Senin, 26 Agustus 2013

RIVI NOVEMBER 2012

Tegal, 24 November 2012                                                                                      
No : 63, Tahun Keenam

Penasehat                    :    Ketua Yayasan Metta Jaya
Penanggung Jawab     :    Ketua Dayakasabha Metta Vihara Tegal
Pimpinan Redaksi       :    Ibu Tjutisari
Redaksi Pelaksana      :    1.     Ibu Pranoto                 4.     Liliyani                                                
                                                        2.     Suriya Dhammo           5.     Sumedha Amaravathi
                                                        3.     Ade Kristanto
Alamat Redaksi           :    Metta Vihara
                                                        Jl. Udang No. 8 Tegal Telp. (0283) 323570
BCA No Rek : 0479073688  an. YUNINGSIH ASTUTI - TUSITA WIJAYA


DHAMMAPADA ATTAKHATA
Bab I - Syair 16
Di dunia ini ia bergembira, di dunia sana ia bergembira; pelaku kebajikan bergembira di kedua dunia itu. la bergembira dan bersuka cita karena melihat perbuatannya sendiri yang bersih.


Kisah Upasaka Dhammika

Di Savatthi ada seseorang yang bernama Dhammika. la seorang umat yang berbudi luhur dan sangat gemar memberikan dana. Selain sering memberikan dana makanan serta kebutuhan lain kepada para bhikkhu secara tetap, juga sering berdana pada waktu-waktu yang istimewa. Pada kenyataannya, ia merupakan pemimpin dari lima ratus umat Buddha yang berbudi luhur dan tinggal di dekat Savatthi.
Dhammika mempunyai tujuh orang putra dan tujuh orang putri. Sama seperti ayahnya, mereka semuanya ber­budi luhur dan tekun berdana. Ketika Dhammika jatuh sakit. dan berbaring di tempat tidurnya ia membuat permohonan kepada Sangha untuk datang kepadanya, untuk membacakan paritta-paritta suci di samping pembaringannya.
Ketika para bhikkhu membacakan "Mahasatipatthana Sutta", enam kereta berkuda yang penuh hiasan dari enam alam surga datang mengundangnya pergi ke masing-masing alam. Dhammika berkata kepada mereka untuk menunggu sebentar, takut kalau mengganggu pembacaan sutta. Bhikkhu-bhikkhu itu berpikir bahwa mereka di suruh untuk berhenti, maka mereka berhenti dan kemudian meninggalkan tempat itu.
Sesaat kemudian, Dhammika memberitahu anak-anaknya tentang enam kereta kuda yang penuh hiasan sedang menunggunya. la memutuskan untuk memilih kereta kuda dari surga Tusita dan menyuruh salah satu dari anaknya memasukkan karangan bunga pada kereta kuda tersebut. Kemudian ia meninggal dunia, dan terlahir kembali di surga Tusita.

Demikianlah orang berbudi luhur berbahagia di dunia ini sama seperti di alam berikutnya.
Hal ini dibabarkan Sang Buddha sebagai syair berikut:
Di dunia ini ia bergembira, di dunia sana ia bergembira; pelaku kebajikan bergembira di kedua dunia itu. la bergembira dan bersuka cita karena melihat perbuatannya sendiri yang bersih.

--- oOo ---

SEKAPUR SIRIH

Masa Vassa adalah saat musim penghujan, Bhikkhu menetap di satu vihara selama 3 bulan. Setelah selesai masa Vassa kita memasuki masa bulan Kathina dimana setahun sekali selama satu bulan kita punya kesempatan berdana kepada Bhikkhu Sangha, merupakan kesempatan terbaik untuk memberikan dana pada Bhikkhu Sangha.
Panitia Kathina Metta Vihara Tegal mengadakan upacara Dana di bulan Kathina pada tanggal 17 November 2012 disertai donor darah pada 25 November 2012.
Melangkah di Keheningan, Tanya Jawab dengan Bhikkhu Uttamo "Kenapa beliau menjadi Bhikkhu?, Ajahn Brahm menulis Cinta dan Komitmen dengan judul "Cinta Tanpa Syarat".
Semoga tulisan yang diambil dari berbagai sumber dapat menambah wawasan Bapak / Ibu / Saudara. Redaksi menyadari bahwa masih banyak kekurangan di sana-sini, untuk menyempurnakan Redaksi mengharap saran dan masukan dari Bapak / Ibu / Saudara agar Buletin Brivi dapat tampil lebih menarik lagi. Tanpa dukungan dari Anda semua Redaksi tak dapat berbuat banyak.
Atas perhatian dan partisipasi Bapak / Ibu / Saudara kami ucapkan Anumodana dan terima kasih. Semoga kehadiran Buletin Brivi Metta Vihara Tegal membawa manfaat bagi kita semua.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
Sadhu, Sadhu, Sadhu.

Metta Cittena
Redaksi
--- oOo ---

RUANG PENGHORMATAN LELUHUR
ADIGUNA SARANA - METTA VIHARA TEGAL


Dengan memasang foto leluhur dan sanak keluarga yang telah meninggal dunia di Ruang Penghormatan Leluhur Adiguna Sarana, Anda mempunyai kesempatan melimpahkan jasa kebajikan dengan berdana Rp 20.000,- (dua puluh ribu rupiah) setiap bulan. Terbuka kesempatan berbuat kebajikan dan melimpahkan jasa kepada para leluhur dengan harapan mereka dapat merasakan kebahagiaan yang kita limpahkan. Setiap ce it dan cap go diadakan puja bakti Uposatha. Semoga semua makhluk hidup berbahgia.
Bagi Bapak / Ibu / Saudara yang ingin memberi dana untuk Metta Vihara dapat menghubungi :
1.    Metta Vihara                                        Jl. Udang No. 8 Tegal                   (0283) 323570
2.    Bpk/Ibu Lukman Susilo (Apt. Nasional)       Jl. P. Diponegoro 119 Tegal           081802855355
3.    Bpk. Lie Ing Beng (Tk. Mira)                     Jl. HOS Cokroaminoto 69 Tegal       081326979788
4.    Ibu Pranoto                                         Jl. Cendrawasih No. 17 Tegal          (0283) 351238
5.    Ibu Tusita Wijaya (Tk. Gema Jadi)              Jl. Salak No. 123 Tegal                  (0283) 356017
6.    Ibu Ang Siu Lan                                     Jl. Udang No. 7 Tegal                   081548134633
7.    Ibu Tjutisari                                         Jl. Gurami No. 53 Tegal                 08174939382
8.    Bpk. Suriyadhammo                               Jl. KH Nakhrawi No. 10 Tegal          085727489261
Dana Anda dapat ditransfer ke rekening BCA 0479073688
a.n. YUNINGSIH ASTUTI - TUSITA WIJAYA
Semoga kebajikan yang dilakukan Bapak / Ibu / Saudara berbuah dalam bentuk umur panjang, sehat walafiat, sukses dan berbahagia bersama keluarga.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.
                                                                                 Metta Cittena,
                                                                     Dayakasabha Metta Vihara Tegal
                                                                      ttd                                 ttd
                                                                Lie Ing Beng                   Suriyadhammo
                                                                     Ketua                          Sekretaris
KESEMPATAN MENANAM BIBIT UNGGUL
DI LADANG YANG SUBUR

Banyak memberi, menjaga moral dengan sila, membersihkan batin dengan samadhi, hidup bahagia sekarang dan di masa yang akan datang.

Dalam rangka meningkatkan pembinaan mental spiritual umat Buddha di Metta Vihara Tegal, Dayakasabha Metta Vihara akan mengadakan Dhamma Class secara berkala dengan mengundang Bhikkhu dan Pandita Duta Dharma dari berbagai kota, meningkatkan pendidikan agama Buddha di sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut membutuhkan dana untuk transportasi. Pada kesempatan ini kami ingin mengajak Bapak / Ibu / Saudara untuk ikut berpartisipasi menjadi donatur tetap meningkatkan donatur bulanan Metta Vihara Tegal.
Ibarat menanam bibit unggul di ladang yang subur, akan menghasilkan panen yang berlimpah. Dengan menjadi donatur Metta Vihara Tegal Bapak / Ibu / Saudara telah menanam bibit unggul di ladang yang subur. Berdana kepada Metta Vihara akan memperoleh berkah kebajikan yang melimpah dan banyak membawa manfaat bagi orang banyak.
Bagi Bapak / Ibu / Saudara yang ingin memberi dana untuk Metta Vihara dapat menghubungi :
1.    Metta Vihara                                        Jl. Udang No. 8 Tegal                   (0283) 323570
2.    Bpk/Ibu Lukman Susilo (Apt. Nasional)       Jl. P. Diponegoro 119 Tegal           081802855355
3.    Bpk. Lie Ing Beng (Tk. Mira)                     Jl. HOS Cokroaminoto 69 Tegal       081326979788
4.    Ibu Pranoto                                         Jl. Cendrawasih No. 17 Tegal          (0283) 351238
5.    Ibu Tusita Wijaya (Tk. Gema Jadi)              Jl. Salak No. 123 Tegal                  (0283) 356017
6.    Ibu Ang Siu Lan                                     Jl. Udang No. 7 Tegal                   081548134633
7.    Ibu Tjutisari                                         Jl. Gurami No. 53 Tegal                 08174939382
8.    Bpk. Suriyadhammo                               Jl. KH Nakhrawi No. 10 Tegal          085727489261
Dana Anda dapat ditransfer ke rekening BCA 0479073688
a.n. YUNINGSIH ASTUTI - TUSITA WIJAYA

Semoga kebajikan yang dilakukan Bapak / Ibu / Saudara berbuah dalam bentuk umur panjang, sehat walafiat, sukses dan berbahagia bersama keluarga.
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

                                                                                 Metta Cittena,
                                                                     Dayakasabha Metta Vihara Tegal
                                                                      ttd                                 ttd
                                                                Lie Ing Beng                   Suriyadhammo
                                                                     Ketua                          Sekretaris

CINTA DAN KOMITMEN

Cinta Tanpa Syarat

AJAHN BRAHM
 
 


Sewaktu saya masih berumur sekitar 13 tahun, ayah memanggil saya dan mengatakan sesuatu yang mengubah hidup saya. Kami berdua sedang berada di dalam mobilnya yang tua dan usang, di pinggir jalan pemukiman miskin London. Dia memutar badannya ke arah saya dan berkata: "Nak, apa pun yang kamu lakukan dalam hidupmu, ketahuilah, pintu rumahku akan selalu terbuka untukmu."
Saya hanyalah seorang remaja belia pada waktu itu. Saya tidak benar-benar mengerti apa yang dimaksudkan ayah, tapi saya tahu itu adalah sesuatu yang penting, maka saya selalu mengingatnya. Ayah meninggal dunia tiga tahun kemudian.
Ketika saya menjadi bhikkhu di Thailand timur laut, saya kembali memikirkan kata-kata ayah. Rumah kami saat itu hanyalah sebuah flat kecil di daerah miskin London, bukan sebuah rumah yang menarik untuk dibukakan pintunya. Tetapi saya lalu menyadari bahwa bukan itu maksud ayah sebenarnya. Apa yang terkandung dalam kata-kata ayah, seperti sebuah permata yang terbungkus kain, adalah sebuah ungkapan cinta paling jernih yang pernah saya dengar: "Nak, apa pun yang kamu lakukan dalam hidupmu, ketahuilah, pintu hatiku akan selalu terbuka untukmu."
Ayah saya menawarkan cinta tanpa syaratnya. Tidak ada maksud tersembunyi. Saya adalah anaknya, cukup itu saja. Begitu indah. Begitu nyata. Dia sungguh-sungguh.
Diperlukan keberanian dan kebijaksanaan untuk mengatakan hal tersebut kepada orang lain, untuk membuka pintu hati Anda kepada seseorang, tanpa embel-embel "jika". Mungkin kita berpikir mereka akan mengambil keuntungan dari kita, tapi bukan begitu, tidak demikian menurut pengalaman saya. Sewaktu Anda menerima cinta semacam itu dari orang lain, itu bagaikan menerima hadiah yang paling berharga. Anda menghargainya, menyimpannya baik-baik di dalam hati, jangan sampai hilang. Walaupun saat itu saya hanya mengerti sebagian dari maksud kata-kata ayah, saya tidak berani menyakiti pria seperti itu. Jika Anda memberikan kata-kata itu kepada orang yang dekat dengan Anda, jika Anda bersungguh-sungguh, jika itu datang dari hati Anda, orang itu akan menyambut ke depan, bukan mundur, untuk menggapai cinta Anda.

--- oOo ---
SEGENGGAM DAUN BODHI
KUMPULAN TULISAN
BHIKKHU DHAMMAVUDDHO MAHA THERA

HANYA KITALAH YANG DAPAT MENOLONG DIRI KITA SENDIRI
Jasa Kebajikan Duniawi dan Spritual
Di China terdapat seorang bhikkhu terkenal yang bernama Bodhidharma yang merupakan salah satu bhikkhu terawal yang datang dari India ke China. Kaisar China mendengar tentang dirinya dan mengundang Bodhidharma ke istananya. Sang Kaisar telah berbuat banyak persembahan, misalnya dia telah membangun tempat ibadah untuk para bhikkhu bhikkhuni, dan banyak panti asuhan, dan seterusnya. Jadi Sang Kaisar merasa dirinya telah memiliki banyak jasa kebajikan. Maka iapun pergi bertemu dengan Bodhidharma dan mengatakan kepadanya bahwa dia telah melakukan banyak perbuatan-perbuatan bajik, dan bertanya kepadanya apakah dia sendiri memiliki banyak jasa kebajikan.
Bodhidharma, seorang yang bermoral dan yang polos sifatnya dengan sederhana menjawabnya bahwa ia tidak memiliki jasa kebajikan. Sang Kaisar menjadi sangat tak senang hatinya mendengar apa yang dikatakan oleh Bodhidharma, jadi dia menolak untuk berbicara dengan bhikkhu tersebut lebih lanjut. Bodhidharma kemudian meninggalkan istananya. Apa yang dimaksud Bodhidharma itu adalah ada perbedaan antara jasa kebajikan duniawi dan spiritual.
Jasa kebajikan duniawi itu yang disebut oleh kaum Chinese sebagai "foo ter", dan jasa kebajikan spiritual sebagai "koong ter". Jasa kebajikan duniawi itulah yang membawa kepada kelahiran kembali di alam yang bahagia, seperti melatih kedermawanan dan perilaku baik. Jasa kebajikan spiritual itu adalah kebajikan yang membawa diri anda terbebas dari samsara (tumimbal lahir), seperti mempelajari Dhamma, melatih meditasi, melepaskan keterikatan-keterikatan, dan seterusnya. Maka kita seharusnyalah mampu membedakan jasa kebajikan duniawi dengan jasa kebajikan spiritual. Melakukan banyak jasa kebajikan duniawi itu baik karena akan membantu dan mendukung kita. Akan tetapi bila kita ingin terbebas dari samsara, maka kita harus mempelajari ajaran Buddha, bermeditasi, dan melepaskan keterikatan.

Kesimpulan
Buddha menasehati kita untuk merenungi lima hal ini dalam kehidupan sehari-hari kita. Pertama, "Saya akan mengalami usia tua, saya belum terbebas dari usia tua." Perenungan kedua adalah "Saya akan menderita penyakit, saya belum terbebas dari penyakit." Ketiga, kita merenungi "Saya akan mengalami kematian, saya belum terbebas dari kematian." Perenungan keempat adalah "Semua yang menjadi milikku, yang kucintai dan yang menyenangkan hati, akan berubah, terpisah dari diriku." Terakhir, kita merenungi bahwa "Saya adalah pemilik kamma ku, penanggung kamma ku, lahir dari kamma ku, berhubungan dengan kamma ku, didukung oleh kamma ku; apapun kamma yang saya lakukan, baik ataupun jahat, itulah yang akan saya warisi."
Dalam ketiga perenungan pertama di atas, kita merenungi bahwa diri kita akan menjadi tua, jatuh sakit, dan kemudian meninggal. Dalam perenungan keempat, kita merenungi bahwa orang-orang yang kita cintai dan menyenangkan hati kita (termasuk harta benda kita), akan berubah, dan terpisah dari diri kita. Perenungan kelima adalah perenungan bahwa kamma kita adalah pendukung diri kita, dan kitalah yang akan mewarisi hasil kamma ini. Kita adalah pemilik kamma kita, jadi kita harus berhati-hati dengan kamma kita. Ini adalah perenungan yang baik untuk dilakukan.
Kadang-kadang ketika kita memiliki masalah, misalnya menjadi sakit seperti mengidap penyakit kanker, kita umumnya akan pergi ke segala tempat untuk mencari penyembuhan yang mukjijat. Akan tetapi ketika kita memahami Dhamma ini, kita akan tetap mencari usaha untuk mendapatkan penyembuhan tersebut, tetapi kita tidak akan sampai tertekan batin secara tak karuan.
Kebanyakan orang menjadi tertekan batinnya ketika masa hidup mereka telah mendekati akhirnya karena mereka tak mempersiapkannya. Memahami Dhamma mempersiapkan diri kita dalam menghadapi kematian. Kita mengerti dari Dhamma ini bahwa semuanya adalah tak kekal keberadaannya; kita tahu bahwa karena kita dilahirkan, maka kita akan meninggal hanya yang tak dilahirkan yang tak akan meninggal. Ketika kita menerima kenyataan ini, maka ketika kematian datang, kita dapat menerimanya dengan tenang. Bila kita tak dapat menerimanya, kita akan sangat menderita.
Mereka yang pergi ke sana sini, mencari penyembuhan penyakit kanker mereka, walau mereka dapat menemukan mukjijat tersebut dan sembuh, berapa lamakah mereka dapat hidup? Mungkin lima atau sepuluh tahun lagi, tetapi kematian akan tetap datang suatu hari lagi. Ketika mereka melihat datangnya kematian ini, mereka akan menggigil ketakutan lagi. Akan tetapi ketika kita telah memahami Dhamma ini, maka kita telah mempersiapkan diri kita, telah menjalani hidup kita dengan pandai.
Hidup manusia itu sangat penting dibandingkan hidup di alam kehidupan lainnya karena di alam manusia ini kita melakukan banyak Kamma. Ini karena kita banyak menggunakan pikiran kita untuk berpikir.   Kata "manusia" mungkin berasal dari kata "mano" kemampuan berpikir. Ketika kita menggunakan pikiran kita untuk merencanakan atau melaksanakan rencana kita dengan niat tersebut, saat itu pulalah kita membentuk kamma. Oleh sebab kita sebagai manusia membentuk banyak kamma, hidup kita inipun menjadi sangat penting karena apa yang dilakukan kita saat inilah yang akan menentukan beberapa kehidupan kita selanjutnya.
Selanjutnya kehidupan di alam manusia ini sangat mendukung upaya kita dalam mengakhiri penderitaan dan tumimbal lahir ini.  Oleh karena itu, hanya di sinilah anda dapat menemukan Buddha dan para Arahat (A.N. 10.63) dan Sangha persaudaraan para bhikkhu. Jadi sangatlah penting bagi kita untuk menjalani kehidupan kita sebagai manusia dengan sepandai-pandainya, dan sebaik-baiknya agar kita dapat menjauhi diri dari penderitaan yang tak layak, dan pada akhirnya mengakhiri semua penderitaan.
"Bhikkhu, seandainya seorang penjudi di lemparan (dadu) pertamanya yang sangat sial kehilangan anak dan isterinya dan semua harta bendanya, dan selanjutnya dirinya sendiri ditahan; akan tetapi kesialan lemparannya tersebut masih tak dapat dibandingi; jauh lebih sial lemparan yang dibuat oleh seorang yang bodoh yang beperilaku jahat melalui tubuhnya, ucapannya, dan pemikirannya; setelah tubuhnya hancur,  setelah kematiannya, ia akan muncul di alam yang penuh penderitaan, di alam yang menderita, di kesengsaraan panjang, di alam neraka sekalipun. Inilah puncaknya bagi mereka yang bodoh...
Bhikkhu, seandainya seorang penjudi di lemparan (dadu) pertamanya yang sangat beruntung memenangkan jumlah yang luar biasa banyaknya, akan tetapi keberuntungan lemparannya tersebut masih tak dapat dibandingi; jauh lebih beruntung lemparan yang dibuat oleh seorang yang bijaksana yang berperilaku baik melalui tubuhnya, ucapannya, dan pemikirannya; setelah tubuhnya hancur, setelah kematiannya, ia akan muncul di alam yang penuh kebahagiaan di alam surga sekalipun. Inilah puncaknya bagi mereka yang bijaksana..."
~ Balapandita Sutta (Majjhimma Nikaya 129)
--- oOo ---
SEGENGGAM DAUN BODHI
Penerjemah :
Yuliana Lie Pannasiri, MBA
Andromeda Nauli, Ph.D
Penyunting :
Nana Suriya Johnny, SE

Melangkah di Keheningan
Mengenal lebih dekat Bhikkhu Uttamo
dan ajaran Agama Buddha




Tanya:
Bhante, kalau boleh tahu, apakah ada sesuatu yang menyebabkan Bhante menjadi Bhikkhu?

Jawab:
Alasan saya menjadi bhikkhu sebenarnya sudah saya jawab bahwa ketika saya mempelajari Dhamma maka untuk saya pribadi pelaksanaan Dhamma yang paling lengkap adalah menjadi seorang bhikkhu. Jadi, bukan karena putus cinta, kurang kerjaan, pelarian atas segala masalah keduniawian dan sebagainya. Dalam pandangan saya, seseorang menjadi bhikkhu adalah karena ia mempunyai tekad, niat untuk itu. Bukan karena 'panggilan' seperti yang banyak dikatakan orang. Sama sekali tidak ada yang 'memanggil'. Niat sendiri. Niat yang timbul karena ia sudah merasa bosan dengan berbagai kehidupan yang hanya seperti itu saja. Penuh dengan rutinitas. Dengan menjadi bhikkhu, saya merasakan diri saya dapat memberikan manfaat untuk diri sendiri maupun lingkungan. Pada waktu saya dilarang dan ditangisi oleh ibu saya agar tidak menjadi bhikkhu, saya berkata, 'Saya menjadi bhikkhu adalah menjadi orang yang berusaha selalu berbuat baik, kenapa harus ditangisi? Apakah maksudnya agar saya justru harus berbuat tidak baik agar tidak ditangisi? Namun, ibu saya berkata, "Manusia hidup adalah selalu berpasangan, karena itu janganlah menjadi bhikkhu." Atas pernyataan ini saya menjawab lagi, "Kalau manusia selalu hidup berpasangan, kenapa banyak dijumpai orang yang tidak menikah sampai tua, padahal ia juga sudah berusaha mendapatkan pasangan hidup? Kalau demikian, pernikahan tentu bukan keharusan maupun kewajiban. Pernikahan adalah pilihan." Dengan penegasan ini akhirnya saya diperkenankan oleh ibu untuk ditabhiskan menjadi bhikkhu sampai sekarang.

Tanya :
Bhante, apakah Agama Buddha bisa dijalankan hanya Dhammanya saja tanpa menjalankan tradisinya?

Jawab:
Menjawab pertanyaan, apakah Agama Buddha dapat dilepaskan dari tradisi, perlu ditegaskan di sini bahwa kiranya di dunia ini tidak ada seorang manusia pun yang mampu membebaskan diri dari tradisi, tempat ia dibesarkan atau tinggal. Mengapa demikian? Seseorang menggunakan baju dengan bentuk tertentu atau berbahasa tertentu semuanya adalah bagian dari tradisi masyarakat sekitarnya. Demikian pula dengan menjadi umat Buddha, tentunya tidak dapat dilepaskan dari tradisi. Upacara ritual dengan menggunakan area Sang Buddha adalah bagian dari tradisi, demikian pula dengan bahasa Pali yang dipergunakan, duduk di lantai dsb. Semua tradisi itu bukan dihilangkan, melainkan disesuaikan /dengan kondisi setempat. Terhadap orangtua yang tidak mampu duduk di lantai, mungkin pada saat puja bakti diperlukan bangku yang lebih tinggi agar mereka nyaman duduk. Kondisi ini tentu akan membentuk tradisi baru. Jadi, pada akhirnya seseorang hanya berubah dari satu tradisi ke tradisi yang lain. Begitu pula dengan Bahasa Pali yang dipergunakan untuk upacara ritual, mungkin suatu saat akan diganti dengan Bahasa Indonesia. Pergantian ini hanya mengubah tradisi India ke tradisi Indonesia. Namun, upacara ritual tetap mempergunakan salah satu tradisi yang disepakati. Karena manusia memang tidak bisa terlepas dari tradisi, maka Buddha Dhamma di dunia ini juga tidak pernah lepas dari tradisi. Pada umumnya, orang menyebutkan adanya tiga tradisi besar dalam Agama Buddha. Ketiga tradisi itu adalah Agama Buddha dengan tradisi India, tradisi Tiongkok dan tradisi Tibet. Tradisi India adalah tradisi tempat asal mula Sang Buddha Gotama sebagai pembabar Dhamma, pendiri Agama Buddha. Tradisi Tiongkok dipergunakan sebagai pengganti tradisi India bersamaan dengan masuknya Buddha Dhamma ke daratan Tiongkok. Sedangkan tradisi Tibet dipergunakan ketika Agama Buddha mulai berkembang di Tibet. Tentu saja, dari tiga tradisi besar itu masih mungkin muncul tradisi lainnya yang lebih kecil. Misalnya,  ketika Agama Buddha berkembang di Indonesia, tentu tidak tertutup kemungkinan adanya pengaruh tradisi Indonesia di dalamnya. Salah satu bentuk tradisi Indonesia yang ada di Agama Buddha adalah penggunaan bunga mawar merah dan mawar putih di altar sebagai bentuk penghormatan. Bunga mawar ini sepertinya lebih dikenal di Indonesia daripada di negara India, Tiongkok maupun Tibet. Namun, penggunaan mawar sebagai bagian penghormatan ini dianggap tidak bertentangan dengan Ajaran Pokok Sang Buddha yang intinya adalah kerelaan, kemoralan serta konsentrasi. Ketiga pokok Ajaran inilah yang bersifat sangat universal.
--- oOo ---


TANYA JAWAB DENGAN BHIKKHU UTTAMO

Dari : Joni, Jakarta
Namo Buddhaya Bhante,
Belakangan ini saya terpaksa berbohong kepada papa saya agar saya dapat pergi ke vihara. Papa saya tidak terlalu suka kalau saya sering pergi ke vihara. Tapi kebohongan saya tidak 100% artinya apabila saya di tanya hendak pergi ke mana, saya menjawab ke rumah teman saya, maka sebelum atau sesudah dari vihara saya memang benar pergi ke rumah teman saya.
Apakah yang saya lakukan salah? Atau Bhante punya cara yang lebih baik agar saya dapat tetap ke vihara tanpa menyakiti papa saya. Terima kasih Bhante.

Jawaban:
Mempunyai orangtua yang kurang pengertian tentang manfaat ke vihara memang cukup menimbulkan permasalahan rumit. Di satu sisi, anak ingin ke vihara sedangkan di sisi lain, ia harus dapat mencegah omelan bahkan kemarahan orangtua apabila mereka mengetahui anaknya ke vihara.
Namun, masalah ini hendaknya jangan dijadikan alasan untuk melakukan kebohongan kepada orangtua. Kebohongan, walaupun dilakukan dengan terpaksa adalah tetap merupakan kamma buruk meski tidak terlalu besar nilainya.
Oleh karena itu, daripada berbohong agar dapat pergi ke vihara lebih baik sebagai anak berusaha mengetahui penyebab orangtua tidak suka anaknya pergi ke vihara. Setelah mengetahui penyebabnya, maka berusahalah menyakinkan orangtua bahwa sebagai anak tidak akan melakukan hal yang mereka kuatirkan tersebut
Selain itu, ada baiknya mengkondisikan orangtua mempunyai pengertian yang benar akan Buddha Dhamma dengan memutar kaset ceramah Dhamma di rumah atau di mobil selama melakukan perjalanan sehingga orangtua 'terpaksa' mendengarkan Dhamma. Jika salah satu topik ceramah Dhamma tersebut kebetulan sesuai dengan yang mereka harapkan, maka ada kemungkinan mereka akan lebih bijaksana dalam menyikapi kepergian anaknya ke vihara. Mungkin mereka lebih mudah memberikan ijin anaknya mengikuti berbagai kegiatan di vihara.
Selain mengkondisikan mereka mendengar ceramah Dhamma, ada baiknya pula meletakkan berbagai buku Dhamma yang berisikan penerapan Buddha Dhamma dalam kehidupan sehari-hari dan manfaat ke vihara di tempat mereka biasa duduk lama di dalam rumah. Dengan demikian, mungkin mereka akan membaca salah satunya. Dengan membaca buku-buku Dhamma tersebut mereka akan bertambah pengertiannya pada keluhuran serta manfaat Ajaran Sang Buddha untuk kehidupan sehari-hari. Mereka secara bertahap akan semakin menyadari bahwa Buddha Dhamma bukan hanya berisikan doa serta ritual keagamaan saja, melainkan banyak cara yang diajarkan oleh Sang Buddha untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup ini.
Memberikan pengertian yang benar kepada orangtua dapat pula dilakukan dengan meminta bantuan kepada orang yang dipercaya dan didengar ucapannya oleh orangtua. Dengan saran dan masukan dari orang itu, diharapkan orangtua akan lebih memahami manfaat anaknya ke vihara serta memberikan ijin anaknya untuk melakukan berbagai kegiatan di vihara.
Meskipun demikian, sebaiknya anak berangkat ke vihara setelah menyelesaikan terlebih dahulu berbagai kegiatan dan tugas yang ada di rumah. Dengan demikian, orangtua tidak merasa kepergian anak ke vihara sebagai 'pelarian' atau usaha menghindari berbagai tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan orangtua kepada anaknya. Semoga saran singkat ini dapat dijadikan renungan untuk mengatasi masalah rumit dalam keluarga tanpa harus membohongi orangtua. Semoga segala keputusan yang dibuat dapat menimbulkan kebahagiaan dan manfaat untuk kedua belah pihak.
Semoga selalu bahagia.









Kitab Suci Agama Buddha bagian dari
Khuddaka Nikaya, Sutta Pitaka

Judul asli : The Sutta-Nipata
Translated from The Pali by H. Saddatissa

3.  KHAGGAVISANA SUTTA
Cula Unicorn

Kemelekatan indera dan hubungan dengan orang lain harus dihindari
13 Sungguh terpuji bila kita dapat menggalang persahabatan dan memperoleh sahabat mereka yang lebih tinggi atau sejajar dalam pencapaian atau perkembangan batin harus dijadikan sahabat. Bila tidak menemukan kawan yang menikmati makanan tanpa cela seperti itu ................................................. (47)
14 Setelah melihat gelang-gelang emas yang gemerlapan, yang dikerjakan dengan cermat oleh pandai-emas, yang bergemerincing saat saling bersentuhan di tangan seseorang .................... (48)
15 Maka, "Bila hidup dengan orang lain, saya terpaksa harus berbicara terlalu banyak atau marah padanya." Karena melihat rasa takut ini di masa depan .......................................................... (49)
16 Obyek-obyek indera memang benar-benar beraneka, manis dan menyenangkan, namun mengacaukan pikiran lewat ilusinya. Karena melihat akibat-akibat obyek indera yang tidak sehat ini...... (50)
17 'Obyek-obyek indera merupakan penyebab malapetaka, bahaya, penyakit, anak panah, dan rasa takut bagiku.' Karena melihat bahaya yang berasal dari obyek-obyek indera ini............................ (51)
18 Ada rasa dingin, panas, lapar, haus, angin, matahari, serangga, ular. Setelah bertahan terhadap semuanya ini        (52)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar