Tegal, 24 November 2012
No
: 63, Tahun Keenam
Penasehat
: Ketua Yayasan Metta Jaya
Penanggung
Jawab : Ketua Dayakasabha Metta Vihara Tegal
Pimpinan
Redaksi : Ibu Tjutisari
Redaksi
Pelaksana : 1. Ibu Pranoto 4. Liliyani
2.
Suriya Dhammo 5. Sumedha
Amaravathi
3.
Ade Kristanto
Alamat
Redaksi : Metta
Vihara
Jl.
Udang No. 8 Tegal Telp. (0283) 323570
BCA No Rek : 0479073688 an. YUNINGSIH ASTUTI - TUSITA WIJAYA
DHAMMAPADA
ATTAKHATA
Bab I - Syair 16
Di dunia ini ia bergembira, di dunia sana ia bergembira; pelaku
kebajikan bergembira di kedua dunia itu. la bergembira dan bersuka cita karena
melihat perbuatannya sendiri yang bersih.
Kisah Upasaka
Dhammika
Di
Savatthi ada seseorang yang bernama Dhammika. la seorang umat yang berbudi luhur
dan sangat gemar memberikan dana. Selain sering memberikan dana makanan serta
kebutuhan lain kepada para bhikkhu secara tetap, juga sering berdana pada
waktu-waktu yang istimewa. Pada kenyataannya, ia merupakan pemimpin dari lima ratus umat Buddha yang
berbudi luhur dan tinggal di dekat Savatthi.
Dhammika
mempunyai tujuh orang putra dan tujuh orang putri. Sama seperti ayahnya, mereka
semuanya berbudi luhur dan tekun berdana. Ketika Dhammika jatuh sakit. dan
berbaring di tempat tidurnya ia membuat permohonan kepada Sangha untuk datang
kepadanya, untuk membacakan paritta-paritta suci di samping pembaringannya.
Ketika
para bhikkhu membacakan "Mahasatipatthana Sutta", enam kereta
berkuda yang penuh hiasan dari enam alam surga datang mengundangnya pergi ke
masing-masing alam. Dhammika berkata kepada mereka untuk menunggu sebentar,
takut kalau mengganggu pembacaan sutta. Bhikkhu-bhikkhu itu berpikir bahwa
mereka di suruh untuk berhenti, maka mereka berhenti dan kemudian meninggalkan
tempat itu.
Sesaat
kemudian, Dhammika memberitahu anak-anaknya tentang enam kereta kuda yang penuh
hiasan sedang menunggunya. la memutuskan untuk memilih kereta kuda dari surga
Tusita dan menyuruh salah satu dari anaknya memasukkan karangan bunga pada
kereta kuda tersebut. Kemudian ia meninggal dunia, dan terlahir kembali di
surga Tusita.
Demikianlah
orang berbudi luhur berbahagia di dunia ini sama seperti di alam berikutnya.
Hal ini
dibabarkan Sang Buddha sebagai syair berikut:
Di dunia ini ia bergembira, di dunia sana ia bergembira; pelaku kebajikan
bergembira di kedua dunia itu. la bergembira dan bersuka cita karena melihat
perbuatannya sendiri yang bersih.
--- oOo ---
SEKAPUR SIRIH
Masa Vassa adalah saat musim penghujan, Bhikkhu menetap di satu
vihara selama 3 bulan. Setelah selesai masa Vassa kita memasuki masa bulan
Kathina dimana setahun sekali selama satu bulan kita punya kesempatan berdana
kepada Bhikkhu Sangha, merupakan kesempatan terbaik untuk memberikan dana pada
Bhikkhu Sangha.
Panitia Kathina Metta Vihara Tegal mengadakan upacara Dana di
bulan Kathina pada tanggal 17 November 2012 disertai donor darah pada 25
November 2012.
Melangkah di Keheningan, Tanya Jawab dengan Bhikkhu Uttamo
"Kenapa beliau menjadi Bhikkhu?, Ajahn Brahm menulis Cinta dan Komitmen
dengan judul "Cinta Tanpa Syarat".
Semoga tulisan yang diambil dari berbagai sumber dapat menambah
wawasan Bapak / Ibu / Saudara. Redaksi menyadari bahwa masih banyak kekurangan
di sana-sini, untuk menyempurnakan Redaksi mengharap saran dan masukan dari
Bapak / Ibu / Saudara agar Buletin Brivi dapat tampil lebih menarik lagi. Tanpa
dukungan dari Anda semua Redaksi tak dapat berbuat banyak.
Atas perhatian dan partisipasi Bapak / Ibu / Saudara kami ucapkan
Anumodana dan terima kasih. Semoga kehadiran Buletin Brivi Metta Vihara Tegal
membawa manfaat bagi kita semua.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Sadhu, Sadhu, Sadhu.
Metta Cittena
Redaksi
--- oOo ---
RUANG PENGHORMATAN LELUHUR
ADIGUNA SARANA - METTA VIHARA TEGAL
Dengan memasang foto leluhur dan sanak keluarga yang telah
meninggal dunia di Ruang Penghormatan Leluhur Adiguna Sarana, Anda mempunyai
kesempatan melimpahkan jasa kebajikan dengan berdana Rp 20.000,- (dua puluh
ribu rupiah) setiap bulan. Terbuka kesempatan berbuat kebajikan dan melimpahkan
jasa kepada para leluhur dengan harapan mereka dapat merasakan kebahagiaan yang
kita limpahkan. Setiap ce it dan cap go diadakan puja bakti Uposatha. Semoga
semua makhluk hidup berbahgia.
Bagi Bapak / Ibu / Saudara yang ingin memberi dana untuk
Metta Vihara dapat menghubungi :
1. Metta Vihara Jl.
Udang No. 8 Tegal (0283)
323570
2. Bpk/Ibu Lukman Susilo (Apt. Nasional) Jl. P. Diponegoro 119 Tegal 081802855355
3. Bpk. Lie Ing Beng (Tk. Mira) Jl. HOS Cokroaminoto 69 Tegal 081326979788
4. Ibu Pranoto Jl.
Cendrawasih No. 17 Tegal (0283)
351238
5. Ibu Tusita Wijaya (Tk. Gema Jadi) Jl. Salak No. 123 Tegal (0283)
356017
6. Ibu Ang Siu Lan Jl.
Udang No. 7 Tegal 081548134633
7. Ibu Tjutisari Jl.
Gurami No. 53 Tegal 08174939382
8. Bpk. Suriyadhammo Jl.
KH Nakhrawi No. 10 Tegal 085727489261
Dana Anda dapat
ditransfer ke rekening BCA 0479073688
a.n.
YUNINGSIH ASTUTI - TUSITA WIJAYA
Semoga kebajikan yang dilakukan Bapak / Ibu / Saudara
berbuah dalam bentuk umur panjang, sehat walafiat, sukses dan berbahagia bersama
keluarga.
Semoga semua
makhluk hidup berbahagia.
Metta
Cittena,
Dayakasabha
Metta Vihara Tegal
ttd
ttd
Lie
Ing Beng Suriyadhammo
Ketua
Sekretaris
KESEMPATAN MENANAM BIBIT UNGGUL
DI LADANG YANG SUBUR
Banyak memberi, menjaga moral dengan sila,
membersihkan batin dengan samadhi, hidup bahagia sekarang dan di masa yang akan
datang.
Dalam rangka meningkatkan pembinaan mental spiritual umat
Buddha di Metta Vihara Tegal, Dayakasabha Metta Vihara akan mengadakan Dhamma
Class secara berkala dengan mengundang Bhikkhu dan Pandita Duta Dharma dari
berbagai kota, meningkatkan pendidikan agama Buddha di sekolah. Sehubungan
dengan hal tersebut membutuhkan dana untuk transportasi. Pada kesempatan ini
kami ingin mengajak Bapak / Ibu / Saudara untuk ikut berpartisipasi menjadi
donatur tetap meningkatkan donatur bulanan Metta Vihara Tegal.
Ibarat menanam bibit unggul di ladang yang subur, akan
menghasilkan panen yang berlimpah. Dengan menjadi donatur Metta Vihara Tegal
Bapak / Ibu / Saudara telah menanam bibit unggul di ladang yang subur. Berdana
kepada Metta Vihara akan memperoleh berkah kebajikan yang melimpah dan banyak
membawa manfaat bagi orang banyak.
Bagi Bapak / Ibu / Saudara yang ingin memberi dana untuk
Metta Vihara dapat menghubungi :
1. Metta Vihara Jl.
Udang No. 8 Tegal (0283)
323570
2. Bpk/Ibu Lukman Susilo (Apt. Nasional) Jl. P. Diponegoro 119 Tegal 081802855355
3. Bpk. Lie Ing Beng (Tk. Mira) Jl. HOS Cokroaminoto 69 Tegal 081326979788
4. Ibu Pranoto Jl.
Cendrawasih No. 17 Tegal (0283)
351238
5. Ibu Tusita Wijaya (Tk. Gema Jadi) Jl. Salak No. 123 Tegal (0283)
356017
6. Ibu Ang Siu Lan Jl.
Udang No. 7 Tegal 081548134633
7. Ibu Tjutisari Jl.
Gurami No. 53 Tegal 08174939382
8. Bpk. Suriyadhammo Jl.
KH Nakhrawi No. 10 Tegal 085727489261
Dana Anda dapat
ditransfer ke rekening BCA 0479073688
a.n. YUNINGSIH ASTUTI - TUSITA WIJAYA
Semoga kebajikan yang dilakukan Bapak / Ibu / Saudara
berbuah dalam bentuk umur panjang, sehat walafiat, sukses dan berbahagia
bersama keluarga.
Semoga semua
makhluk hidup berbahagia.
Metta
Cittena,
Dayakasabha
Metta Vihara Tegal
ttd
ttd
Lie
Ing Beng Suriyadhammo
Ketua
Sekretaris
CINTA DAN
KOMITMEN
Cinta
Tanpa Syarat
|
Sewaktu saya masih
berumur sekitar 13 tahun, ayah memanggil saya dan mengatakan sesuatu yang
mengubah hidup saya. Kami berdua sedang berada di dalam mobilnya yang tua dan
usang, di pinggir jalan pemukiman miskin London .
Dia memutar badannya ke arah saya dan berkata: "Nak, apa pun yang kamu
lakukan dalam hidupmu, ketahuilah, pintu rumahku akan selalu terbuka
untukmu."
Saya hanyalah seorang
remaja belia pada waktu itu. Saya tidak benar-benar mengerti apa yang
dimaksudkan ayah, tapi saya tahu itu adalah sesuatu yang penting, maka saya
selalu mengingatnya. Ayah meninggal dunia tiga tahun kemudian.
Ketika saya menjadi
bhikkhu di Thailand
timur laut, saya kembali memikirkan kata-kata ayah. Rumah kami saat itu
hanyalah sebuah flat kecil di daerah miskin London , bukan sebuah rumah yang menarik untuk
dibukakan pintunya. Tetapi saya lalu menyadari bahwa bukan itu maksud ayah
sebenarnya. Apa yang terkandung dalam kata-kata ayah, seperti sebuah permata
yang terbungkus kain, adalah sebuah ungkapan cinta paling jernih yang pernah
saya dengar: "Nak, apa pun yang kamu lakukan dalam hidupmu, ketahuilah,
pintu hatiku akan selalu terbuka untukmu."
Ayah saya menawarkan
cinta tanpa syaratnya. Tidak ada maksud tersembunyi. Saya adalah anaknya, cukup
itu saja. Begitu indah. Begitu nyata. Dia sungguh-sungguh.
Diperlukan keberanian dan
kebijaksanaan untuk mengatakan hal tersebut kepada orang lain, untuk membuka
pintu hati Anda kepada seseorang, tanpa embel-embel "jika". Mungkin
kita berpikir mereka akan mengambil keuntungan dari kita, tapi bukan begitu,
tidak demikian menurut pengalaman saya. Sewaktu Anda menerima cinta semacam itu
dari orang lain, itu bagaikan menerima hadiah yang paling berharga. Anda
menghargainya, menyimpannya baik-baik di dalam hati, jangan sampai hilang.
Walaupun saat itu saya hanya mengerti sebagian dari maksud kata-kata ayah, saya
tidak berani menyakiti pria seperti itu. Jika Anda memberikan kata-kata itu
kepada orang yang dekat dengan Anda, jika Anda bersungguh-sungguh, jika itu
datang dari hati Anda, orang itu akan menyambut ke depan, bukan mundur, untuk
menggapai cinta Anda.
--- oOo ---
SEGENGGAM DAUN BODHI
KUMPULAN
TULISAN
BHIKKHU
DHAMMAVUDDHO MAHA THERA
HANYA KITALAH YANG DAPAT MENOLONG DIRI KITA SENDIRI
Jasa Kebajikan Duniawi dan Spritual
Di China terdapat seorang bhikkhu terkenal yang bernama Bodhidharma
yang merupakan salah satu bhikkhu terawal yang datang dari India ke China . Kaisar China mendengar tentang dirinya dan
mengundang Bodhidharma ke istananya. Sang Kaisar telah berbuat banyak
persembahan, misalnya dia telah membangun tempat ibadah untuk para bhikkhu
bhikkhuni, dan banyak panti asuhan, dan seterusnya. Jadi Sang Kaisar merasa
dirinya telah memiliki banyak jasa kebajikan. Maka iapun pergi bertemu dengan Bodhidharma
dan mengatakan kepadanya bahwa dia telah melakukan banyak
perbuatan-perbuatan bajik, dan bertanya kepadanya apakah dia sendiri memiliki
banyak jasa kebajikan.
Bodhidharma,
seorang yang bermoral dan yang polos sifatnya dengan sederhana
menjawabnya bahwa ia tidak memiliki jasa kebajikan. Sang Kaisar menjadi sangat
tak senang hatinya mendengar apa yang dikatakan oleh Bodhidharma, jadi
dia menolak untuk berbicara dengan bhikkhu tersebut lebih lanjut. Bodhidharma
kemudian meninggalkan istananya. Apa yang dimaksud Bodhidharma itu
adalah ada perbedaan antara jasa kebajikan duniawi dan spiritual.
Jasa
kebajikan duniawi itu yang disebut oleh kaum Chinese sebagai "foo
ter", dan jasa kebajikan spiritual sebagai "koong ter". Jasa
kebajikan duniawi itulah yang membawa kepada kelahiran kembali di alam yang
bahagia, seperti melatih kedermawanan dan perilaku baik. Jasa kebajikan
spiritual itu adalah kebajikan yang membawa diri anda terbebas dari samsara
(tumimbal lahir), seperti mempelajari Dhamma, melatih meditasi,
melepaskan keterikatan-keterikatan, dan seterusnya. Maka kita seharusnyalah
mampu membedakan jasa kebajikan duniawi dengan jasa kebajikan spiritual.
Melakukan banyak jasa kebajikan duniawi itu baik karena akan membantu dan
mendukung kita. Akan tetapi bila kita ingin terbebas dari samsara, maka
kita harus mempelajari ajaran Buddha, bermeditasi, dan melepaskan
keterikatan.
Kesimpulan
Buddha menasehati
kita untuk merenungi lima
hal ini dalam kehidupan sehari-hari kita. Pertama, "Saya akan mengalami
usia tua, saya belum terbebas dari usia tua." Perenungan kedua adalah
"Saya akan menderita penyakit, saya belum terbebas dari penyakit."
Ketiga, kita merenungi "Saya akan mengalami kematian, saya belum
terbebas dari kematian." Perenungan keempat adalah "Semua yang
menjadi milikku, yang kucintai dan yang menyenangkan hati, akan berubah,
terpisah dari diriku." Terakhir, kita merenungi bahwa "Saya adalah
pemilik kamma ku, penanggung kamma ku, lahir dari kamma ku, berhubungan dengan
kamma ku, didukung oleh kamma ku; apapun kamma yang saya lakukan, baik ataupun
jahat, itulah yang akan saya warisi."
Dalam
ketiga perenungan pertama di atas, kita merenungi bahwa diri kita akan menjadi
tua, jatuh sakit, dan kemudian meninggal. Dalam perenungan keempat, kita
merenungi bahwa orang-orang yang kita cintai dan menyenangkan hati kita
(termasuk harta benda kita), akan berubah, dan terpisah dari diri kita.
Perenungan kelima adalah perenungan bahwa kamma kita adalah pendukung
diri kita, dan kitalah yang akan mewarisi hasil kamma ini. Kita adalah
pemilik kamma kita, jadi kita harus berhati-hati dengan kamma kita.
Ini adalah perenungan yang baik untuk dilakukan.
Kadang-kadang
ketika kita memiliki masalah, misalnya menjadi sakit seperti mengidap penyakit
kanker, kita umumnya akan pergi ke segala tempat untuk mencari penyembuhan yang
mukjijat. Akan tetapi ketika kita memahami Dhamma ini, kita akan tetap mencari
usaha untuk mendapatkan penyembuhan tersebut, tetapi kita tidak akan sampai
tertekan batin secara tak karuan.
Kebanyakan
orang menjadi tertekan batinnya ketika masa hidup mereka telah mendekati
akhirnya karena mereka tak mempersiapkannya. Memahami Dhamma mempersiapkan
diri kita dalam menghadapi kematian. Kita mengerti dari Dhamma ini bahwa
semuanya adalah tak kekal keberadaannya; kita tahu bahwa karena kita
dilahirkan, maka kita akan meninggal hanya yang tak dilahirkan yang tak akan
meninggal. Ketika kita menerima kenyataan ini, maka ketika kematian datang,
kita dapat menerimanya dengan tenang. Bila kita tak dapat menerimanya, kita
akan sangat menderita.
Mereka
yang pergi ke sana
sini, mencari penyembuhan penyakit kanker mereka, walau mereka dapat menemukan
mukjijat tersebut dan sembuh, berapa lamakah mereka dapat hidup? Mungkin lima atau sepuluh tahun
lagi, tetapi kematian akan tetap datang suatu hari lagi. Ketika mereka melihat
datangnya kematian ini, mereka akan menggigil ketakutan lagi. Akan tetapi
ketika kita telah memahami Dhamma ini, maka kita telah mempersiapkan
diri kita, telah menjalani hidup kita dengan pandai.
Hidup
manusia itu sangat penting dibandingkan hidup di alam kehidupan lainnya karena
di alam manusia ini kita melakukan banyak Kamma. Ini karena kita banyak
menggunakan pikiran kita untuk berpikir.
Kata "manusia" mungkin berasal dari kata "mano"
kemampuan berpikir. Ketika kita menggunakan pikiran kita untuk merencanakan
atau melaksanakan rencana kita dengan niat tersebut, saat itu pulalah kita
membentuk kamma. Oleh sebab kita sebagai manusia membentuk banyak kamma,
hidup kita inipun menjadi sangat penting karena apa yang dilakukan kita
saat inilah yang akan menentukan beberapa kehidupan kita selanjutnya.
Selanjutnya
kehidupan di alam manusia ini sangat mendukung upaya kita dalam mengakhiri
penderitaan dan tumimbal lahir ini. Oleh
karena itu, hanya di sinilah anda dapat menemukan Buddha dan para Arahat
(A.N. 10.63) dan Sangha persaudaraan para bhikkhu. Jadi
sangatlah penting bagi kita untuk menjalani kehidupan kita sebagai manusia
dengan sepandai-pandainya, dan sebaik-baiknya agar kita dapat menjauhi diri
dari penderitaan yang tak layak, dan pada akhirnya mengakhiri semua
penderitaan.
"Bhikkhu,
seandainya seorang penjudi di lemparan (dadu) pertamanya yang sangat sial
kehilangan anak dan isterinya dan semua harta bendanya, dan selanjutnya dirinya
sendiri ditahan; akan tetapi kesialan lemparannya tersebut masih tak dapat
dibandingi; jauh lebih sial lemparan yang dibuat oleh seorang yang bodoh yang
beperilaku jahat melalui tubuhnya, ucapannya, dan pemikirannya; setelah
tubuhnya hancur, setelah kematiannya, ia
akan muncul di alam yang penuh penderitaan, di alam yang menderita, di
kesengsaraan panjang, di alam neraka sekalipun. Inilah puncaknya bagi mereka yang
bodoh...
Bhikkhu,
seandainya seorang penjudi di lemparan (dadu) pertamanya yang sangat beruntung
memenangkan jumlah yang luar biasa banyaknya, akan tetapi keberuntungan
lemparannya tersebut masih tak dapat dibandingi; jauh lebih beruntung lemparan
yang dibuat oleh seorang yang bijaksana yang berperilaku baik melalui tubuhnya,
ucapannya, dan pemikirannya; setelah tubuhnya hancur, setelah kematiannya, ia
akan muncul di alam yang penuh kebahagiaan di alam surga sekalipun. Inilah
puncaknya bagi mereka yang bijaksana..."
~
Balapandita Sutta (Majjhimma Nikaya 129)
--- oOo
---
SEGENGGAM
DAUN BODHI
Penerjemah
:
Yuliana
Lie Pannasiri, MBA
Andromeda
Nauli, Ph.D
Penyunting
:
Nana
Suriya Johnny, SE
Melangkah di Keheningan
Mengenal lebih dekat Bhikkhu Uttamo
dan ajaran Agama Buddha
Tanya:
Bhante,
kalau boleh tahu, apakah ada sesuatu yang menyebabkan Bhante menjadi Bhikkhu?
Jawab:
Alasan
saya menjadi bhikkhu sebenarnya sudah saya jawab bahwa ketika saya mempelajari
Dhamma maka untuk saya pribadi pelaksanaan Dhamma yang paling lengkap adalah
menjadi seorang bhikkhu. Jadi, bukan karena putus cinta, kurang kerjaan,
pelarian atas segala masalah keduniawian dan sebagainya. Dalam pandangan saya,
seseorang menjadi bhikkhu adalah karena ia mempunyai tekad, niat untuk itu.
Bukan karena 'panggilan' seperti yang banyak dikatakan orang. Sama sekali tidak
ada yang 'memanggil'. Niat sendiri. Niat yang timbul karena ia sudah merasa
bosan dengan berbagai kehidupan yang hanya seperti itu saja. Penuh dengan
rutinitas. Dengan menjadi bhikkhu, saya merasakan diri saya dapat memberikan
manfaat untuk diri sendiri maupun lingkungan. Pada waktu saya dilarang dan
ditangisi oleh ibu saya agar tidak menjadi bhikkhu, saya berkata, 'Saya menjadi
bhikkhu adalah menjadi orang yang berusaha selalu berbuat baik, kenapa harus
ditangisi? Apakah maksudnya agar saya justru harus berbuat tidak baik agar
tidak ditangisi? Namun, ibu saya berkata, "Manusia hidup adalah selalu
berpasangan, karena itu janganlah menjadi bhikkhu." Atas pernyataan ini
saya menjawab lagi, "Kalau manusia selalu hidup berpasangan, kenapa banyak
dijumpai orang yang tidak menikah sampai tua, padahal ia juga sudah berusaha
mendapatkan pasangan hidup? Kalau demikian, pernikahan tentu bukan keharusan
maupun kewajiban. Pernikahan adalah pilihan." Dengan penegasan ini
akhirnya saya diperkenankan oleh ibu untuk ditabhiskan menjadi bhikkhu sampai
sekarang.
Tanya :
Bhante,
apakah Agama Buddha bisa dijalankan hanya Dhammanya saja tanpa menjalankan
tradisinya?
Jawab:
Menjawab
pertanyaan, apakah Agama Buddha dapat dilepaskan dari tradisi, perlu ditegaskan
di sini bahwa kiranya di dunia ini tidak ada seorang manusia pun yang mampu
membebaskan diri dari tradisi, tempat ia dibesarkan atau tinggal. Mengapa
demikian? Seseorang menggunakan baju dengan bentuk tertentu atau berbahasa
tertentu semuanya adalah bagian dari tradisi masyarakat sekitarnya. Demikian
pula dengan menjadi umat Buddha, tentunya tidak dapat dilepaskan dari tradisi.
Upacara ritual dengan menggunakan area Sang Buddha adalah bagian dari tradisi,
demikian pula dengan bahasa Pali yang dipergunakan, duduk di lantai dsb. Semua
tradisi itu bukan dihilangkan, melainkan disesuaikan /dengan kondisi setempat.
Terhadap orangtua yang tidak mampu duduk di lantai, mungkin pada saat puja
bakti diperlukan bangku yang lebih tinggi agar mereka nyaman duduk. Kondisi ini
tentu akan membentuk tradisi baru. Jadi, pada akhirnya seseorang hanya berubah
dari satu tradisi ke tradisi yang lain. Begitu pula dengan Bahasa Pali yang
dipergunakan untuk upacara ritual, mungkin suatu saat akan diganti dengan
Bahasa Indonesia. Pergantian ini hanya mengubah tradisi India ke tradisi Indonesia . Namun, upacara ritual
tetap mempergunakan salah satu tradisi yang disepakati. Karena manusia memang
tidak bisa terlepas dari tradisi, maka Buddha Dhamma di dunia ini juga tidak
pernah lepas dari tradisi. Pada umumnya, orang menyebutkan adanya tiga tradisi
besar dalam Agama Buddha. Ketiga tradisi itu adalah Agama Buddha dengan tradisi
India , tradisi Tiongkok dan
tradisi Tibet .
Tradisi India
adalah tradisi tempat asal mula Sang Buddha Gotama sebagai pembabar Dhamma,
pendiri Agama Buddha. Tradisi Tiongkok dipergunakan sebagai pengganti tradisi India
bersamaan dengan masuknya Buddha Dhamma ke daratan Tiongkok. Sedangkan tradisi Tibet dipergunakan ketika Agama Buddha mulai
berkembang di Tibet .
Tentu saja, dari tiga tradisi besar itu masih mungkin muncul tradisi lainnya
yang lebih kecil. Misalnya, ketika Agama
Buddha berkembang di Indonesia ,
tentu tidak tertutup kemungkinan adanya pengaruh tradisi Indonesia di dalamnya. Salah satu
bentuk tradisi Indonesia
yang ada di Agama Buddha adalah penggunaan bunga mawar merah dan mawar putih di
altar sebagai bentuk penghormatan. Bunga mawar ini sepertinya lebih dikenal di Indonesia daripada di negara India , Tiongkok maupun Tibet . Namun, penggunaan mawar
sebagai bagian penghormatan ini dianggap tidak bertentangan dengan Ajaran Pokok
Sang Buddha yang intinya adalah kerelaan, kemoralan serta konsentrasi. Ketiga
pokok Ajaran inilah yang bersifat sangat universal.
--- oOo ---
TANYA JAWAB DENGAN
BHIKKHU UTTAMO
Dari : Joni, Jakarta
Namo Buddhaya Bhante,
Belakangan
ini saya terpaksa berbohong kepada papa saya agar saya dapat pergi ke vihara.
Papa saya tidak terlalu suka kalau saya sering pergi ke vihara. Tapi kebohongan
saya tidak 100% artinya apabila saya di tanya hendak pergi ke mana, saya menjawab
ke rumah teman saya, maka sebelum atau sesudah dari vihara saya memang benar
pergi ke rumah teman saya.
Apakah
yang saya lakukan salah? Atau Bhante punya cara yang lebih baik agar saya dapat
tetap ke vihara tanpa menyakiti papa saya. Terima kasih Bhante.
Jawaban:
Mempunyai
orangtua yang kurang pengertian tentang manfaat ke vihara memang cukup
menimbulkan permasalahan rumit. Di satu sisi, anak ingin ke vihara sedangkan di
sisi lain, ia harus dapat mencegah omelan bahkan kemarahan orangtua apabila
mereka mengetahui anaknya ke vihara.
Namun,
masalah ini hendaknya jangan dijadikan alasan untuk melakukan kebohongan kepada
orangtua. Kebohongan, walaupun dilakukan dengan terpaksa adalah tetap merupakan
kamma buruk meski tidak terlalu besar nilainya.
Oleh
karena itu, daripada berbohong agar dapat pergi ke vihara lebih baik sebagai
anak berusaha mengetahui penyebab orangtua tidak suka anaknya pergi ke vihara.
Setelah mengetahui penyebabnya, maka berusahalah menyakinkan orangtua bahwa
sebagai anak tidak akan melakukan hal yang mereka kuatirkan tersebut
Selain
itu, ada baiknya mengkondisikan orangtua mempunyai pengertian yang benar akan
Buddha Dhamma dengan memutar kaset ceramah Dhamma di rumah atau di mobil selama
melakukan perjalanan sehingga orangtua 'terpaksa' mendengarkan Dhamma. Jika
salah satu topik ceramah Dhamma tersebut kebetulan sesuai dengan yang mereka
harapkan, maka ada kemungkinan mereka akan lebih bijaksana dalam menyikapi
kepergian anaknya ke vihara. Mungkin mereka lebih mudah memberikan ijin anaknya
mengikuti berbagai kegiatan di vihara.
Selain
mengkondisikan mereka mendengar ceramah Dhamma, ada baiknya pula meletakkan
berbagai buku Dhamma yang berisikan penerapan Buddha Dhamma dalam kehidupan
sehari-hari dan manfaat ke vihara di tempat mereka biasa duduk lama di dalam
rumah. Dengan demikian, mungkin mereka akan membaca salah satunya. Dengan
membaca buku-buku Dhamma tersebut mereka akan bertambah pengertiannya pada
keluhuran serta manfaat Ajaran Sang Buddha untuk kehidupan sehari-hari. Mereka
secara bertahap akan semakin menyadari bahwa Buddha Dhamma bukan hanya
berisikan doa serta ritual keagamaan saja, melainkan banyak cara yang diajarkan
oleh Sang Buddha untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup ini.
Memberikan
pengertian yang benar kepada orangtua dapat pula dilakukan dengan meminta
bantuan kepada orang yang dipercaya dan didengar ucapannya oleh orangtua.
Dengan saran dan masukan dari orang itu, diharapkan orangtua akan lebih
memahami manfaat anaknya ke vihara serta memberikan ijin anaknya untuk melakukan
berbagai kegiatan di vihara.
Meskipun
demikian, sebaiknya anak berangkat ke vihara setelah menyelesaikan terlebih
dahulu berbagai kegiatan dan tugas yang ada di rumah. Dengan demikian, orangtua
tidak merasa kepergian anak ke vihara sebagai 'pelarian' atau usaha menghindari
berbagai tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan orangtua kepada anaknya.
Semoga saran singkat ini dapat dijadikan renungan untuk mengatasi masalah rumit
dalam keluarga tanpa harus membohongi orangtua. Semoga segala keputusan yang
dibuat dapat menimbulkan kebahagiaan dan manfaat untuk kedua belah pihak.
Semoga
selalu bahagia.
Kitab Suci Agama Buddha bagian dari
Khuddaka
Nikaya, Sutta Pitaka
Judul asli : The
Sutta-Nipata
Translated from The Pali by H. Saddatissa
3. KHAGGAVISANA SUTTA
Cula
Unicorn
Kemelekatan indera dan hubungan dengan orang lain harus dihindari
13 Sungguh terpuji bila kita
dapat menggalang persahabatan dan memperoleh sahabat mereka yang lebih tinggi
atau sejajar dalam pencapaian atau perkembangan batin harus dijadikan sahabat.
Bila tidak menemukan kawan yang menikmati makanan tanpa cela seperti itu ................................................. (47)
14 Setelah melihat gelang-gelang
emas yang gemerlapan, yang dikerjakan dengan cermat oleh pandai-emas, yang
bergemerincing saat saling bersentuhan di tangan seseorang .................... (48)
15 Maka, "Bila hidup dengan orang lain, saya terpaksa harus
berbicara terlalu banyak atau marah padanya." Karena melihat rasa takut
ini di masa depan .......................................................... (49)
16 Obyek-obyek indera memang benar-benar beraneka, manis dan
menyenangkan, namun mengacaukan pikiran lewat ilusinya. Karena melihat
akibat-akibat obyek indera yang tidak sehat ini...... (50)
17 'Obyek-obyek indera merupakan
penyebab malapetaka, bahaya, penyakit, anak panah, dan rasa takut bagiku.'
Karena melihat bahaya yang berasal dari obyek-obyek indera ini............................ (51)
18 Ada rasa dingin, panas, lapar, haus, angin,
matahari, serangga, ular. Setelah bertahan terhadap semuanya ini (52)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar