sibuk membunuhi lebih banyak babi. Mereka berpendapat bahwa Cunda adalah seorang yang sangat kejam dan keji. Yang tidak mempunyai cinta kasih dan belas kasihan sedikitpun.
Mendengar pergunjingan para bhikkhu tadi, Sang Bud­dha berkata, "Para bhikkhu, Cunda tidak sedang membunuhi lebih banyak babi. Perbuatan jahatnya yang lampau telah berbuah. Karena rasa sakit yang sangat akibat penyakit yang dideritanya, ia melakukan hal-hal yang tidak normal. Sekarang ia telah meninggal dan terlahir di alam neraka. Oleh karena itu, seseorang yang melakukan perbuatan jahat akan selalu menderita akibat dari perbuatan jahat
yang dilakukannya, dia menderita dalam dunia ini sama seperti pada alam berikutnya.
Hal itu diwejangkan oleh Sang Buddha dengan membabarkan syair 15 berikut ini:
Di dunia ini ia bersedih hati, di dunia sana ia bersedih hati; pelaku kejahatan akan bersedih hati di kedua dunia itu. la bersedih hati dan meratap karena melihat perbuatannya sendiri yang tidak bersih.

--- oOo ---

SEKAPUR SIRIH

Satu diantara tulisan yang redaksi muat secara bersambung adalah "Melangkah di Keheningan" karya Bhikkhu Uttamo Mahatera telah selesai, tetapi masih ada kelanjutan ceritanya dalam bentuk tanya jawab dengan Bhikkhu Uttamo.
Ajahn Brahm adalah bhikkhu yang dalam menulis mudah dicerna, Guru si Cacing dan Kotoran Kesayangannya menulis "Bocah di Pasar Swalayan" merupakan pembelajaran dalam mendidik anak yang kerap kali di luar kesadaran keliru dilakukan orang tua, marilah kita memperbaiki diri.
Segenggam Daun Bodhi, merupakan kumpulan tulisan Bhikkhu Dhammavudho Mahathera. Hanya Kitalah Yang Dapat Menolong Diri Kita Sendiri juga jangan lewatkan Dhammapada Attakhata dengan kisah Cundasukarika si penjagal babi, juga Khuddaka Nikaya, Sutta Pitaka dengan tema Kemelekatan Indera dan hubungan dengan orang lain harus dihindari.
Dengan segala kerendahan hati tim redaksi menyadari masih banyak hal yang perlu kami perbaiki untuk bisa meningkatkan isi dan kualitas dari buletin Brivi Metta Vihara Tegal, redaksi terbuka terhadap segala masukan, kritik yang membangun dan saran demi peningkatan mutu buletin Brivi yang kita cintai.
Tim redaksi juga menerima tulisan yang sesuai untuk Buletin, dengan dikirim ke redaksi dengan alamat Metta Vihara, Jl. Udang 8 Tegal. Sebagai akhir kata semoga tujuan dari tim redaksi, memuat tulisan-tulisan Dhamma dapat menambah wawasan dan pengetahuan Dhamma sehingga Brivi bisa menjadi media komunikasi dan persaudaraan umat Buddha khususnya keluarga besar Metta Vihara Tegal.
Semoga Dhamma menjadi penuntun kita dalam kehidupan sehari-hari sehingga kita bisa menjadikan hari esok menjadi lebih baik dan menjadikan kita sebagai orang yang bijaksana.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Metta Cittena
Redaksi
--- oOo ---
DANA

Kami telah terima dana dari :
1.    Bapak / Ibu Buyut Budiarto                      Rp   50.000,-
2.    Keluarga Bapak Suyanto                           Rp 300.000,-
3.    Keluarga Bapak Sunarto Gunawan            Rp 100.000,-
4.    Keluarga Bapak / Ibu Lie Ing Tjong           Dana Konsumsi

Anumodana dan terima kasih atas dana Anda.
Semoga kebajikan yang dilakukan Bapak / Ibu / Saudara berbuah dalam bentuk umur panjang, sehat walafiat, sukses dan berbahagia bersama keluarga.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.


Dhammadana

Pandita R. Surya Widya
Kalau kita memberikan sepiring nasi kepada orang miskin yang kelaparan, maka untuk sementara ia terbebas dari rasa lapar, namun besok ia akan lapar lagi.
Kalau kita memberikan bea siswa pendidikan kepada yang tidak mampu, maka mungkin ia akan menjadi orang yang pandai dan kelak bisa cari uang sendiri untuk makan.
Kalau kita memberikan Dhamma yang indah pada awalnya, indah pada pertengahannya dan indah pada akhirnya, maka ia akan hidup lebih baik dan lebih bahagia.
Sang Bhagava telah Parinibbana, namun masa pencerahan Buddha Gotama masih tersisa sekitar 2400 tahun lagi, mari kita manfaatkan sebaik-baiknya. Semoga kita semua bisa mencapai tingkat-tingkat kesucian yang sangat kita harapkan selama ini.
Setitik Cahaya di Balik Kabut 2


KATHINA
Dalam rangka merayakan Hari Kathina, Panitia Kathina Dana Metta Vihara Tegal akan mengadakan acara sbb :
·         PINDAPATTA : Hari Sabtu 17 November 2012 dan hari Minggu 18 November 2012 jam 06.30 WIB.
Bhikkhu akan keluar dari Vihara dengan membawa Patta / Botol untuk mengumpulkan makanan.
Jalan yang akan dilalui : Jl. Teri - Jl. Veteran - Jl. Gurami, kembali ke Vihara
·         Upacara Dana Kathina
Hari          :   Sabtu, 17 November 2012
Waktu       :   jam 18.30 WIB
Tempat     :   Metta Vihara
                    Jl. Udang 8 Tegal
Semoga dana yang diberikan di bulan Kathina berbuah dalam usia panjang, sehat dan berbahagia dalam waktu yang lama.
Metta Cittena
Panitia Kathina Metta Vihara Tegal



DONOR DARAH
Dengan mengedepankan cinta kasih dan kebersamaan umat Buddha, Metta Vihara Tegal bekerja sama dengan umat Khon Hu Cu (Makin) Tegal dan PMI akan mengadakan Donor Darah yang akan diselenggarakan pada :
Hari            :   Minggu, 25 November 2012
Waktu        :   Jam 13.00 WIB
Tempat      :   Metta Vihara
                      Jl. Udang 8 Tegal

Setetes darah kita dapat menyelamatkan nyawa manusia.
Anumodana dan terima kasih.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Metta Cittena
Panitia Kathina Metta Vihara Tegal






KESEMPATAN MENANAM BIBIT UNGGUL
DI LADANG YANG SUBUR

Banyak memberi, menjaga moral dengan sila, membersihkan batin dengan samadhi, hidup bahagia sekarang dan di masa yang akan datang.

Dalam rangka meningkatkan pembinaan mental spiritual umat Buddha di Metta Vihara Tegal, Dayakasabha Metta Vihara akan mengadakan Dhamma Class secara berkala dengan mengundang Bhikkhu dan Pandita Duta Dharma dari berbagai kota, meningkatkan pendidikan agama Buddha di sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut membutuhkan dana untuk transportasi. Pada kesempatan ini kami ingin mengajak Bapak / Ibu / Saudara untuk ikut berpartisipasi menjadi donatur tetap meningkatkan donatur bulanan Metta Vihara Tegal.
Ibarat menanam bibit unggul di ladang yang subur, akan menghasilkan panen yang berlimpah. Dengan menjadi donatur Metta Vihara Tegal Bapak / Ibu / Saudara telah menanam bibit unggul di ladang yang subur. Berdana kepada Metta Vihara akan memperoleh berkah kebajikan yang melimpah dan banyak membawa manfaat bagi orang banyak.
Bagi Bapak / Ibu / Saudara yang ingin memberi dana untuk Metta Vihara dapat menghubungi :
1.    Metta Vihara                                        Jl. Udang No. 8 Tegal                   (0283) 323570
2.    Bpk/Ibu Lukman Susilo (Apt. Nasional)       Jl. P. Diponegoro 119 Tegal           081802855355
3.    Bpk. Lie Ing Beng (Tk. Mira)                     Jl. HOS Cokroaminoto 69 Tegal       081326979788
4.    Ibu Pranoto                                         Jl. Cendrawasih No. 17 Tegal          (0283) 351238
5.    Ibu Tusita Wijaya (Tk. Gema Jadi)              Jl. Salak No. 123 Tegal                  (0283) 356017
6.    Ibu Ang Siu Lan                                     Jl. Udang No. 7 Tegal                   081548134633
7.    Ibu Tjutisari                                         Jl. Gurami No. 53 Tegal                 08174939382
8.    Bpk. Suriyadhammo                               Jl. KH Nakhrawi No. 10 Tegal          085727489261
Dana Anda dapat ditransfer ke rekening BCA 0479073688
a.n. YUNINGSIH ASTUTI - TUSITA WIJAYA

Semoga kebajikan yang dilakukan Bapak / Ibu / Saudara berbuah dalam bentuk umur panjang, sehat walafiat, sukses dan berbahagia bersama keluarga.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

                                                                                 Metta Cittena,
                                                                     Dayakasabha Metta Vihara Tegal
                                                                      ttd                                 ttd
                                                                Lie Ing Beng                   Suriyadhammo
                                                                     Ketua                          Sekretaris

Kesempurnaan dan Kesalahan

Membuka Pintu Hati
Bocah di Pasar Swalayan


Saya bilang kepada "konco-konco penjara" saya bahwa jangan pernah berpikir diri mereka adalah penjahat, melainkan sebagai seseorang yang telah melakukan suatu tindakan kejahatan. Sebab jika mereka bilang diri mereka adalah penjahat, jika mereka diperlakukan sebagai penjahat, dan jika mereka percaya bahwa diri mereka adalah penjahat, mereka akan menjadi penjahat betulan. Begitulah cara kerjanya.
Seorang bocah menjatuhkan sekotak susu di bagian kasir sebuah pasar swalayan, kotaknya terbuka dan susunya tumpah menggenangi lantai. "Anak bodoh," kata ibunya.
Di lorong sebelahnya, seorang bocah yang lain menjatuhkan sekotak madu, kotak itu juga pecah dan madunya menjalar ke lantai. "Itu perbuatan bodoh, Nak," kata ibunya.
Bocah pertama telah dicap sebagai anak bodoh; sedangkan bocah yang satunya cuma ditegur karena suatu kesalahan. Yang pertama mungkin benar-benar akan menjadi bodoh; sedangkan yang satunya akan belajar untuk tidak lagi mengulangi perbuatan bodohnya.
Saya bertanya kepada konco-konco penjara, apa lagi yang telah mereka perbuat pada hari mereka berbuat kejahatan? Apa lagi yang telah mereka perbuat pada hari-hari lainnya pada tahun itu? Apa lagi yang telah mereka perbuat pada tahun-tahun kehidupan mereka? Kemudian saya menceritakan kembali kisah tembok bata saya. Ada batu bata lain di tembok yang mewakili kehidupan kita terlepas dari kejahatan yang pernah kita perbuat. Pada kenyataannya, selalu ada banyak batu bata yang bagus, jauh lebih banyak daripada yang jelek. Nah, apakah Anda adalah sebuah tembok jelek yang pantas dihancurkan? Atau apakah Anda adalah sebuah tembok yang bagus dengan sepasang batu bata jelek, seperti kebanyakan dari kita?
Beberapa bulan setelah saya menjadi kepala vihara dan tidak lagi mengunjungi penjara, saya menerima sebuah telepon pribadi dari salah seorang petugas penjara. Dia meminta saya untuk kembali mengunjungi penjara. Dia memberikan ucapan selamat yang akan selalu saya hargai. Dia bilang bahwa konco-konco penjara saya, para murid saya, sejak mereka menyelesaikan masa hukumannya, mereka tak pernah balik lagi ke penjara.

--- oOo ---
SEGENGGAM DAUN BODHI
KUMPULAN TULISAN
BHIKKHU DHAMMAVUDDHO MAHA THERA

HANYA KITALAH YANG DAPAT MENOLONG DIRI KITA SENDIRI
Kamma dan Kelahiran Kembali
Buddha   mengatakan   bahwa   kebanyakan   makhluk   hidup,   setelah  meninggal, akan dilahirkan di alam yang menderita karena keegoisan mereka (AN. 1.19.2). Kita ingin mempertahankan harta milik kita; kita  ingin melindungi mereka yang kita anggap adalah bagian dari diri kita, keluarga kita, orang-orang yang sama warna kulitnya dengan kita, orang-orang yang sama agamanya, orang-orang yang sama negaranya, sehingga kita malahan berbuat banyak kejahatan.
Dari ketiga alam yang menderita tersebut, nerakalah yang paling parah; sedikit lebih baik adalah alam binatang, dan sedikit lagi lebih baik adalah alam hantu. Alam manusia berada di atas mereka. Di atas alam manusia adalah alam-alam dewa, atau dikenal juga sebagai alam-alam surga. Mungkin hanya dua atau tiga dari sepuluh orang yang akan dilahirkan kembali menjadi manusia, atau di alam surga. Mungkin tujuh atau delapan orang akan menuju ke alam-alam yang menderita. Makanya kita perlu berhati-hati hidup di kehidupan kita ini. Kita seharusnya berusaha untuk mempelajari Dhamma karena hidup ini adalah sangat singkat. Rata-rata kita hanya hidup sampai umur tujuh puluh, dan kalau anda sekarang telah berumur empat puluh, ini berarti anda hanya akan memiliki tiga puluh tahun baru lagi untuk dirayakan. Ketika tahun baru tiba, maka anda hanya akan memiliki dua puluh sembilan tahun lagi yang tersisa, setahun lagi berlalu, dan tersisa dua puluh delapan tahun lagi, dan seterusnya. Waktu sangat singkat, dan kita harus menggunakannya sebaik mungkin.
Apakah mungkin untuk mendapat kelahiran yang sama dengan orang-orang yang kita cintai sehingga kita dapat bertemu dengan mereka lagi di kehidupan selanjutnya? Terdapatlah seorang pria tua dan wanita tua yang datang mengunjungi Buddha. Mereka mengatakan kepada Buddha bahwa sejak mereka menikah di usia mereka yang masih remaja tersebut, sampai saat sekarang di usia lanjut mereka, mereka tak pernah marah terhadap satu sama lainnya. Jadi mereka mengatakan bahwa mereka ingin bertemu kembali di kehidupan selanjutnya. Mereka bertanya kepada Buddha apakah hal ini memungkinkan.
Buddha mengatakan bahwa bila dua orang yang setara dalam keempat hal ini, maka akan memungkinkan bagi mereka untuk bertemu kembali di kehidupan mereka yang selanjutnya. Pertama-tama mereka harus memiliki keyakinan yang sebanding, yakni memiliki keyakinan/agama yang sama. Kedua, mereka harus memiliki etika (moral) yang sebanding. Ini berarti perilaku mereka seharusnya sama bagusnya, atau sama buruknya. Faktor ketiga adalah kedermawanan. Mereka harus sebanding dalam kedermawanan atau keegoisan mereka. Hal keempat adalah kebijaksanaan, yakni mereka harus sebanding kebijaksanaannya atau kegelapan batin mereka. Kalau saja keempat hal ini adalah sebanding, maka mereka akan bertemu kembali di kehidupan mereka yang selanjutnya.
Kenyataannya bahwa kita bertemu saat ini adalah juga hasil dari kamma kita. Buddha mengatakan bahwa sangat sulit untuk menemukan seseorang di kehidupan kita sekarang ini yang tidak kita kenal di kehidupan kita yang sebelumnya. Kita bisa saja dulunya ayah dan anak, ibu dan anak, dan seterusnya. Ada milliaran orang di dunia ini, akan tetapi jumlah orang yang kita ketemui dan kenal tidaklah begitu banyak. Jadi inilah orang-orang yang mungkin telah cukup dekat dengan kita di masa lampau.
Suatu waktu saudara sepupu Buddha yang bernama Mahanama pergi mencari Buddha (S.N. 55.3.1). Dia menyampaikan kepada Buddha bahwa ia berpikir suatu hari ia mungkin akan mengalami kematian yang tragis. Kalau ia meninggal secara tragis, apakah ia akan dilahirkan di alam yang menderita? Buddha menyuruhnya untuk tidak khawatir karena sudah lama ia telah melatih diri dalam keyakinan, etika, telah dalam pemahamannya (Dhamma), kedermawanan, dan kebijaksanaannya; dan oleh karena itulah pikirannya akan naik ke atas.
Dengan kata lain bila seseorang telah melatih diri sesuai Dhamma dan telah hidup sesuai Dhamma, maka pikirannya akan cenderung menuju ke arah Dhamma. Jadi setelah ia meninggal, pikirannya akan membbwanya naik ke alam yang bahagia. Apa yang disebutkan oleh Buddha adalah pikiran sehari-hari kita itu sangatlah penting. Bila anda memang adalah seorang yang tulus, maka itulah pikiran sehari-hari anda, itulah kecenderungan alami anda. Akan tetapi bila anda adalah seseorang yang mudah terganggu, pemarah, kesal setiap hari, dan cenderung bengis sifatnya, maka pikiran sehari-hari anda tersebut akan membawa anda ke alam di mana makhluk-makhluknya juga pemarah dan cenderung bengis sifatnya, misalnya alam binatang. Jadi melatih pikiran yang baik setiap hari adalah sangat penting. Maka mempelajari dan mempraktekan Dhamma itu bagus agar pikiran kita akan cenderung naik ke atas (bukan jatuh ke bawah atau pikiran yang tak baik), dan ini akan membawa kita ke alam yang baik.
Apakah mungkin untuk menolong sanak keluarga kita yang telah meninggal? Ini adalah pertanyaan yang ditujukan oleh seorang Brahmin (ras tertinggi di India) kepada Buddha (A.N. 10.177). Buddha mengatakan bahwa hal ini tergantung di mana orang tersebut dilahirkan hanya kalau ia dilahirkan kembali sebagai hantu maka ia dapat ditolong. Walau Buddha tak menjelaskan alasannya, tapi mungkin ini karena hantu kembali ke keluarga manusia mereka dengan harapan untuk mendapat bantuan. Mereka menunjukan keberadaan mereka dengan cara tertentu atau mereka menghubungi keluarga mereka di dalam mimpi. Jadi di dalam tradisi Theravada, umat Buddha biasanya melakukan persembahan atas nama keluarga mereka yang telah meninggal dan mentransfer jasa kebajikan tersebut kepadanya. Persembahan makanan dan pakaian biasanya dibuat karena kedua barang ini mungkin adalah hal yang paling diperlukan oleh hantu.
--- oOo ---
SEGENGGAM DAUN BODHI
Penerjemah :
Yuliana Lie Pannasiri, MBA
Andromeda Nauli, Ph.D
Penyunting :
Nana Suriya Johnny, SE





RUANG PENGHORMATAN LELUHUR
ADIGUNA SARANA - METTA VIHARA TEGAL


Dengan memasang foto leluhur dan sanak keluarga yang telah meninggal dunia di Ruang Penghormatan Leluhur Adiguna Sarana, Anda mempunyai kesempatan melimpahkan jasa kebajikan dengan berdana Rp 20.000,- (dua puluh ribu rupiah) setiap bulan. Terbuka kesempatan berbuat kebajikan dan melimpahkan jasa kepada para leluhur dengan harapan mereka dapat merasakan kebahagiaan yang kita limpahkan. Setiap ce it dan cap go diadakan puja bakti Uposatha. Semoga semua makhluk hidup berbahgia.
Bagi Bapak / Ibu / Saudara yang ingin memberi dana untuk Metta Vihara dapat menghubungi :
1.    Metta Vihara                                        Jl. Udang No. 8 Tegal                   (0283) 323570
2.    Bpk/Ibu Lukman Susilo (Apt. Nasional)       Jl. P. Diponegoro 119 Tegal           081802855355
3.    Bpk. Lie Ing Beng (Tk. Mira)                     Jl. HOS Cokroaminoto 69 Tegal       081326979788
4.    Ibu Pranoto                                         Jl. Cendrawasih No. 17 Tegal          (0283) 351238
5.    Ibu Tusita Wijaya (Tk. Gema Jadi)              Jl. Salak No. 123 Tegal                  (0283) 356017
6.    Ibu Ang Siu Lan                                     Jl. Udang No. 7 Tegal                   081548134633
7.    Ibu Tjutisari                                         Jl. Gurami No. 53 Tegal                 08174939382
8.    Bpk. Suriyadhammo                               Jl. KH Nakhrawi No. 10 Tegal          085727489261
Dana Anda dapat ditransfer ke rekening BCA 0479073688
a.n. YUNINGSIH ASTUTI - TUSITA WIJAYA
Semoga kebajikan yang dilakukan Bapak / Ibu / Saudara berbuah dalam bentuk umur panjang, sehat walafiat, sukses dan berbahagia bersama keluarga.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
                                                                                 Metta Cittena,
                                                                     Dayakasabha Metta Vihara Tegal
                                                                      ttd                                 ttd
                                                                Lie Ing Beng                   Suriyadhammo
                                                                     Ketua                          Sekretaris
Melangkah di Keheningan
Mengenal lebih dekat Bhikkhu Uttamo
dan ajaran Agama Buddha




Tanya:
Bhante, saya pernah dengar dari dosen saya sendiri, wah Bhante Uttamo itu hebat. Hebat apanya pak? Dulunya, dia tukang sulap. Rambutnya gondrong lagi, apa betul Bhante?

Jawab:
Yah, dulu rambut saya memang sampai pundak panjangnya namun tersisir rapi, tidak awut-awutan. Rambut panjang itu diatur sedemikian rupa sehingga dari depan kelihatan biasa saja, namun dari belakang baru tampak panjang.

Tanya:
'Slank' gitu ya Bhante?

Jawab:
Yah, mungkin demikian kalau disebutkan dengan istilah jaman sekarang. Saya dulu memang mempunyai sedikit hobby sulap menyulap. Dari kecil saya suka yang aneh-aneh. Saya pikir, sulap agak mistik gitu loh. Waktu saya kecil, sulap tampaknya hebat karena kita belum mengetahui rahasianya. Kalau sudah mengetahui rahasianya, maka ternyata sulap hanya begitu saja. Demikian pula dengan permainan sulap di tingkat dunia. Mereka yang dianggap 'sakti' sesungguhnya hanya karena belum diketahui rahasianya. Kadang-kadang ada yang mengatakan, "David Copperfield sakti karena dia bisa menembus tembok Tiongkok." Saya katakan, kalau dia memang sakti, disuruh hari ini dia melakukannya, hari ini pula ia bisa menembusnya. Tetapi kenyataannya, ketika ia disuruh hari ini, ia membutuhkan waktu enam bulan lamanya untuk melakukan persiapan. Jelas kemampuan menembus tembok yang ia miliki bukan karena kesaktian, melainkan karena bantuan peralatan canggih.
Namun, kalaupun tindakan itu dilakukan dengan kesaktian, kemampuan tersebut masih dapat diterangkan. Bahwa tubuh manusia mempunyai dimensi dan frekuensi tertentu. Ketika seseorang akan menembus tembok atau kaca, maka dengan kekuatan pikiran ia berusaha menyamakan frekuensi tubuhnya dengan media yang akan dilewati. Istilah kerennya adalah proses kristalisasi yaitu menjadikan tubuh sebagai kristal dengan frekuensi tertentu. Apabila frekuensi tubuh sudah sama dengan tembok atau media yang akan dilewati, maka ia dapat menembus tembok atau media tersebut melalui sela antar molekul media. Setelah berhasil melewati media yang ditentukan, maka dilakukan proses dekristalisasi yaitu menjadikan tubuh dalam frekuensi semula, seperti manusia biasa. Kemampuan melakukan proses kristalisasi dan dekristalisasi ini diperoleh melalui kekuatan pikiran. Dalam Dhamma, kemampuan ini disebut dengan istilah Cittaniyama yaitu kemampuan di luar kemampuan manusia biasa yang timbul karena kekuatan pikiran.
Karena ketika saya masih kecil, saya belum mengetahui hal ini karena saya gemar sekali mempelajari segala sesuatu yang terkesan sakti atau gaib. Namun setelah mengenal Dhamma, semua kesaktian itu ternyata ada rahasianya. Kesaktian menjadi hal yang biasa. Segala tingkat kesaktian bisa dicapai oleh siapapun yang mau menjalaninya. Akhirnya buku sulap ditinggalkan semua. Selanjutnya, saya malah tidak melakukan pertunjukan sulap sama sekali. Kiranya ada sulap yang jauh lebih sulit dikerjakan yaitu mengubah pikiran buruk menjadi baik. Perubahan ini juga dapat disebut sebagai sulap karena membutuhkan latihan serius dan tidak semua orang mampu melakukannya tanpa upaya yang sungguh-sungguh. Kadang pikiran baik malah dapat berubah menjadi buruk jika seseorang mendapatkan teman yang tidak baik. Sebaliknya pikiran buruk bisa juga menjadi baik apabila kondisinya mendukung. Semua itu bagaikan permainan sulap yang sulit, sulap yang sesungguhnya.

PERTANYAAN 1 :

Tanya:
Tanya Bhante, tadi Bhante bilang tentang kematian. Bagaimana kita hidup siap menghadapi kematian. Soainya kematian itu tidak diketahui kapan datangnya. Terima kasih Bhante.

Jawab:
Bagaimana kita bisa menyiapkan kematian? Belilah peti mati!
Sebenarnya, tadi saya sudah menerangkan bahwa kita pasti akan mengalami kematian. Lalu bagaimanakah sikap kita menghadapi kematian? Justru inilah yang perlu dilatih dengan meditasi. Meditasi adalah belajar untuk melepas. Salah satu contoh, ketika duduk bermeditasi, kadang-kadang kaki terasa kesemutan, kesemutan luar biasa. Namun, selama meditasi seluruh perasaan kesemutan itu harus ditahan. Berusahalah untuk tidak bergerak maupun bergoyang selama waktu yang telah ditentukan, misalnya 15 menit. Lama kelamaan, kesemutan itu akan hilang dengan sendirinya. Ternyata rasa sakit itu hanya muncul beberapa saat saja. Setelah satu satuan waktu tertentu, seperti melewati sebuah lorong atau satu pintu, rasa tidak nyaman itu akan hilang lenyap begitu saja.
Contoh lain adalah ketika seseorang sedang mengantuk. Apabila ditahan sekuat tenaga dengan tidak tidur, maka akhirnya ia malah tidak merasa mengantuk sama sekali bahkan sampai pagi. Puncak rasa mengantuk adalah tidak mengantuk. Puncak rasa takut adalah tidak takut. Kondisi ketakutan yang memuncak akan berubah menjadi berani ini seperti seekor tikus yang sudah terpojok ketakutan, maka ia akan siap menghadapi segala bahaya dengan gagah berani. la siap mati untuk mempertahankan dirinya.
Kembali pada pembahasan tentang meditasi. Pada saat seseorang bermeditasi dan mampu memegang obyek konsentrasi, maka badan seolah-olah menjadi ringan, semakin ringan, dan sangat ringan. Pada saat itu, sering timbul rasa takut, takut tidak bisa kembali lagi, takut mati. Padahal, semua perasaan itu timbul dari pikiran. Tipuan pikiran. Pada saat pikiran seseorang sudah terpusat pada obyek konsentrasi, maka otomatis perhatian pada bagian lain, termasuk tubuh sendiri akan berkurang, Kurangnya perhatian pada tubuh itulah yang menimbulkan kesan seolah tubuh menjadi semakin ringan. Apabila seseorang telah menyadari semua ini bagian dari permainan pikiran, maka batin menjadi tenang, pikiran menjadi jernih, ketakutan pada kematian lenyap sudah. Lenyapnya ketakutan maupun kegelisahan akibat permainan pikiran inilah yang sebenarnya dilatih dalam Dhamma. Oleh karena itu telah saya katakan tadi bahwa seseorang hendaknya jangan hanya mempelajari teori tentang Dhamma saja melainkan ia juga harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari pengalaman singkat bermeditasi seperti yang baru saja saya uraikan, sudah tampak dengan jelas bahwa kematian sesungguhnya bisa datang setiap saat. Kematian adalah bagian wajar dari suatu kehidupan. Seseorang tidak perlu takut lagi pada kematian. la harus selalu siap menghadapi kematian setiap saat.
Banyak pula dijumpai dalam masyarakat ibu yang sangat sedih ketika ditinggal mati oleh anaknya. la akan mengatakan: "Aduh nak...kenapa engkau mati? Kamu masih muda, biarlah ibu yang sudah tua ini saja yang menggantikan kematianmu." Mendengar keluhan seperti ini sebenarnya ia perlu dinasehati bahwa kematian bukan memilih usia tua untuk meninggal mendahului mereka yang masih muda. Bahkan bayi dalam kandungan sekalipun dapat juga meninggal. Kematian adalah milik kehidupan, bukan milik usia tertentu, pria atau wanita atau suku bangsa tertentu, Semua makhluk hidup pasti akan mengalami kematian. Siapapun juga. Oleh karena itu, jika perenungan ini dapat dimengerti, maka seseorang tidak akan lagi mengalami ketakutan di saat meditasi yang ia lakukan mencapai tahap-tahap yang tidak dapat diceritakan. la telah menyadari bahwa kematian adalah proses wajar suatu kehidupan. Kehidupan akan berakhir dan berlanjut di kehidupan berikutnya. Seperti seseorang yang baru saja terbangun dari tidur. la mulai tidur pada pukul 10 malam, misalnya. Tidak terasa, ia kemudian bangun pada pukul 06.00 pagi. Jika direnungkan dengan baik, keadaan tidur dapat disamakan dengan kematian. Ketika seseorang sedang tidur, ia sudah tidak dapat mengenali lagi orang yang ia sayangi maupun benda yang ia cintai. Semuanya tidak ada yang ia inginkan lagi.
Jadi, bagaimana seseorang dapat selalu siap menghadapi kematian? la harus berlatih meditasi. Dengan latihan meditasi secara rutin dan tekun, setahap demi setahap ia akan belajar melepas, melepas segala hal yang ia cintai maupun ia benci. Ketika seseorang takut pada kematian, ia sesungguhnya takut meninggalkan segala yang ia cintai dan sayangi. Takut kehilangan ini dapat dilatih dengan mengembangkan kerelaan, berusaha melepaskan materi pada awalnya dan dilanjutkan dengan pelepasan segala yang disayangi maupun dibenci. Apabila seseorang mampu melepaskan segala kemelekatan ini maka ketika ia meninggal dunia, ia mati yang sesungguhnya. la telah menyadari bahwa kehidupan hanya suatu proses yang muncul, lewat dan hilang. Sama dengan rasa kantuk, ia muncul, lewat dan hilang, demikian pula dengan rasa takut yang muncul, lewat dan hilang. Hanya begitu saja. Pemahaman ini akan mengkondisikan seseorang terbebas dari kelahiran kembali, la telah mencapai kesucian. la mencapai Nibbana atau Nirwana.
--- oOo ---


TANYA JAWAB DENGAN BHIKKHU UTTAMO

Dari : Irwan Yaputra, Jakarta

Namo Buddhaya,
Bhante saya ada pertanyaan, apakah ada perbedaan antara takdir dengan dengan karma?
Terima kasih Bhante.

Jawaban:
Dalam konsep Buddhis, dipergunakan istilah 'kamma' (Pali) atau 'karma' (Sansekerta). Adapun istilah 'takdir' BUKAN berasal dari Ajaran Sang Buddha.
Pengertian 'kamma' adalah NIAT seseorang melakukan perbuatan dengan badan, ucapan serta pikiran. Setiap perbuatan baik akan menghasilkan kebahagiaan dan perbuatan buruk akan menimbulkan penderitaan untuk si pelaku.
Mengikuti Hukum Kamma, seseorang dapat meningkatkan kebahagiaan yang sedang dirasakannya sebagai hasil kamma baik. Sebaliknya, ia juga dapat mengurangi berbagai penderitaan yang dialami sebagai buah kamma buruk yang dimilikinya. Dengan demikian, pemahaman tentang kamma akan menimbulkan pengertian bahwa seseorang DAPAT MENGUBAH keadaan hidupnya sendiri dengan memperbanyak kebajikan. Hal inilah yang akan selalu membangkitkan semangat umat Buddha untuk tidak menyerah dalam memperjuangkan kebahagiaan sendiri tanpa harus meminta-minta kepada pihak manapun juga.
Semoga penjelasan ini dapat membuka wawasan berpikir umat Buddha agar lebih mandiri dalam mengatasi berbagai masalah kehidupan ini. Sesungguhnya, suka dan duka yang dialami seseorang adalah buah perilakunya sendiri, bukan karena hasil rekayasa makhluk lain.

Semoga selalu bahagia.



JADWAL KEGIATAN RUTIN
METTA VIHARA TEGAL
JADWAL PUJA BAKTI
Puja Bakti Umum Minggu Pagi            :   Pk. 07.30 WIB - 09.00 WIB
Puja Bakti Sekolah Minggu                 :   Pk. 09.30 WIB - 11.00 WIB
Puja Bakti Remaja Hari Sabtu              :   Pk. 18.30 WIB - 19.30 WIB
Puja Bakti Uposatha                        :   Setiap tanggal 1, 15, Penanggalan Lunar
                                                      Jam 19.30 WIB - 21.00 WIB
Kitab Suci Agama Buddha bagian dari
Khuddaka Nikaya, Sutta Pitaka
Judul asli : The Sutta-Nipata
Translated from The Pali by H. Saddatissa
3.  KHAGGAVISANA SUTTA
Cula Unicorn
Kemelekatan indera dan hubungan dengan orang lain harus dihindari
7     Kecintaan pada hiburan dan nafsu akan muncul bila berada di antara teman, serta muncul pula kemelekatan yang kuat terhadap anak. Karena tidak menginginkan kondisi berpisah dari orang-orang yang dicinta ............................. (41)
8     Orang yang tidak memiliki kebencian ke empat arah yang mana pun, merasa puas dengan sedikit atau banyak, setelah mengatasi semua bahaya, tanpa rasa takut  ........................................................................................
      .................................................................................................................... (42)
9     Beberapa bhikkhu sulit disenangkan, begitu juga umat awam yang hidup berumah tangga. Setelah tidak berurusan dengan anak-anak orang lain.............................................................................................................. (43)
10 Setelah meninggalkan sifat-sifat umat awam, seperti pohon Kovilara yang melepaskan daun-daunnya, dan setelah memutus belenggu rumah-tangga, orang yang berani itu hidup sendiri............................................................ (44)
11 Jika orang menemukan sahabat yang bijaksana, seorang kawan yang hidup dengan moralitas yang luhur, yang berhati-hati, dan telah mengatasi segala bahaya, maka hiduplah bersamanya dengan bahagia, dengan penuh perhatian dan kewaspadaan      (45)

12   Jika orang tidak dapat menemukan sahabat yang bijaksana, seorang kawan yang hidup dengan moralitas yang luhur, yang berhati-hati, maka bagaikan penguasa yang meninggalkan negaranya yang telah ditaklukkan ..................... (46)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar